Investasi Gila-gilaan, Pencipta ChatGPT Malah Rugi Rp 722 Triliun

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
22 September 2025 18:20
Indian flag and ChatGPT logo are seen in this illustration taken, January 22, 2025. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Foto: REUTERS/Dado Ruvic

Jakarta, CNBC Indonesia - OpenAI, pembuat chatbot populer ChatGPT, melakukan investasi gila-gilaan untuk mengembangkan teknologi kecerdasan buatan (AI). Namun di sisi lain, perusahaan harus menghadapi tantangan mengalami kerugian besar karena bisnisnya tak begitu berkembang.

Wall Street Journal mencatat beberapa hal yang dikerjakan OpenAI, misalnya mengeluarkan US$60 miliar (Rp 984,6 triliun) per tahun untuk komputasi Oracle, proyek data center bersama sebesar US$18 miliar (Rp 295,3 triliun), dan pengembangan chip khusus bernilai US$10 miliar (Rp 164 triliun).

Meski capaian dan pekerjaannya segudang, namun OpenAI tetap merugi. Bahkan CEO Sam Altman meramalkan perusahaannya baru akan mengantongi pendapatan pada 2029 mendatang, dikutip Senin (22/9/2025).

Sebelum bisa balik modal, dia mengatakan OpenAI akan mencatat kerugian sekitar US$44 miliar atau Rp 722 triliun.

Dalam sebuah kesempatan, Altman pernah membandingkan investasi AI besar-besaran sama seperti saat era dot-com. Menurutnya ada beberapa startup dan investor AI akan terkena dampak buruknya, meski dia tak yakin OpenAI juga akan merasakannya.

Salah satu sumber pendapatan yang bisa didapatkan OpenAI berasal dari layanan berlangganan produk-produk perusahaan. Namun dengan 700 juta pengguna, keinginan tersebut sulit tercapai.

The Wall Street Journal mengutip laporan dari akademisi dan konsultan industri menunjukkan butuh waktu lama bagi pengguna untuk beralih menjadi pelanggan berbayar.

Studi dari Menlo Ventures yang melakukan survei 5.000 pengguna menyebutkan hanya 3% konsumen yang mau membayar layanan AI. Menurut penelitian itu, pengguna chatbot dan model lainnya masih beragam jadi banyak yang harus dilakukan untuk mencapai adopsi sehari-hari.

Survei dari McKinsey pada Juni lalu menemukan delapan dari 10 perusahaan tidak melaporkan dampak signifikan pada laba bersih dari penggunaan produk AI. Massachusetts Institute of Technology juga menyebutkan penggunaan AI pada ratusan perusahaan belum menghasilkan pertumbuhan pendapatan.

Selain soal pendapatan, OpenAI juga mengalami tantangan lain. Yakni terkait perubahan struktur perusahaannya menjadi nirlaba dan komitmen pendanaan US$19 miliar (Rp 311,8 triliun) bergantung penyelesaian restrukturisasi OpenAI.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Orang Sopan Bikin Boncos, Bos ChatGPT Buka-bukaan Rugi Besar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular