
Fundamental Kekuatan Nasional, Telkom Dituntut Berani Transformasi

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dinilai harus mampu 'menenun' strategi jangka menengah dan panjang dengan langkah konkret.
Sebelumnya, investor Telkom disebut tengah dilanda frustrasi yang cukup bisa dimaklumi. Meskipun mencatatkan laba bersih sebesar Rp 23,6 triliun sepanjang 2024 dan rasio pembayaran dividen (DPR) 89%, Telkom membagikan dividen sebesar Rp 21 triliun atau Rp 212,46 per saham pada Juni 2025 menyatakan bahwa fundamental Telkom masih solid di atas kertas namun terasa tak cukup untuk mengangkat valuasi di tengah sentimen pasar yang muram.
Sentimen pasar, ketidakpastian global, serta ekspektasi pasar terhadap transformasi Telkom membuat fundamental yang kuat terasa kurang berdampak.
Menurut Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber dan Komunikasi CISSReC, Pratama Dahlian Persadha, mengatakan restrukturisasi portofolio menjadi kunci.
Telkom perlu segera menyisir ulang anak dan cucu usaha agar benar-benar fokus pada proyek yang memberikan nilai tambah.
"Sejalan dengan strategi streamlining yang telah diumumkan manajemen," ujar Pratama.
Selain itu, penyegaran kepemimpinan dan pembenahan internal juga dinilai penting untuk menciptakan arah baru yang jelas.
Efisiensi manajemen, penguatan sinergi lintas unit, serta perampingan struktur organisasi akan menghindarkan perusahaan dari konflik kepentingan dan birokrasi yang menghambat inovasi.
Dalam lanskap digital yang terus berkembang, Telkom juga disarankan meningkatkan investasi pada segmen bisnis digital, termasuk riset dan pengembangan untuk teknologi mutakhir seperti data center, cloud, dan solusi enterprise.
Langkah ini penting guna mendiversifikasi pendapatan dan mengurangi ketergantungan pada bisnis seluler yang kompetisinya semakin ketat.
Namun tantangan Telkom tidak hanya bersifat domestik. Dinamika geopolitik global, mulai dari ketegangan antara negara besar hingga perubahan regulasi internasional, turut mempengaruhi rantai pasok dan akses terhadap teknologi.
Pratama menyarankan agar Telkom mengadopsi pendekatan multivendor dan diversifikasi mitra teknologi dari berbagai kawasan seperti Barat, Timur Tengah, dan domestik.
"Telkom dapat mengurangi potensi gangguan dari nasionalisasi teknologi atau hambatan perdagangan," ujar Pratama.
Secara taktis, kolaborasi strategis dengan perusahaan global yang beroperasi di wilayah netral dapat menjadi solusi.
"Inisiatif seperti pembentukan joint venture untuk 5G, pusat inovasi digital, atau riset AI berbasis lokal bisa menjadi pilar keberlanjutan dan pembeda strategi," jelas Pratama.
Ia mengatakan, Telkom masih memiliki infrastruktur yang luas, basis pelanggan besar, dan reputasi sebagai perusahaan telekomunikasi terkemuka. Namun momentum pemulihan sangat tergantung pada keberanian bertransformasi, pemurnian internal, dan ketegasan dalam menghadapi tantangan geopolitik.
"Bila langkah ini diambil dengan konsisten, bukan tidak mungkin Telkom kembali menarik perhatian investor dan mampu bertahan dalam gejolak pasar global." pungkasnya.
(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Telkom Catat Pendapatan Konsolidasi Rp 150 T Sepanjang 2024
