MARKET DATA

Ancaman di Tapanuli Sempat Disorot Peneliti Asing, Kini Makin Parah

Novina Putri Bestari,  CNBC Indonesia
15 December 2025 10:45
Dokumen yang dirilis KLH tanggal 11/12: Penyegelan Pertambangan di Sumatra Barat: Tindakan Tegas Pascabanjir untuk Lindungi Masyarakat dan Tata Kelola Air . (Dok Kementerian LH)
Foto: Dokumen yang dirilis KLH tanggal 11/12: Penyegelan Pertambangan di Sumatra Barat: Tindakan Tegas Pascabanjir untuk Lindungi Masyarakat dan Tata Kelola Air . (Dok Kementerian LH)

Jakarta, CNBC Indonesia - Banjir di Sumatra pada akhir November lalu berdampak satwa liar. Termasuk orang utan Tapanuli yang disebut mengalami 'gangguan setingkat kepunahan'.

Seekor orang utan Tapanuli diduga telah ditemukan mati di wilayah terdampak. Ini menjadi pukulan telak bagi spesies yang berjumlah kurang 800 ekor di alam liar dan hanya ada di Sumatra saja.

"Kehilangan seekor orang utan jadi pukulan telak untuk kelangsungan hidup spesies ini," kata pendiri dan ketua Pusat Informasi Orangutan di Indonesia, Panut Hadisiswoyo dikutup dari France24, Senin (15/12/2025).

Seorang konsevasionis orang utan, Erik Meijaard memperkirakan 6-11% orang utan terbunuh karena kejadian tersebut. Angka tersebut bisa disebut menjadi alasan kepunahan spesies.

"Angka kematian individu dewasa apapun lebih dari 1%, akan membuat spesies itu menuju kepunahan, terlepas seberapa besar populasinya di awal." jelasnya.

Dia menambahkan berdasarkan citra satelit menunjukkan adanya sayatan besar di pegunungan. Beberapa memiliki ukuran lebih dari satu kilometer dengan lebar hampir 100 meter.

Banjir yang terjadi membawa lumpur, pepohonan, dan air menuruni lereng. Ini menghanyutkan semua yang berada di bawahnya.

Setidaknya lebih dari 1.000 orang tewas karena kejadian ini. Selain itu juga merusak habitat hingga menewaskan banyak satwa liar yang ada di sana, seperti gajah dan orang utan.

Banyak ahli yang mendesak untuk menghentikan proyek yang bisa merusak habitat orang utan Tapanuli. Termasuk melakukan survei pada wilayah itu.

Selain itu, para ahli mendukung adanya perluasan kawasan lindung dan upaya memulihkan hutan di daerah dataran rendah.

Sementara itu, perbedaan sebelum dan sesudah banjir di Sumatra mengejutkan ahli penginderaan jarak jauh dan pendiri The Three Map, David Gaveau.

"Saya belum pernah melihat ini sebelumnya selama 20 tahun memantau deforestasi Indonesia dengan satelit," jelasnya.

In this Friday, May 1, 2020, photo, a female orangutan named Amidah eats donated fruit, inside her enclosure at Medan Zoo in Medan, North Sumatra, Indonesia. It has been more than a month since the zoo closed for visitors as part of efforts to stop the spread of the coronavirus. With no income to buy food for the animals, the management appealed for outside help. (AP Photo/Binsar Bakkara)Foto: Ilustrasi Orangutan (AP/Binsar Bakkara)

IFL Science menyatakan kawasan habitat orang utan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) di Sumatra Utara sudah menyusut drastis. Akibatnya, spesies kera besar asli Sumatra tersebut makin terancam punah.

Menurut data yang diambil sebelum banjir bandang Sumatra, hanya ada sekitar 800 orang utan Tapanuli yang masih hidup berkeliaran di kawasan kecil di Batang Toru. Habitat mereka juga terus menyusut, sudah berkurang 60 persen pada periode antara 1985 dan 2007.

Penurunan drastis luas habitat di Batang Toru membuat orang utan Tapanuli sebagai spesies orang utan yang paling terancam punah. Orang utan Tapanuli padahal adalah kera besar "paling baru", baru digolongkan sebagai spesies terpisah pada 2017. Status orang utan Tapanuli dalam IUCN, kini adalah "Critically Endangered."

Habitat Pongo tapanuliensis di hutan Sumatra Utara terus menerus terkikis oleh alih fungsi lahan menjadi area perkebunan dan industri. Upaya konservasi yang diharapkan makin agresif dengan status spesies tersendiri tidak terealisasi.

"Sejak spesies diumumkan, tidak banyak yang berubah. Tadinya orang berpikir spesies baru orang utan, bakal mendorong dunia untuk ramai-ramai berusaha menyelematkannya. Sayangnya, orang utan Tapanuli menghadapi ancaman yang sama seperti yang mereka hadapi pada 2017," kata Amanda Hurowitz dari Mighty Earth, seperti dikutip oleh IFL Science.

Namun, orang utan Tapanuli juga mulai terlihat di wilayah lain. Bulan lalu, ilmuwan dari Yayasan Orang Utan Sumatra Lestari menemukan orang utan Tapanuli hidup di hutan rawa yang jaraknya 32 kilometer dari area Batang Toru.

IUCN memperkirakan, jumlah orang utan Tapanuli bisa menyusut 83 persen dalam tiga generasi jika tidak ada peningkatan upaya konservasi.

(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kiamat Sudah Dekat, Monyet Mati Massal, Kelelawar Berjatuhan


Most Popular
Features