
Bukan Rudah atau Bom, Arus Laut Diam-Diam Jadi Petaka di Eropa

Jakarta, CNBC Indonesia - Bukan rudal atau bom, salah satu ancaman terbesar bagi Eropa justru datang dari laut yang bisa memberi dampak kerusakan setara efek perang nuklir.
Ancaman laut itu berasal dari arus laut raksasa di Samudra Atlantik, yakni Atlantic Meridional Overturning Circulation (AMOC), diperkirakan bisa kolaps akibat perubahan iklim dan menimbulkan bencana global.
AMOC adalah sistem arus laut yang berfungsi mengalirkan panas dari wilayah tropis ke Atlantik Utara. Besarnya aliran panas mencapai lebih dari 1.000 terawatt, jauh melampaui konsumsi energi manusia yang hanya sekitar 20 terawatt. Namun, para ilmuwan mengingatkan arus ini rapuh terhadap perubahan suhu dan salinitas laut akibat pemanasan global.
Jika AMOC berhenti, dampaknya akan sangat ekstrem. Suhu musim dingin di Brussel bisa turun hingga -20°C, sementara di Oslo mendekati -50°C. Laut Utara bahkan bisa membeku hingga ke muara Sungai Humber di Inggris. Selain itu, curah hujan di Eropa Utara dapat anjlok drastis, membuat 80% lahan pertanian Inggris tak lagi bisa digarap tanpa irigasi.
"Dampaknya bukan hanya di Eropa. Pendinginan di belahan bumi utara akan menggeser sabuk hujan tropis ke arah selatan, yang dapat memperparah kekeringan di kawasan Sahel, Afrika, sekaligus menghancurkan ekosistem Amazon," dikutip dari laporan The Economist, Sabtu (16/8/2025).
Para ahli menyebut fenomena ini sebagai salah satu tipping point iklim, yaitu titik kritis ketika perubahan menjadi dramatis, merusak, dan tak bisa dipulihkan. Lebih mengkhawatirkan lagi, sejumlah model simulasi menyebut kolapsnya AMOC bisa terjadi hanya dalam hitungan dekade setelah suhu global melewati ambang tertentu.
Meski risikonya besar, sejumlah pemerintah disebut belum menyiapkan langkah antisipasi. Inggris baru-baru ini mulai mendanai sistem pemantauan AMOC yang bisa memberikan peringatan dini. Namun, pakar iklim menilai upaya mitigasi global masih minim meski sejumlah penelitian menyebut AMOC sudah mulai melemah.
"Jika ini ancaman militer, dunia pasti sudah menyiapkan strategi. Sayangnya, karena ini soal iklim, imajinasi kita tampak belum cukup besar untuk menghadapinya," tulis laporan tersebut.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 15.000 Ilmuwan Teriak Kiamat di Depan Mata, Jadwalnya Sudah Ada
