Ilmuwan Ungkap Petaka Baru, Tanda Kiamat Makin Jelas

Intan Rakhmayanti, CNBC Indonesia
03 September 2025 11:20
Pemandangan drone menunjukkan perahu-perahu di bendungan La Boquilla yang airnya rendah, saat Meksiko berpendapat bahwa kekeringan bersejarah yang dipicu oleh perubahan iklim membuat mustahil untuk memenuhi komitmen airnya kepada Amerika Serikat berdasarkan perjanjian tahun 1944, di San Francisco de Conchos, Meksiko, 5 April 2025. (REUTERS/Jose Luis Gonzalez)
Foto: Pemandangan drone menunjukkan perahu-perahu di bendungan La Boquilla yang airnya rendah, saat Meksiko berpendapat bahwa kekeringan bersejarah yang dipicu oleh perubahan iklim membuat mustahil untuk memenuhi komitmen airnya kepada Amerika Serikat berdasarkan perjanjian tahun 1944, di San Francisco de Conchos, Meksiko, 5 April 2025. (REUTERS/Jose Luis Gonzalez)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dampak perubahan iklim sekarang mulai dikaitkan dengan kenaikan inflasi global. Peneliti menemukan pemanasan global dan cuaca ekstrem berpotensi memicu lonjakan harga pangan di masa depan. Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Communications Earth & Environment.

"Kami menemukan bahwa kondisi suhu yang diproyeksikan pada tahun 2035 di bawah pemanasan di masa depan menyiratkan peningkatan tekanan inflasi di seluruh dunia," tulis para peneliti dari Institut Potsdam untuk Penelitian Dampak Iklim dan Bank Sentral Eropa, dikutip dari Business Insider, Selasa (2/9/2025).

Tanda 'kiamat' yang kian jelas di mana-mana dengan kenaikan temperatur Bumi dan lelehan gunung es dikatakan berkontribusi pada peningkatan rata-rata inflasi pangan sebesar 3,23% per tahun secara global. Dalam dekade mendatang, inflasi umum bisa terdorong naik 1,18%.

"Setelah tahun 2035, besarnya perkiraan tekanan terhadap inflasi sangat berbeda antar skenario emisi. Hal ini menunjukkan mitigasi gas rumah kaca secara tegas dapat menguranginya secara signifikan," jelas para ilmuwan.

Perubahan iklim mulai memengaruhi berbagai sektor perekonomian, meningkatkan biaya perumahan di daerah-daerah dengan risiko iklim tinggi, serta memicu kekurangan pasokan komoditas pangan di seluruh dunia, mulai dari minyak zaitun hingga kakao.

Menurut peneliti, bahan pangan kemungkinan besar menjadi komponen inflasi terbesar yang terkena dampaknya. Dampak inflasi juga tidak akan seimbang, dengan tekanan terbesar terjadi pada negara-negara di Afrika dan Amerika Selatan.

Tekanan-tekanan tersebut dapat diatasi dengan pendekatan kebijakan yang tepat, namun para peneliti juga memperingatkan bahwa jika emisi tidak dikurangi maka dampak inflasi akan semakin buruk.

"Dalam skenario emisi terbaik, tekanan eksogen terhadap inflasi hanya sedikit lebih besar pada tahun 2060 dibandingkan pada tahun 2035, namun skenario emisi terburuk akan menyebabkan tekanan terhadap inflasi pangan melebihi 4% [per tahun] di sebagian besar dunia," kata para peneliti.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tanda Kiamat Makin Kuat, Waktu Penduduk Bumi Tinggal 10 Tahun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular