
Massa Demo Diusir Polisi, Perusahaan Teriak Kantor Digeruduk

Jakarta, CNBC Indonesia - Petinggi Microsoft meminta polisi mengusir sejumlah karyawannya yang menerobos kantornya. Mereka melakukan itu terkait penolakan penggunaan software milik perusahaan untuk kebutuhan militer Israel.
Karyawan Microsoft dan mantan pegawai yang tergabung dalam kelompok no Azure for Apartheid melakukan unjuk rasa terkait hal tersebut. Mereka demo di kampus Microsoft Redmond, Washington dan berhasil masuk ke kantor presiden perusahaan Brad Smith.
Saat berada di gedung Microsoft 34, para demonstran menuntut perusahaan memutus hubungannya dengan pihak Israel.
"Tentu saja saat tujuh orang melakukan apa yang dilakukan hari ini, menyerbu gedung, menduduki kantor, menghalangi orang lain masuk kantor, memasang alat penyadap, bahkan menyembungikan telepon, ponsel di bawah sofa dan belakang buku, itu tidak boleh," kata Smith dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (27/8/2025).
Dia menambahkan tidak baik saat demonstran menolak diminta pergi. Oleh karena itu ada tujuh orang yang akhirnya diusir oleh pihak kepolisian.
"Saat diminta pergi dan menolak, itu tidak baik. Itu sebabnya untuk ketujuh orang, polisi Redmond harus mengeluarkan mereka dari gedung," dia menjelaskan.
Dari ketujuh orang yang masuk ke kantornya, dua orang merupakan karyawan Microsoft.
Pihak Microsoft juga tengah mempertimbangkan akan mendisiplinkan atau tidak karyawan yang berpartisipasi pada protes tersebut.
Kasus ini bukanlah pertama. Tahun lalu, sejumlah karyawan Google diketahui masuk tanpa izin ke fasilitas perusahaan, termasuk mengakses CEO Google Cloud Thomas Kurian.
Perkaranya adalah Google memiliki kontrak dengan pemerintah Israel. Kemudian perusahaan memecat 28 karyawan yang terlibat protes.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Microsoft Guyur Indonesia Rp 27 Triliun, Lapor ke Menkomdigi
