Pintu Starlink Langsung Nyambung ke HP Mulai Terbuka, Ini Kata Komdigi

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
21 October 2025 15:55
Smartphone POCO V6 hadir dengan desain body yang makin ringan dan tipis. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Smartphone POCO V6 hadir dengan desain body yang makin ringan dan tipis. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengumumkan membuka konsultasi publik untuk dokumen Call for Information (CFI) Kajian Regulasi dan Kebijakan Potensi Implementasi Teknologi Non-Terrestrial Network Direct-to-Device (NTN-D2D) di Indonesia.

Dalam keterangan Komdigi tertanggal 21 Oktober 2025, teknologi akan memungkinkan perangkat seluler tak bergantung dengan menara BTS. Namun bisa terhubung langsung melalui satelit.

Dengan teknologi NTN-D2D akan bisa menjangkau masyarakat yang berada di wilayah terpencil, perbatasan dan perairan yang sulit diakses jaringan darat.

"Teknologi ini memungkinkan perangkat seluler berkomunikasi langsung dengan satelit tanpa bergantung pada jaringan terestrial, sehingga berpotensi memperluas konektivitas hingga ke wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal)," tulis keterangan resmi tersebut.

Kajian disusun oleh Direktorat Penataan Spektrum Frekuensi Radio, Orbit Satelit, dan Standardisasi Infrastruktur Digital, Direktorat Jenderal Infrastruktur Digital Kementerian Komdigi.

Konsultasi bertujuan untuk menghimpun pandangan data dan praktik terbaik dari pemangku kepentingan terkait potensi pemanfaatan teknologi untuk pemerataan konektivitas digital nasional.

Komdigi juga menyebutkan kajian menekankan pentingnya teknologi untuk bisa mempercepat pemerataan akses digital. Selain itu dapat memperkuat ketahanan komunikasi nasional dan mendorong pertumbuhan ekonomi digital.

Kajian menjadi bagian dari pelaksanaan Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Digital 2025-2029 dan mendukung sasaran RPJMN 2025-2029. Ini juga sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045 dan agenda Asta Cita pemerintahan Prabowo Subianto.

"Dalam dokumen CFI tersebut, pemerintah mengundang masukan dari operator telekomunikasi, penyedia layanan satelit, industri perangkat, asosiasi, akademisi, dan masyarakat umum," jelas Komdigi.

"Masukan yang diberikan akan menjadi bahan penting dalam penyusunan kebijakan dan regulasi, termasuk aspek teknis, manajemen spektrum frekuensi, model bisnis, dan skema kerja sama antaroperator".

Sebagai informasi, teknologi serupa sebenarnya sudah diperkenalkan oleh penyedia layanan internet berbasis satelit Starlink dari SpaceX. Perusahaan milik Elon Musk itu telah meluncurkan layanan Direct-to-Cell.

Namun di Indonesia, layanan tak bisa digunakan. Sebab Starlink hanya memiliki izin terbatas untuk ISP dan Jartup Vsat, bukan untuk layanan Direct-to-Cell.

Nama operator Indonesia juga tidak terlihat dalam daftar awal penyedia fitur Direct-to-Cell di dunia pada tahun lalu.


(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Digempur Starlink dan Kuiper, Begini Nasib Satelit RI Satria 2

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular