Geger Ilmuwan Makin Dekat Ciptakan Kehidupan Baru, Begini Dampaknya
Jakarta, CNBC Indonesia - Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) membuat hal-hal yang dulunya terkesan mustahil menjadi mungkin. Salah satunya, ilmuwan mulai mempertanyakan soal potensi menciptakan makhluk hidup dari nol dengan bantuan AI.
Baru-baru ini, sebuah makalah yang diterbitkan para peneliti Stanford di server pracetak biologi 'bioRxiv', menunjukkan bagaimana AI generatif dapat digunakan dalam merekayasa virus khusus untuk membunuh bakteri. Khususnya, virus-virus ini dilatih untuk membasmi bakteri E. coli.
Penelitian ini masih menunggu peer review, tetapi menimbulkan pertanyaan yang diajukan oleh penulis senior, Brian Hie, kepada dirinya sendiri: Mungkinkah teknik yang sama ini digunakan untuk menciptakan kehidupan baru?
Misalnya, jamur buatan bisa membantu peneliti mengembangkan obat untuk menangkal infeksi bakteri, mirip dengan penisilin dan antibiotik lainnya. Selain itu, mikroba-mikroba buatan bsa dirancang untuk membersihkan polusi atau menangkap emisi karbon dari atmosfer.
Meskipun lompatan dari virus ke organisme hidup mungkin tampak seperti garis lurus, prosesnya sedikit lebih rumit. Asisten profesor tekik biomedis di University of Wisconsin-Madison, Yang Lu, mengatakan bakteriofag seperti yang ditunjukkan dalam makalah dari peneliti Stanford jauh lebih sederhana daripada organisme hidup.
"Virus mirip dengan USB biologis. Karakterinya membawa kode genetika, tetapi tidak bisa bertahan sendiri. Makhluk hidup membutuhkan lebih banyak dari sekadar informasi," ia menuturkan, dikutip dari Popular Mechanics, Rabu (29/10/2025).
Hal serupa diungkap Samuel King, tim peneliti Stanford yang membuat makalah tersebut. Ia mengatakan bakteriofag dirancang untuk bertahan dalam lingkungan tertutup. Sementara itu, makhluk hidup eksis dalam lingkungan terbuka yang dinamis.
"Sel hidup harus selalu menyeimbangkan energi, material dan sinyal, di dalam kondisi fisiologis yang spesifik," kata King.
Meskipun kompleks, bukan berarti penciptaan makhluk hidup baru adalah sesuatu yang mustahil. King dan Lu sepakat bahwa menciptakan kehidupan baru di dalam lab membutuhkan teknologi lain selain AI yang canggih.
King mengatakan salah satu yang dibutuhkan adalah terobosan dalam biologi sintetis bottom-up, seperti mengembangkan perakitan ribosom buatan dan sistem replikasi bebas sel. Hal ini dapat membantu sel atau genom sintetis untuk berdiri dan bereplikasi sendiri tanpa didorong oleh sel yang sudah ada.
Peran AI dalam hal ini, menurut King, adalah mengakselerasi rancangan sistem kehidupan baru dengan mengeksplor set data biologis dan menemukan aturan umum tentang hal-hal seperti organisasi genome dan ekspresi genetik.
AI bisa melakukan rancangan tersebut lebih cepat ketimbang mengandalkan kemampuan manusia saja. Selanjutnya, peneliti dapat mengembangkan alur penelitian yang lebih mendalam.
"AI sangat dibatasi oleh kualitas data yang dipelajari. Meskipun AI dapat melakukan rancangan sistem yang dibutuhkan, sangat sulit untuk mengevaluasi hasilnya secara akurat," kata King.
Sara Gerke, professor hukum di University of Illinois Urbana-Champaign yang fokus pada bioetika dan AI, mewanti-wanti agar peneliti mengeksplor kemungkinan ini dengan mempertimbangkan keamanan yang layak.
"Sangat krusial untuk memastikan organisme kehidupan yang dirancang AI tidak membahayakan manusia atau ekosistem," kata Gerke kepada Popular Mechanics dalam sebuah email.
Dalam dunia science fiction, mungkin juga akan muncul pertanyaan tentang moralitas merancang dan mengambil keuntungan dari organisme hidup ini, kata King. Apakah memiliki atau mengendalikan bentuk kehidupan sintetis itu tidak bermoral? Mungkin masih terlalu dini membahasnya sampai sains makin mendekati kenyataan tersebut.
Gerke, Lu, dan King sepakat bahwa perlu ada keseimbangan antara transparansi dan pengawasan, sekaligus tetap memungkinkan eksplorasi yang bertanggung jawab. Jika dilakukan dengan benar, teknologi ini suatu hari nanti dapat memainkan peran besar dalam memperbaiki kehidupan kita, kata King.
"Kita [sudah] menanam berbagai jenis makanan dan memproduksi obat-obatan penyelamat jiwa dengan sel hidup," kata King.
"Merancang kehidupan secara cerdas pada skala genom dapat memungkinkan cara-cara baru bagi kita untuk membangun sistem kehidupan yang dioptimalkan bagi kesehatan manusia dan planet," ia menambahkan.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gambar AI Susah Dibedakan, Komdigi Saran Harus Dicek Lagi