MARKET DATA

Kinerja Kredit Himbara Mulai Bergeliat Usai Pemangkasan Suku Bunga

Gelson Kurniawan,  CNBC Indonesia
02 December 2025 17:25
Ilustrasi Himbara
Foto: Ilustrasi Himbara

Jakarta, CNBC Indonesia - Transmisi kebijakan pelonggaran moneter Bank Indonesia (BI) mulai menunjukkan "taringnya" terhadap intermediasi perbankan. Pemangkasan suku bunga acuan (BI Rate) yang dimulai secara agresif sejak pertengahan tahun 2025 terbukti efektif membalikkan tren perlambatan kredit, khususnya pada kelompok bank pelat merah atau Himbara (Himpunan Bank Milik Negara).

Berdasarkan data yang dihimpun CNBC Indonesia, pertumbuhan kredit tiga bank raksasa PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menunjukkan pola rebound yang solid memasuki Kuartal III-2025, tepat setelah BI mengubah haluan kebijakan moneternya menjadi lebih dovish.

Efek 'Obat Kuat' Pemangkasan Suku Bunga

Pada paruh pertama 2025, industri perbankan sempat menghadapi tantangan likuiditas ketat yang tercermin dari tren penurunan pertumbuhan kredit. Data menunjukkan Bank Mandiri, yang sempat mencatatkan pertumbuhan kredit impresif 19,29% di awal tahun (Januari 2025), mengalami perlambatan konsisten hingga menyentuh titik terendah (bottom) di level 9,92% pada Juli 2025. Pola serupa terjadi pada BNI, yang melambat dari 10,28% di Januari menjadi 6,26% di bulan yang sama.

Namun, angin segar mulai berhembus ketika Bank Indonesia mengambil langkah pre-emptive. Bank Sentral mulai memangkas suku bunga dari level 5,75% menjadi 5,50% pada Mei dan Juni 2025, kemudian dilanjutkan secara agresif menjadi 5,25% di Juli, dan terus turun hingga 4,75% pada Oktober 2025. Langkah ini menjadi titik balik (turning point) penting bagi industri.

Agustus Jadi Momentum Kebangkitan

Data bulan Juli, Agustus, dan September 2025 menjadi bukti empiris kemanjuran stimulus moneter tersebut. Pasca pemangkasan beruntun di bulan Juni dan Juli, kredit Himbara langsung "tancap gas".

Bank Mandiri mencatatkan pemulihan bentuk V-shape recovery. Dari posisi terendah 9,92% di Juli, kredit melesat naik ke 10,74% di Agustus dan menembus 11,58% di September 2025. BNI mencatatkan lonjakan yang lebih dramatis, melompat dari 6,26% di Juli menjadi 8,18% di Agustus, dan kembali ke double digit growth di level 10,35% pada September.

Sementara itu, BBRI menunjukkan karakteristik unik. Sebagai bank yang fokus pada segmen UMKM, BRI terlihat lebih responsif dan defensif. Ketika bank lain masih mencari bottom di bulan Juni, pertumbuhan kredit BRI justru sudah stabil dan mulai merangkak naik konsisten dari 4,58% (Juni) hingga memuncak di 5,76% (Agustus).

Suntikan Likuiditas Jumbo Rp 200 Triliun

Ternyata, penurunan bunga BI bukan satu-satunya faktor. Lonjakan vertikal pada kinerja kredit Himbara di bulan September didorong oleh intervensi fiskal langsung dari pemerintah.

Menteri Keuangan RI, Purbaya Yudhi Sadewa, mengungkapkan bahwa pemerintah telah melakukan langkah counter-cyclical dengan menempatkan dana negara dalam jumlah besar ke sistem perbankan. Menkeu Purbaya mengonfirmasi adanya penyaluran likuiditas segar sebesar Rp 200 triliun yang digelontorkan khusus ke bank-bank Himbara.

"Kami melihat likuiditas perlu didorong lebih kencang. Oleh karena itu, pemerintah masuk dengan menempatkan dana sekitar Rp 200 triliun ke Himbara sejak September. Ini adalah 'amunisi' agar bank-bank negara bisa langsung tancap gas menyalurkan kredit ke sektor riil tanpa khawatir masalah likuiditas," tegas Menkeu Purbaya kepada CNBC Indonesia.

Suntikan likuiditas Rp 200 triliun ini terbukti efektif. Bank-bank Himbara yang mendapatkan mandat dan amunisi tersebut langsung agresif menyalurkan pembiayaan ke proyek-proyek strategis dan korporasi, yang tercermin jelas dari lonjakan data kredit Mandiri dan BNI di bulan September.

Optimisme Menutup Tahun 2025

Kombinasi harmonis antara kebijakan moneter dovish BI dan stimulus fiskal "jumbo" dari Menkeu Purbaya ini memberikan sinyal kuat bagi pasar.

Dari hal ini menilai tren ini mengonfirmasi bahwa siklus pengetatan telah usai. Dengan posisi BI Rate yang kini berada di level 4,75% per Oktober 2025, ditambah suntikan SAL Rp 200 triliun Purbaya, roda ekonomi Indonesia diprediksi akan berputar lebih kencang di Kuartal IV.

Himbara diprediksi akan menutup tahun 2025 dengan pertumbuhan kredit yang solid di kisaran 10-12%, menjadi sinyal positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kembali ekspansif dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia telah mencapai 5,04% di kuartal 3 2025, terbesar di negara G20.

-

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(gls/gls)



Most Popular