Dikepung Berita Buruk dari Vietnam - China, Harga Batu Bara Tenggelam
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali melemah dihantam kabar buruk dari Vietnam dan China.
Merujuk Refinitiv, harga batu bara pada perdagangan Rabu (11/12/2025) ditutup di US$ 108,1 atau anjlok 1,1%. Pelemahan ini memperpanjang tren negatif batu bara dengan melemah 1,5% dalam dua hari beruntun.
Harga batu bara melemah di tengah beragamnya sentimen dari pasar Vietnam dan China.
Vietnam mengimpor sekitar 3,82 juta ton batu bara dari semua jenis pada November 2025. Volume ini jatuh 20,9% dibanding bulan sebelumnya dan merupakan level bulanan terendah sejak Oktober 2023.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, impor batu bara pun turun sekitar 4,8%.
Dari sisi nilai, impor Vietnam di bulan tersebut tercatat senilai US$ 378 juta, mengalami penyusutan signifikan sekitar 24% dari Oktober. Di antara negara pemasok, Indonesia tetap menjadi sumber batu bara terbesar bagi Vietnam.
Penurunan volume dan nilai impor menunjukkan bahwa permintaan batu bara di Vietnam menurun, bisa jadi karena turunnya kebutuhan listrik, overstock, atau faktor penyebab lain dari sisi utilitas di Vietnam.
Harga impor yang menurun turut menyiratkan bahwa pasar batu bara global dan regional berada di kondisi yang kompetitif yang menjadi beban bagi eksportir jika pasokan tetap tinggi dan permintaan melemah.
Bagi Indonesia sebagai salah satu eksportir besar batu bara ke Vietnam. Data ini bisa menjadi sinyal perlunya adaptasi baik dari segi harga, kualitas, maupun pengelolaan suplai agar tetap kompetitif di pasar ekspor Asia Tenggara.
Di China, pasar kokas metallurgi atau kokas menunjukkan perbedaan strategi pembelian di kalangan pabrik baja. Artinya, tidak semua pabrik mengkonsumsi kokas dengan cara dan volume yang sama karena sebagian menahan pembelian, sebagian lain tetap membeli.
Sentimen di pasar kokas cukup negatif, karena banyak pelaku industri memperkirakan permintaan akan kokas bakal melemah dalam beberapa minggu ke depan. Hal ini memicu prediksi bahwa harga kokas bakal dipangkas lebih lanjut.
Sebelumnya pada 5 Desember 2025, kontrak futures untuk kokas di bursa komoditas China sempat terpukul. Harga turun sekitar 3,2% dari penutupan perdagangan sebelumnya.
Banyak pabrik baja telah melakukan pengurangan produksi atau pemeliharaan sehingga kebutuhan akan kokas menurun.
Karena stok kokas di pabrik dan produsen sudah cukup dan suplai tetap tinggi sementara penjualan baja melemah maka pabrik baja menunda atau membatasi pembelian baru.
Harga kokas bakal turun lebih jauh. Banyak pelaku memperkirakan putaran pemangkasan harga kokas akan terjadi segera.
Senada dengan kokas, harga batu bara thermal di wilayah tambang utama China kembali dipangkas, meskipun ada perkiraan cuaca dingin. Padahal, biasanya periode salju meningkatkan kebutuhan energi.
Penurunan harga terjadi karena permintaan dari pengguna akhir (power plants / utilitas listrik) tetap lemah, sementara pasokan batubara masih relatif mencukupi.
Dengan kondisi suplai cukup dan konsumsi listrik yang lesu, sentimen terhadap batubara thermal dalam negeri tetap dingin. Hal ini menekan harga di tingkat tambang.
Situasi ini menunjukkan bahwa stimulasi cuaca dingin saja tidak cukup untuk menaikkan permintaan batubara jika konsumsi energi dan utilitas tetap lesu.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]