Jakarta Tak Sendiri, Negara-Wilayah Ini Pernah Tak Berpesta Tahun Baru
Jakarta, CNBC Indonesia - Bencana banjir bandang yang melanda 3 provinsi di Sumatra, yakni Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara, mendorong sejumlah pemerintah daerah di Indonesia untuk menahan atau meniadakan perayaan Tahun Baru 2026.
Langkah ini diambil sebagai bentuk empati terhadap wilayah terdampak serta penyesuaian di tengah situasi darurat.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta termasuk salah satu daerah yang mengambil kebijakan tersebut.
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyatakan perayaan Tahun Baru 2026 di Jakarta tidak akan diramaikan dengan pesta kembang api. Konsep perayaan akan disederhanakan dan diarahkan pada kegiatan yang lebih reflektif, termasuk penyediaan ruang doa bagi masyarakat.
Keputusan tersebut sekaligus penyesuaian kebijakan daerah dalam merespons bencana nasional. Pergantian tahun kali ini tidak ditempatkan sebagai ajang perayaan besar, melainkan berlangsung dengan mempertimbangkan kondisi sosial dan kemanusiaan yang masih berkembang di sejumlah wilayah.
Kondisi seperti ini bukanlah hal yang baru, berdasarkan riset CNBC Indonesia, ketika terjadi bencana, tragedi, atau krisis melanda, banyak kota dan negara di dunia yang pernah memilih langkah serupa untuk menahan perayaan tahun baru demi menunjukkan rasa empati.
New York, Pasca Kejadian 9/11
Pergantian tahun 2001 ke 2002 di New York City berlangsung di bawah bayang-bayang serangan teror 11 September. Pemerintah kota memutuskan tetap menggelar tradisi Times Square Ball Drop, namun dengan pembatasan ketat.
Tidak ada pesta jalanan besar seperti tahun-tahun sebelumnya. Keamanan diperketat, jumlah pengunjung dibatasi, dan pesan yang disampaikan lebih menekankan ketahanan publik pasca kejadian teror tersebut dibandingkan kemeriahan pesta tahun baru.
Asia Memasuki Tahun Baru 2005 dalam Suasana Darurat
Tsunami Samudra Hindia pada 26 Desember 2004 meluluhlantakkan pesisir Aceh dan sejumlah negara Asia Selatan. Saat kalender berganti ke 2005, Indonesia, India, dan Sri Lanka masih berada dalam fase tanggap darurat.
Perayaan Tahun Baru di berbagai wilayah pun ditiadakan. Acara resmi negara dibatalkan, sementara masyarakat diarahkan pada doa bersama dan kegiatan solidaritas.
Surabaya Menahan Perayaan Usai Tragedi QZ8501
Tragedi jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 pada 28 Desember 2014 membawa duka mendalam bagi Indonesia, terutama bagi warga Surabaya. Pesawat dengan rute penerbangan dari Surabaya menuju ke Singapura hilang kontak di atas perairan Selat Karimata dan kemudian dinyatakan jatuh.
Peristiwa ini terjadi hanya beberapa hari sebelum pergantian tahun. Banyak penumpang dalam penerbangan tersebut diketahui berasal dari Surabaya dan wilayah Jawa Timur.
Pemerintah Kota Surabaya pun memutuskan untuk membatalkan seluruh agenda perayaan tahun baru 2025, termasuk acara Car Free Night dan panggung hiburan yang sebelumnya telah disiapkan di sejumlah titik kota. Kebijakan ini diambil untuk menghormati duka keluarga korban.
Alih-alih menggelar perayaan, pemerintah daerah mengarahkan masyarakat pada kegiatan doa bersama dan refleksi. Jalan-jalan utama yang biasanya dipadati aktivitas pergantian tahun berlangsung relatif lengang.
Paris 2016: Pergantian Tahun di Bawah Bayang-Bayang Teror
Gelombang serangan teror sepanjang 2015 membuat Paris menyesuaikan cara menyambut Tahun Baru 2016. Pemerintah kota membatalkan pesta kembang api besar di Champs-Élysées dan mengurangi aktivitas hiburan terbuka.
Perayaan tetap digelar secara simbolis dengan pengamanan ketat yang menunjukkan upaya menjaga aktivitas publik tanpa mengabaikan rasa aman.
Thailand Setahun Berkabung
Wafatnya Raja Bhumibol Adulyadej membawa Thailand memasuki masa berkabung nasional yang panjang. Dampaknya terasa hingga pergantian tahun 2016 ke 2017.
Di Bangkok, perayaan Tahun Baru berskala besar turut dibatalkan, termasuk acara countdown dan kembang api di kawasan CentralWorld. Keputusan ini sebagai penghormatan nasional terhadap sosok raja yang sangat dihormati.
Ketika Pandemi Menghentikan Pesta Dunia: Tahun Baru 2021 Sepi
Berbeda dengan kasus-kasus sebelumnya yang bersifat lokal atau nasional, Tahun Baru 2021 menjadi anomali global. Pandemi COVID-19 memaksa banyak negara meniadakan atau membatasi perayaan Tahun Baru secara serentak.
Larangan kerumunan, pembatasan mobilitas, dan kekhawatiran lonjakan kasus membuat konser, pesta kembang api, dan acara publik dibatalkan di berbagai kota besar dunia.
Beirut 2021: Tahun Baru Datang di Tengah Luka dan Krisis
Di Lebanon, pergantian tahun 2020 ke 2021 berlangsung dalam tekanan. Dampak ledakan Pelabuhan Beirut, krisis ekonomi, serta pembatasan pandemi membuat perayaan publik nyaris tidak terlihat.
Sebagian besar kegiatan hiburan dibatalkan atau digelar sangat terbatas. Fokus masyarakat bergeser pada pemulihan dan kebutuhan dasar.
Perayaan Sunyi di Negara yang Masih Berperang
Sejak konflik bersenjata dengan Rusia, Ukraina memberlakukan pembatasan ketat terhadap perayaan publik. Menjelang Tahun Baru 2023 dan 2024, Kyiv melarang penggunaan kembang api dan acara terbuka berskala besar. Kebijakan ini diambil demi keamanan serta mempertimbangkan kondisi psikologis warga di tengah konflik berkepanjangan.
Yordania & Pakistan: Tahun Baru Ditinggalkan Demi Solidaritas
Krisis kemanusiaan di Gaza mendorong sejumlah negara mengambil langkah simbolis menjelang Tahun Baru 2024. Yordania membatasi penyelenggaraan konser dan pesta publik, sementara Pakistan secara resmi melarang perayaan Tahun Baru. Kebijakan ini menunjukkan bahwa solidaritas internasional dan faktor geopolitik dapat memengaruhi keputusan sosial dan budaya.
Korea Selatan 2025: Pergantian Tahun yang Diselimuti Duka Nasional
Menjelang akhir 2024, Korea Selatan dilanda duka akibat kecelakaan pesawat Jeju Air Flight 2216. Pemerintah menetapkan masa berkabung nasional yang bertepatan dengan malam pergantian tahun.
Di Seoul, seremoni lonceng Bosingak tetap digelar, namun tanpa konser dan hiburan tambahan. Perayaan berlangsung sederhana, menyesuaikan dengan suasana duka nasional.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(evw/evw)