
Rupiah Sedang Perkasa, Kurs Riyal Melemah ke Level 4.151
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 April 2020 23:20

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar riyal Arab Saudi (SAR) melemah tipis melawan rupiah pada perdagangan Selasa (14/4/2020). Meski demikian, jika dilihat sejak pekan lalu, kurs riyal sudah merosot tajam.
Pada perdagangan hari ini, riyal melemah 0,05% ke Rp 4.151/SAR di pasar spot melansir data Refinitiv. Sementara jika dilihat sejak awal pekan lalu, kurs riyal sudah merosot 4,79%.
Berikut pergerakan riyal sejak awal April.
Sentimen pelaku pasar yang sedang bagus karena penyebaran pandemi penyakit virus corona (COVID-19) yang melambat membuat rupiah perkasa.
Meski di beberapa wilayah kembali mengalami peningkatan, tetapi secara global berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) penambahan jumlah kasus secara penambahan jumlah kasus COVID-19 sudah satu digit persentase sejak 30 Maret lalu.
Terbaru, pada 13 April terjadi penambahan kasus 4,51% sehingga total menjadi 1,77 juta kasus. Persentase penambahan tersebut merupakan yang terendah sejak 11 Maret.
Penyebaran di Eropa yang merupakan episentrum COVID-19 sudah mengalami penurunan signifikan, dan aktivitas ekonomi berangsur pulih. CNBC International melaporkan Italia dan Spanyol, mulai mencabut beberapa larangan pembatasan aktivitas warganya setelah jumlah kasus baru serta korban meninggal akibat COVID-19 terus menurun.
Spanyol sudah mengizinkan beberapa aktivitas konstruksi bekerja kembali, begitu juga dengan pabrik-pabrik sudah mulai beroperasi sejak hari Senin. Sementara itu Italia mulai mengizinkan beberapa usaha untuk kembali beraktivitas hari ini.
Tidak hanya itu, negara dengan nilai perekonomian terbesar di Benua Biru, Jerman, juga mempertimbangkan langkah-langkah secara bertahap menuju aktivitas normal.
Berdasarkan data CEIC, Spanyol hari ini melaporkan penambahan kasus sebanyak 3.477 kasus, menjadi yang terendah sejak 20 Maret. Italia melaporkan 3.153 kasus, terendah sejak 15 Maret, dan Jerman melaporkan 2.082 kasus terendah sejak 19 Maret.
Hal tersebut membuat sentimen pelaku pasar semakin membaik. Kala sentimen membaik, maka aset-aset berisiko yang memberikan imbal hasil tinggi kembali menjadi sasaran investasi, rupiah pun mendapat rejeki.
Aliran modal asing mulai masuk kembali ke Indonesia sejak awal April, sejalan dengan penguatan Mata Uang Garuda.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan sejak akhir Maret hingga 7 April lalu, terjadi inflow di pasar obligasi sebesar Rp 920 miliar. Sementara sepanjang Maret lalu, terjadi outflow ratusan triliun yang membuat kurs rupiah jeblok.
Inflow tersebut bisa terus berlanjut seiring dengan naiknya kepercayaan investor terhadap kemampuan Indonesia memerangi COVID-19. Pemerintah siap menggelontorkan stimulus fiskal senilai 450,1 triliun, begitu juga dengan Bank Indonesia (BI) yang sudah lebih dulu memberikan stimulus moneter.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, hari ini mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang memutuskan mempertahankan suku bunga acuan 4,5%. Namun BI sekali lagi memberikan stimulus dengan penurunan Giro Wajib Minumum (GWM) yang bisa menambah likuiditas di pasar.
Perry juga mengatakan aliran modal asing kembali masuk setelah pemerintah dan BI mengeluarkan berbagai "amunisinya."
"Apresiasi rupiah pada April 2020 didorong kembali meningkatnya aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik pasca ditempuhnya berbagai kebijakan di banyak negara untuk memitigasi dampak penyebaran Covid-19, termasuk Indonesia," ujar Perry, Selasa (14/4/2020), dalam konferensi pers virtual usai Rapat Dewan Gubernur BI.
