
Perang Saudara Menggila, China Makin Parah Serang Taiwan

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan geopolitik antara China dan Taiwan kembali memanas, kali ini lewat serangan siber yang makin intens terjadi.
Laporan terbaru dari perusahaan keamanan siber Proofpoint mengungkap, peretas yang terafiliasi dengan China dilaporkan menargetkan industri semikonduktor dan analis investasi Taiwan dalam serangkaian kampanye spionase siber.
Serangan ini berlangsung sejak Maret hingga Juni 2025 dan diyakini masih terus berjalan.
"Kami melihat entitas yang sebelumnya tidak pernah menjadi sasaran, kini mulai diserang," kata Mark Kelly, peneliti ancaman yang fokus pada aktivitas terkait China di Proofpoint, dikutip dari Reuters, Kamis (17/7/2025).
Para peneliti mencatat bahwa peretasan kini menyasar entitas-entitas yang sebelumnya tidak pernah dijadikan target.
Mereka menggunakan berbagai teknik manipulatif, termasuk menyamar sebagai pencari kerja menggunakan akun email universitas Taiwan yang telah diretas.
Serangan ini terjadi di tengah ketatnya pembatasan ekspor chip rancangan AS ke China, yang mayoritas produksinya dilakukan di Taiwan. Kendati demikian, baru-baru ini pemerintahan Trump akhirnya melunak dan membuka akses chip dari AS ke China, dengan imbalan China mengizinkan pengiriman logam tanah jarang ke AS.
Kendati demikian, kebijakan pemerintahan Trump yang kerap berubah-ubah membuat industri selalu dalam keadaan siaga. China terus berupaya mengembangkan industri chip dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan dengan AS, terutama chip untuk teknologi kecerdasan buatan (AI).
Para peneliti enggan mengungkapkan siapa saja target serangan peretasan terbaru yang dilancarkan China ke Taiwan, namun mereka mengatakan sekitar 15 hingga 20 organisasi menjadi sasaran. Ini mencakup perusahaan kecil, analis yang bekerja di bank internasional berbasis AS, hingga perusahaan global berskala besar.
Juru bicara Kedutaan Besar China di Washington mengatakan kepada Reuters melalui email bahwa serangan siber adalah ancaman umum yang dihadapi semua negara, termasuk China.
"Kami menegaskan bahwa China menentang dan memerangi segala bentuk serangan siber dan kejahatan dunia maya, sikap yang konsisten dan jelas," kata juru bicara tersebut.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Tuduh Taiwan Jual Diri, Semua Buat Rayu Donald Trump