Astronaut NASA Bertaruh Nyawa Pergi ke Bulan, Ternyata Tidak Digaji

Redaksi,  CNBC Indonesia
31 October 2025 19:40
(Kiri-Kanan) Astronot Jeremy Hansen, Victor Glover, Reid Wiseman dan Christina Hammock Koch berdiri di atas panggung setelah dipilih untuk misi Artemis II yang akan menjelajahi Bulan selama konferensi pers yang diadakan oleh NASA dan CSA di bandara Ellington di Houston, Texas, pada 3 April 2023. - Bepergian dengan pesawat ruang angkasa Orion NASA selama Artemis II, misi tersebut adalah uji terbang berawak pertama di jalur agensi untuk membangun kehadiran ilmiah dan manusia jangka panjang di permukaan bulan. (MARK FELIX/AFP via Getty Images)
Foto: (Kiri-Kanan) Astronot Jeremy Hansen, Victor Glover, Reid Wiseman dan Christina Hammock Koch berdiri di atas panggung setelah dipilih untuk misi Artemis II yang akan menjelajahi Bulan selama konferensi pers yang diadakan oleh NASA dan CSA di bandara Ellington di Houston, Texas, pada 3 April 2023. (AFP via Getty Images/MARK FELIX)

Jakarta, CNBC Indonesia - NASA sedang mempersiapkan misi Artemis 2 yang akan meluncur dalam waktu 4 bulan dari sekarang. Misi tersebut untuk pertama kalinya akan mengirimkan astronaut ke Bulan, sejak lebih dari setengah dekade.

Namun, persiapan misi Artemis 2 dilakukan di tengah tutupnya operasional pemerintah (government shutdown) di Amerika Serikat (AS). Pejabat NASA mengonfirmasi kepada Futurism bahwa staf yang saat ini mempersiapkan misi Artemis 2 bekerja tanpa bayaran.

Bahkan, para astronaut yang akan mempertaruhkan nyawa mereka untuk mewujudkan misi bersejarah tersebut, juga tidak menerima gaji selama persiapan berlangsung.

Meski tak dibayar, pejabat NASA mengatakan para staf dan astronaut rela melanjutkan perisapan misi Artemis 2. Hal ini menunjukkan tingginya komitmen para staf dan astronaut NASA.

Para kontraktor yang membantu persiapan misi Artemis 2 saat ini masih mendapat bayaran. Namun, disebutkan anggarannya kian menipis dan bisa habis dalam waktu dekat, dikutip dari Futurism, Jumat (31/10/2025).

Beberapa kontraktor juga berbicara terkait dampak dari penutupan operasional pemerintah pada industri mereka.

"Saya rasa kita akan segera mencapai titik di mana dampaknya akan signifikan, dan ini lebih berkaitan dengan infrastruktur secara keseluruhan," ujar Kirk Shireman, Wakil Presiden Lockheed Martin yang mengawasi program pesawat ruang angkasa Orion, kepada Ars Technica.

"Untungnya, saya bekerja untuk perusahaan besar yang bermodal besar, dan kita akan baik-baik saja," kata Shireman.

Namun, ia menekankan ada banyak perusahaan kontrak berskala kecil yang juga bekerja untuk NASA. Jika mereka tidak dibayar, pada akhirnya mereka tidak akan bisa terus bekerja.

Makin lama penutupan operasional pemerintah berlangsung, makin besar dampak yang akan dirasakan di berbagai industri. Bulan lalu, pejabat NASA mengumumkan Artemis 2 akan meluncur pada 5 Februari 2026 mendatang atau 2 bulan lebih awal ketimbang rencana awal.

Hanya ada beberapa hari dalam sebulan ketika Bulan dan Bumi sejajar bagi Orion untuk melakukan perjalanannya, yang berarti misi Artemis 2 dapat ditunda hingga sebulan.

Penutupan operasional pemerintah tidak hanya menghancurkan operasi dan moral NASA, tetapi juga dinilai dapat memberi musuh-musuh AS keuntungan dalam perlombaan mendominasi antariksa.

Para pejabat telah berulang kali memperingatkan bahwa China dapat mengalahkan AS dalam mencapai Bulan, sebuah kemungkinan yang makin besar kemungkinannya seiring berlanjutnya penutupan pemerintah.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Warga RI Bisa Nonton Langsung Aksi Astronaut, Begini Caranya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular