MARKET DATA

Tanda Kiamat Makin Dekat, Bill Gates Blak-blakan Tunjuk Indonesia

Redaksi,  CNBC Indonesia
19 November 2025 18:20
Presiden RI Prabowo Subianto bersama tokoh filantropi dunia Bill Gates meninjau langsung pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN Jati 03, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Rabu, (7/5/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Presiden RI Prabowo Subianto bersama tokoh filantropi dunia Bill Gates meninjau langsung pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN Jati 03, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Rabu, (7/5/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bill Gates sempat menjadi salah satu figur kawakan yang lantang menyuarakan dampak perubahan iklim terhadap kehidupan di Bumi. Bahkan, dalam pemaparannya melalui blog personalnya pada tahun lalu, Gates juga sempat menyebut Indonesia. 

Gates mengungkapkan aktivitas Bumi menghasilkan 51 miliar ton gas rumah kaca setiap tahun. Setidaknya 7% di antaranya berasal dari produksi lemak dan minyak hewan dan tumbuhan.

Masyarakat Bumi, Gates meminta untuk bisa memperbaiki angka tersebut agar bisa memperbaiki masalah terkait perubahan iklim. "Untuk memerangi perubahan iklim, kita harus mengubah angka tersebut ke nol," kata dia.

Namun, ia tak serta merta melarang penggunaan lemak hewan. Sebab Gates menyadari menghilangkan ketergantungan manusia akan lemak hewan tidak realistis.

Lemak hewan sendiri menyimpan nutrisi dan kalori yang dibutuhkan manusia. Ternyata da cara untuk tetap bisa menggunakannya tanpa harus menghasilkan emisi, menyiksa hewan dan menghasilkan zat kimia berbahaya melalui startup bernama Savor yang juga dia danai.

Savor menciptakan lemak dari sebuah proses dengan karbondioksida dari udara dan hidrogen dari air. Berikutnya senyawa dipanaskan dan dioksidasi menjadi pemisahan komponen asam yang menciptakan formulasi lemak.

Menurut Gates, lemak yang dihasilkan memiliki molekul yang sama dengan susu, keju, sapi dan juga minyak nabati.

Selain terkait lemak hewan, Gates menyoroti soal dampak dari minyak sawit. Ini dikonsumsi dalam makanan sehari, mulai dari kue, mie instan, krim kopi, makanan beku hingga make up, dan sabun badan.

Sawit asli dari Afrika Barat dan Tengah ternyata berasal dari pohon yang ada di garis khatulistiwa. Pada akhirnya menyebabkan penggundulan hutan karena mengubahnya menjadi lahan sawit.

Dampaknya membuat perubahan iklim, karena pembakaran hutan akan menciptakan emisi yang terlalu banyak di atmosfer serta mengakibatkan peningkatan suhu.

Bill Gates Sebut Indonesia

Topik ini juga yang membuatnya menyoroti Indonesia. Bersama Malaysia, terjadi kejadian serupa di dua negara dan pada akhirnya menyumbangkan emisi secara global.

"Pada 2018, kehancuran yang terjadi di Malaysia dan Indonesia saja sudah cukup parah hingga menyumbang 1,4% emisi global. Angka itu lebih besar dari seluruh negara bagian California dan hampir sama besarnya dengan industri penerbangan di seluruh dunia," jelas Gates.

Namun kembali, dia menyadari minyak sawit tak mudah untuk digantikan. Ini disebabkan harganya yang murah, tidak berbau, dan melimpah.

Gates menjelaskan sejumlah perusahaan berusaha mengatasi masalah tersebut. Misalnya C16 Bioscience, Gates sudah pernah membicarakannya sejak 2017 lalu.

C16 menembakkan produk dari mikroba ragi liar dengan proses fermentasi yang tidak menghasilkan emisi sama sekali. Hasilnya memang berbeda secara kimiawi, namun kandungannya terdapat asam lemak yang sama jadi bisa juga digunakan.

"Minyak ini sama alaminya dengan minyak sawit, hanya saja tumbuh pada jamur, bukan pada pohon. Sama dengan Savor, proses C16 sepenuhnya bebas dari pertanian. 'Pertanian'-nya adalah sebuah laboratorium di tengah kota Manhattan," tuturnya.

Bill Gates Berubah Pikiran

Perlu digarisbawahi kembali, omongan Gates di atas berasal dari unggahan di blog resminya pada tahun lalu. Baru-baru ini, Gates tampak 'melunak' terhadap isu perubahan iklim. 

Bahkan, Gates blak-blakan menyebut pandangan perubahan iklim akan mendatangkan 'kiamat' bagi peradaban manusia adalah hal yang keliru.

"Meskipun perubahan iklim akan menimbulkan konsekuensi serius, terutama bagi masyarakat di negara-negara termiskin, perubahan iklim tidak akan menyebabkan kepunahan umat manusia," kata Bill Gates, dikutip dari laman Gates Notes.