Jika aliran modal terus mengalir ke dalam negeri, ke depannya rupiah bisa terus menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Kurs Riyal Arab Saudi Hari Ini Tetap di Rp 3.741/SAR
Pada perdagangan hari ini, riyal melemah 0,05% ke Rp 4.151/SAR di pasar spot melansir data Refinitiv. Sementara jika dilihat sejak awal pekan lalu, kurs riyal sudah merosot 4,79%.
Berikut pergerakan riyal sejak awal April.
Sentimen pelaku pasar yang sedang bagus karena penyebaran pandemi penyakit virus corona (COVID-19) yang melambat membuat rupiah perkasa.
Meski di beberapa wilayah kembali mengalami peningkatan, tetapi secara global berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) penambahan jumlah kasus secara penambahan jumlah kasus COVID-19 sudah satu digit persentase sejak 30 Maret lalu.
Terbaru, pada 13 April terjadi penambahan kasus 4,51% sehingga total menjadi 1,77 juta kasus. Persentase penambahan tersebut merupakan yang terendah sejak 11 Maret.
Penyebaran di Eropa yang merupakan episentrum COVID-19 sudah mengalami penurunan signifikan, dan aktivitas ekonomi berangsur pulih. CNBC International melaporkan Italia dan Spanyol, mulai mencabut beberapa larangan pembatasan aktivitas warganya setelah jumlah kasus baru serta korban meninggal akibat COVID-19 terus menurun.
Spanyol sudah mengizinkan beberapa aktivitas konstruksi bekerja kembali, begitu juga dengan pabrik-pabrik sudah mulai beroperasi sejak hari Senin. Sementara itu Italia mulai mengizinkan beberapa usaha untuk kembali beraktivitas hari ini.
Tidak hanya itu, negara dengan nilai perekonomian terbesar di Benua Biru, Jerman, juga mempertimbangkan langkah-langkah secara bertahap menuju aktivitas normal.
Berdasarkan data CEIC, Spanyol hari ini melaporkan penambahan kasus sebanyak 3.477 kasus, menjadi yang terendah sejak 20 Maret. Italia melaporkan 3.153 kasus, terendah sejak 15 Maret, dan Jerman melaporkan 2.082 kasus terendah sejak 19 Maret.
Hal tersebut membuat sentimen pelaku pasar semakin membaik. Kala sentimen membaik, maka aset-aset berisiko yang memberikan imbal hasil tinggi kembali menjadi sasaran investasi, rupiah pun mendapat rejeki.
Aliran modal asing mulai masuk kembali ke Indonesia sejak awal April, sejalan dengan penguatan Mata Uang Garuda.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan sejak akhir Maret hingga 7 April lalu, terjadi inflow di pasar obligasi sebesar Rp 920 miliar. Sementara sepanjang Maret lalu, terjadi outflow ratusan triliun yang membuat kurs rupiah jeblok.
Inflow tersebut bisa terus berlanjut seiring dengan naiknya kepercayaan investor terhadap kemampuan Indonesia memerangi COVID-19. Pemerintah siap menggelontorkan stimulus fiskal senilai 450,1 triliun, begitu juga dengan Bank Indonesia (BI) yang sudah lebih dulu memberikan stimulus moneter.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, hari ini mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang memutuskan mempertahankan suku bunga acuan 4,5%. Namun BI sekali lagi memberikan stimulus dengan penurunan Giro Wajib Minumum (GWM) yang bisa menambah likuiditas di pasar.
Perry juga mengatakan aliran modal asing kembali masuk setelah pemerintah dan BI mengeluarkan berbagai "amunisinya."
"Apresiasi rupiah pada April 2020 didorong kembali meningkatnya aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik pasca ditempuhnya berbagai kebijakan di banyak negara untuk memitigasi dampak penyebaran Covid-19, termasuk Indonesia," ujar Perry, Selasa (14/4/2020), dalam konferensi pers virtual usai Rapat Dewan Gubernur BI.
Jika aliran modal terus mengalir ke dalam negeri, ke depannya rupiah bisa terus menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Kurs Riyal Arab Saudi Hari Ini Tetap di Rp 3.741/SAR
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular