MARKET DATA

Kiamat Driver Online Mendekat ke RI, Tandanya Kian Kencang di Tetangga

Redaksi,  CNBC Indonesia
26 November 2025 15:05
Mobil tanpa pengemudi oleh Apollo Go, layanan robotaxi Baidu, melaju di jalan di Wuhan, provinsi Hubei, Cina, 19 Juli 2024. (REUTERS/Sarah Wu)
Foto: Mobil tanpa pengemudi oleh Apollo Go, layanan robotaxi Baidu, melaju di jalan di Wuhan, provinsi Hubei, Cina, 19 Juli 2024. (REUTERS/Sarah Wu)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tren taksi otomatis tanpa sopir (robotaxi) mulai menular ke wilayah Asia Tenggara. Mulanya, industri ini berkembang pesat di Amerika Serikat (AS) dan China.

Sudah banyak pabrikan otomotif yang bermitra dengan penyelenggara teknologi pengemudian otomatis yang menggelar uji coba robotaxi. Bahkan, beberapa sudah mulai menggelar layanan secara komersil, misalnya Waymo dari AS dan Apollo Go dari China.

Tanda kemunculan robotaxi di Asia Tenggara dimulai di Singapura. Baru-baru ini, perusahaan mobil otomatis asal AS, May Mobility, telah mengamankan investasi dari raksasa transportasi online berbasis Singapura, Grab. May Mobility memang sudah memantapkan rencana untuk berekspansi ke wilayah Asia Tenggara pada tahun depan.

Kesepakatan antara May Mobility dan Grab merupakan langkah lebih lanjut untuk menggelar robotaxi secara global, dikutip dari Reuters beberapa saat lalu. Kesepakatan ini juga menciptakan blueprint tentang bagaimana robotaxi bisa dikelola dalam platform pemesanan kendaraan yang sudah ada.

Grab sendiri merupakan salah satu 'raja' ojek online (ojol) di Indonesia. Belum jelas apakah kesepakatan dengan May Mobility nantinya akan membuat robotaxi masuk ke Indonesia melalui Grab.

Setelah kesepakatan dengan May Mobility, terbaru Grab juga mengumumkan investasi senilai US$60 juta (Rp1 triliun) untuk firma pengemudian jarak jauh (remote driving) Vay Technology, dikutip dari Reuters.

Reuters melaporkan bahwa Grab mencoba memanfaatkan platform layanan transportasi online-nya untuk menggelar kendaraan otomatis. Hal ini secara luas dipandang sebagai masa depan transportasi online.

"Masa depan mobilitas di Asia Tenggara akan menjadi model hibrida yang mengandalkan keahlian mitra pengemudi kami di samping kendaraan otomatis dan layanan mengemudi jarak jauh," ujar CEO Grab, Anthony Tan, dikutip dari Reuters.

Jika Vay mencapai tahap tertentu, Grab mengatakan akan menambah investasi senilai US$350 juta dalam tahun pertama. Level yang dimaksud adalah terkait dengan pendapatan konsumen, cakupan kota di AS, standar keamanan dan teknologi, serta perizinan regulator untuk beroperasi di kota-kota yang lebih banyak di AS.

Sebagai informasi, Vay mengandalkan 'teledriver' untuk mengarahkan mobilnya ke calon pelanggan, yang kemudian dapat mengemudikan kendaraan itu sendiri. Pada Januari 2024, Vay meluncurkan layanan komersil pertamanya di Las Vegas.

Di Indonesia sendiri, belum ada regulasi yang mengatur soal robotaxi. Pemerintah baru saja menggodok aturan untuk pekerja gig, salah satunya driver ojol. Aturan ini masih terus dibahas dan belum diresmikan sebagai aturan yang mengikat.

(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Makin Ganas, Sekarang Mau Serbu Negara Eropa


Most Popular