
Gara-Gara China, Kurs Riyal Stagnan di Rp 4.097/SAR
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 April 2020 21:45

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar riyal Arab Saudi (SAR) stagnan melawan rupiah pada perdagangan awal pekan (20/4/2020), meski sempat menguat cukup tajam di awal sesi. China yang mengirim kabar bagus ke pasar keuangan membuat rupiah bangkit melawan riyal.
Di awal perdagangan, riyal menguat 0,56% ke Rp 4.120/SAR, tetapi penguatan tersebut akhirnya terpangkas hingga ke Rp 4.097/SAR. Posisi riyal stagnan, alias sama dengan penutupan perdagangan Jumat (17/4/2020) pekan lalu.
Stagnannya riyal hari ini menunjukkan bagaimana keperkasaan rupiah di saat sentimen pelaku pasar sedang membaik. Riyal sudah dibuat melemah 2 pekan beruntun, dengan total 5,5%.
Bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) hari ini memangkas suku bunga (loan prime rate/LPR) tenor 1 tahun menjadi 3,85% dari sebelumnya 4,05%, dan LPR tenor 5 tahun juga dipangkas menjadi 4,65% dari sebelumnya 4,75%.
Ini merupakan kali kedua PBoC memangkas LPR di tahun ini, tujuannya tentu saja untuk menambah likuditas dan memacu perekonomain yang merosot akibat penyebaran penyakit virus corona (COVID-19).
Pemangkasan suku bunga PBoC terbukti mengangkat sentimen pelaku pasar hari ini. Roda perekonomian China diharapkan semakin berputar cepat, sehingga ekonominya bisa segera bangkit dari kerterpurukan di kuartal I-2020 (berkontraksi 6,8%) lalu akibat penyebaran penyakit virus corona (COVID-19).
Ketika ekonomi China bangkit, maka akan menjadi awal yang bagus bagi perekonomian global saat pandemi COVID-19 berhasil dihentikan.
Rupiah yang sebelumnya melemah pun berhasil bangkit akibat membaiknya sentimen pelaku pasar setelah PBoC memangkas suku bunga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Kurs Riyal Arab Saudi Hari Ini Tetap di Rp 3.741/SAR
Di awal perdagangan, riyal menguat 0,56% ke Rp 4.120/SAR, tetapi penguatan tersebut akhirnya terpangkas hingga ke Rp 4.097/SAR. Posisi riyal stagnan, alias sama dengan penutupan perdagangan Jumat (17/4/2020) pekan lalu.
Stagnannya riyal hari ini menunjukkan bagaimana keperkasaan rupiah di saat sentimen pelaku pasar sedang membaik. Riyal sudah dibuat melemah 2 pekan beruntun, dengan total 5,5%.
Bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) hari ini memangkas suku bunga (loan prime rate/LPR) tenor 1 tahun menjadi 3,85% dari sebelumnya 4,05%, dan LPR tenor 5 tahun juga dipangkas menjadi 4,65% dari sebelumnya 4,75%.
Ini merupakan kali kedua PBoC memangkas LPR di tahun ini, tujuannya tentu saja untuk menambah likuditas dan memacu perekonomain yang merosot akibat penyebaran penyakit virus corona (COVID-19).
Pemangkasan suku bunga PBoC terbukti mengangkat sentimen pelaku pasar hari ini. Roda perekonomian China diharapkan semakin berputar cepat, sehingga ekonominya bisa segera bangkit dari kerterpurukan di kuartal I-2020 (berkontraksi 6,8%) lalu akibat penyebaran penyakit virus corona (COVID-19).
Ketika ekonomi China bangkit, maka akan menjadi awal yang bagus bagi perekonomian global saat pandemi COVID-19 berhasil dihentikan.
Rupiah yang sebelumnya melemah pun berhasil bangkit akibat membaiknya sentimen pelaku pasar setelah PBoC memangkas suku bunga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Kurs Riyal Arab Saudi Hari Ini Tetap di Rp 3.741/SAR
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular