BAKTI Bawa Koneksi Internet di Perbatasan RI-Malaysia, Ini Dampaknya
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Komdigi) melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) menyediakan jaringan internet di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia. Dalam hal ini, BAKTI membangun sebanyak 3 base transceiver station (BTS) di wilayah Entikong atau total mencapai 26 BTS di Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat.
Entikong merupakan wilayah di mana Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong berdiri. PLBN memegang peran penting sebagai simpul administratif. Adapun Entikong berada di Kabupaten Sanggau yang termasuk dalam wilayah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (3T) dan menjadi fokus program pemerataan internet.
Kepala Bea Cukai Entikong, Rudi Endro Pratikto, memaparkan bahwa PLBN memerlukan internet cepat. Sebab hampir seluruh proses perlintasan orang, kendaraan, dokumen kepabeanan, dan laporan lintas batas kini berlangsung melalui aplikasi berbasis data online.
"Sangat penting sekali, karena di sini semua pakai aplikasi data internet. Semua petugas kami pakai aplikasi berbasis internet, baik pemeriksaan orang, kendaraan, dokumen paspor, hingga layanan ekspor," ujarnya dikutip Selasa (16/12/2025).
Menurutnya, seluruh proses kini terhubung antarinstansi dari bea cukai, imigrasi, karantina, hingga pihak-pihak lain di pusat yang memantau pergerakan lintas batas secara real time. Ketiadaan koneksi stabil hanya akan membuat proses melambat, antrean mengular, dan keamanan berisiko.
Digitalisasi tersebut turut menciptakan manfaat ekonomi. Di mana proses administrasi ekspor menjadi lebih cepat dan tepat karena dokumen logistik dan kepabeanan kini terhubung secara online.
"Dengan percepatan pelayanan, ekspor dan orang yang melintas bisa dilayani dengan baik," ujar Rudi.
Data ekspor yang terdigitalisasi dapat diakses oleh masyarakat, pelaku usaha, dan instansi terkait. Percepatan itu juga terlihat dalam data makro PLBN Entikong di mana ekspor melalui PLBN tercatat mencapai Rp72,9 miliar pada 2024.
Angka itu melonjak menjadi Rp82,3 miliar hanya dalam sebelas bulan pertama tahun 2025. Rudi menegaskan bahwa digitalisasi tidak hanya mempercepat administrasi, tetapi juga meningkatkan ketepatan pengawasan.
"Ini sangat bermanfaat untuk Bea Cukai melakukan pengawasan dan pemeriksaan dengan lebih efektif," katanya.
Dia menjelaskan bagaimana aplikasi pengembangan digital di Bea Cukai mampu menyajikan data ekspor secara otomatis. Selain itu, kata dia, data ekspor tersebut dapat menjadi inspirasi bagi para pelaku usaha di Sanggau yang ingin mencoba pasar Malaysia.
"Ini bisa menjadi peluang bagi pengekspor untuk berbisnis di Malaysia," tuturnya.
(dpu/dpu)[Gambas:Video CNBC]