"Manusia akan dapat hidup dan berkembang di sebagian besar wilayah Bumi di masa mendatang. Proyeksi emisi telah menurun, dan dengan kebijakan serta investasi yang tepat, inovasi akan memungkinkan kita untuk menurunkan emisi lebih jauh lagi," ia menambahkan.

Lebih lanjut, Gates mengatakan pandangan 'kiamat' perubahan iklim telah menyebabkan komunitas iklim hanya fokus pada tujuan emisi jangka pendek. Dampaknya, ada kecenderungan untuk mengalihkan sumber daya dari hal-hal paling efektif yang seharusnya dilakukan untuk meningkatkan kehidupan di dunia yang kian memanas.

Menurut Gates, belum terlambat untuk mengubah pandangan dan strategi dalam menanggulangi perubahan iklim. Ia menyorot gelaran konferensi iklim COP30 di Brasil bulan depan. Ajang itu bisa menjadi wadah yang tepat untuk mulai membicarakan adaptasi iklim dan pengembangan manusia.

"Ini adalah kesempatan untuk kembali berfokus pada metrik yang seharusnya lebih penting daripada emisi dan perubahan suhu, yakni meningkatkan kualitas hidup. Tujuan utama kita seharusnya adalah mencegah penderitaan, terutama bagi mereka yang berada dalam kondisi terberat yang tinggal di negara-negara termiskin di dunia," kata Gates.

Gates menekankan bahwa perubahan iklim merupakan masalah serius yang harus diselesaikan, bersama dengan masalah malaria dan malnutrisi. Kendati demikian, masalah terbesar adalah kemiskinan dan penyakit.

"Memahami hal ini akan memungkinkan kita memfokuskan sumber daya kita yang terbatas pada intervensi yang akan memberikan dampak terbesar bagi orang-orang yang paling rentan," ujar Gates.

Singkatnya, Gates menegaskan bahwa perubahan iklim, penyakit, dan kemiskinan merupakan masalah-masalah besar. Gates mengatakan semua pihak harus menanganinya sesuai dengan penderitaan yang ditimbulkan masing-masing masalah.

"Dan kita harus memanfaatkan data untuk memaksimalkan dampak dari setiap tindakan yang kita ambil," ia menuturkan.

Lebih lanjut, Gates mengatakan sekalipun dunia hanya mengambil tindakan moderat untuk mengekang perubahan iklim, konsensus saat ini menunjukkan pada tahun 2100 suhu rata-rata Bumi kemungkinan akan berada pada kisaran 2°C hingga 3°C lebih tinggi dibandingkan tahun 1850.

Angka ini jauh di atas target 1,5°C yang disepakati negara-negara pada COP Paris tahun 2015. Faktanya, antara sekarang dan tahun 2040, Gates mengatakan Bumi akan jauh tertinggal dari target iklim dunia. Salah satu alasannya adalah permintaan energi dunia yang meningkat, hingga lebih dari dua kali lipat pada tahun 2050.

"Dari sudut pandang peningkatan kualitas hidup, penggunaan energi yang lebih banyak merupakan hal yang baik, karena sangat berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi. Grafik ini menunjukkan penggunaan energi dan pendapatan negara-negara. Peningkatan penggunaan energi merupakan bagian penting dari kemakmuran," Gates menjelaskan.

Sayangnya, Gates menjelaskan dalam kasus ini, apa yang baik untuk kemakmuran bersama justru buruk bagi lingkungan. Meskipun angin dan matahari sekarang lebih murah dan lebih baik, manusia belum memiliki semua perangkat yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan energi yang terus meningkat tanpa meningkatkan emisi karbon.

"Namun, kita akan memiliki perangkat yang kita butuhkan jika kita berfokus pada inovasi. Dengan investasi dan kebijakan yang tepat, dalam sepuluh tahun ke depan kita akan memiliki teknologi nol-karbon baru yang terjangkau dan siap diluncurkan dalam skala besar. Ditambah dengan dampak dari perangkat yang sudah kita miliki, dan pada pertengahan abad ini emisi akan lebih rendah dan kesenjangan antara negara miskin dan negara kaya akan sangat berkurang," kata Gates.

Gates yakin semua negara akan mampu membangun gedung dengan semen dan baja rendah karbon di masa depan. Hampir semua mobil baru akan bertenaga listrik. Pertanian akan lebih produktif dan lebih ramah lingkungan, menggunakan pupuk yang diproduksi tanpa menghasilkan emisi. Jaringan listrik akan menyediakan listrik bersih yang andal, dan biaya energi akan turun.

Kesimpulannya, dalam opini terbarunya, Gates menilai perubahan iklim tak akan membawa kiamat di Bumi dengan punahnya manusia. Namun, perlu dilakukan keseimbangan antara inovasi teknologi untuk beradaptasi dan menangkal perubahan iklim tersebut. Semoga informasi ini bermanfaat!


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kiamat Sudah Dekat, Tandanya Makin Jelas Terlihat di Batang Pohon

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular