
Pesawat Rusia Diserang, Ribuan Jadi Korban Penerbangan Lumpuh Total

Jakarta, CNBC Indonesia - Maskapai penerbangan nasional Rusia, Aeroflot, menjadi korban serangan siber besar-besaran yang dilakukan kelompok peretas pro-Ukraina.
Karena kejadian ini lebih dari 50 penerbangan dibatalkan dan ribuan penumpang terdampak, dan menjadikannya insiden siber paling parah terhadap industri penerbangan Rusia sejauh ini.
Kremlin menyebut situasi ini mengkhawatirkan, dan para anggota parlemen menggambarkannya sebagai peringatan keras bagi Rusia. Jaksa menegaskan gangguan pada maskapai nasional tersebut disebabkan oleh peretasan dan telah membuka penyelidikan pidana.
Anggota parlemen senior Anton Gorelkin mengatakan bahwa Rusia sedang berada di bawah serangan digital.
"Kita tidak boleh lupa bahwa perang terhadap negara kita berlangsung di semua lini, termasuk digital. Saya tidak menutup kemungkinan bahwa para 'hacktivist' yang mengklaim bertanggung jawab atas insiden ini adalah kaki tangan negara-negara tidak bersahabat," ujarnya, dikutip dari Reuters, Selasa (29/7/2025).
Kelompok Silent Crow dan Belarusian Cyberpartisans mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Mereka mengaku telah menghancurkan 7.000 server Aeroflot dan mengambil alih komputer pribadi staf, termasuk manajemen senior. Bahkan, mereka mengancam akan membocorkan data pribadi seluruh warga Rusia yang pernah menggunakan Aeroflot.
Serangan ini memicu kekacauan di Bandara Sheremetyevo, Moskow. Banyak penerbangan tertunda hingga berjam-jam dan para penumpang meluapkan kemarahan di media sosial karena tidak ada informasi yang jelas.
Sejak Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada Februari 2022, para pelancong di negara tersebut telah terbiasa dengan gangguan penerbangan, biasanya karena serangan drone yang menutup bandara secara sementara. Namun, serangan siber kali ini dinilai sebagai yang paling merusak sejauh ini, karena melibatkan maskapai nasional dengan skala gangguan yang luas.
Mantan pilot Aeroflot sekaligus pakar penerbangan, Andrei Litvinov, mengatakan ini adalah bencana serius.
"Penundaan penerbangan masih bisa ditoleransi, tapi kerugian bagi perusahaan milik negara sebesar ini sangat besar," ujar Litvinov.
Ia menambahkan, kalau semua korespondensi dan data internal perusahaan bocor, ini bisa punya konsekuensi jangka panjang. "Dulu drone, sekarang serangan dari dalam," terangnya.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Serangan Susulan Muncul Usai Ledakan di Pelabuhan Terbesar
