Awas! Ada Peringatan Bahaya Buat Pengusaha Batu Bara RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terus melandai dalam dua hari beruntun.
Merujuk Refinitiv, harga batu bara pada perdagangan Kamis (4/12/2025) ditutup di posisi US$ 108,25 atau melandai 0,69%.
Pelemahan ini memperpanjang tren negatif harga batu bara menjadi dua hari beruntun menjadi dua hari dengan melemah 1,64%.
Harga batu bara termal domestik di China terus mengalami penurunan. Permintaan yang lesu serta ekspektasi bearish membuat banyak pembeli enggan membeli di level harga sekarang. Tekanan harga pun terus berlanjut.
Penurunan harga mempengaruhi banyak wilayah tambang besar di China (mine-mouth),sehingga harga dari tambang ke pembeli (mine-mouth price) turun.
Pasokan domestik di China juga cukup melimpah yang ikut menekan harga. Produksi batu bara melebihi permintaan sehingga menyebabkan stok batu bara menumpuk.
Di sisi permintaan, sektor pembangkit listrik dan utilitas mengurangi pembelian batu bara karena substitusi ke energi terbarukan dan efisiensi membuat konsumsi batu bara menurun.
Akibat oversupply dan permintaan rendah, beberapa penambang sudah menjual di harga yang berada di harga atau bahkan di bawah biaya produksi. Kondisi ini membuat profitabilitas perusahaan tambang tertekan.
Produsen batu bara terutama tambang dengan biaya produksi tinggi mengalami tekanan besar sehingga mereka terancam mengurangi produksi, menunda investasi baru, atau menutup tambang yang tidak efisien.
Kondisi yang memburuk ini membuat impor batu bara termal ke China makin tidak menarik bagi eksportir luar negeri seperti Indonesia dan Australia.
Harga domestik sudah murah sehingga membuat daya saing batu bara impor menurun.
Beberapa analis memperkirakan bahwa harga batu bara termal di China akan tetap berada di tekanan, kecuali ada lonjakan permintaan besar misalnya musim dingin ekstrim atau penurunan drastis pasokan.
Tambang-tambang dengan biaya tinggi kemungkinan besar akan dipangkas produksinya, sementara tambang efisien tetap bertahan - yang bisa memperkecil pasokan di jangka menengah, sedikit menopang harga.
Pelemahan pada harga impor terjadi di tengah kondisi global dan regional di mana permintaan batu bara termal melambat, bukan hanya di China.
Buat eksportir seperti Indonesia dan Australia ini menjadi kabar buruk karena memberi dampak negatif terhadap volume ekspor dan pendapatan.
Jika pasar impor oleh pembeli besar seperti China melemah terus, hal ini bisa menekan harga batu bara seaborne secara lebih luas. Kondisi ini memberi tekanan pada seluruh rantai suplai yang mengandalkan ekspor ke China.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]