30 Negara Paling Doyan Impor di Dunia, RI Masuk Gang Bareng AS & China

Muhammad Zahran,  CNBC Indonesia
05 November 2025 19:40
Tendang Thailand, Tetangga RI Jadi Raja Baru Beras Dunia
Foto: Infografis/ Tendang Thailand, Tetangga RI Jadi Raja Baru Beras Dunia/ Ilham Restu

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdagangan internasional tumbuh melebihi ekspektasi pada paruh pertama 2025.

Volume perdagangan global yang diukur dari rata-rata ekspor dan impor, meningkat tajam hingga 5,5% year-on-year (yoy) pada triwulan I 2025. Diikuti peningkatan 4,3% pada triwulan berikutnya, menjadikan perdagangan pada paruh pertama tahun ini meningkat 4,9% dibanding periode sebelumnya.

Laporan World Trade Organization (WTO) menunjukkan sejumlah fenomena menarik dibalik peningkatan aktivitas perdagangan global. Salah satunya adalah lonjakan impor Amerika Serikat (AS) menjelang kenaikan tarif. Wacana kenaikan tarif memicu perilaku "frontloading" guna melindungi rantai pasok dari kenaikan tarif impor di masa mendatang.

Amerika Serikat sendiri sudah tercatat sebagai negara importir terbesar sejak 2024 silam. Sepanjang 2024, nilai impor AS mencapai US$3,35 triliun atau setara Rp55.784 triliun (US$1=Rp16.652). Dengan kata lain, lebih dari 13% barang impor dari seluruh dunia dibeli oleh AS.

 

Tingginya nilai impor ini mencerminkan permintaan domestik dan aktivitas bisnis yang kuat. Lonjakan impor ini ditopang oleh berbagai komoditas mulai dari input industri, farmasi, hingga barang konsumsi. Meksiko dan Kanada menjadi negara pemasok utama, dengan nilai impor masing-masing US$509 miliar dan US$421 miliar.

Jika digabungkan, keduanya memasok sekitar 28,1% barang impor ke AS. Salah satu industri pengimpor terbesar mereka adalah otomotif dan farmasi.

Di samping itu, China juga menjadi salah satu pemasok terbesar dengan nilai impor mencapai US$462 miliar atau setara Rp7.693 triliun (US$1=Rp16.652). Namun, nilai ini relatif menurun sekitar 20% dibanding 2 tahun sebelumnya, seiring meningkatnya tensi geopolitik antara AS dan China.

Sementara itu, China sendiri juga menempati peringkat atas dalam daftar negara importir terbesar. Total nilai impor China mencapai 2,58 triliun atau setara Rp43.045 triliun tahun sepanjang 2024 (US$1=Rp16.652). Salah satu produk yang paling banyak masuk ke China merupakan produk dalam kategori HS 27, yaitu bahan bakar mineral yang sebagian besar berasal dari Rusia dan Timur Tengah. Peralatan mesin dan kelistrikan (HS 85) juga memiliki kontribusi besar dalam struktur impor Tiongkok, mencerminkan tingginya kebutuhan sektor industri dalam negeri.

Meski begitu, pertumbuhan impor China tidak lebih cepat dari AS, yakni hanya sekitar 1% yoy.

Negara dengan tingkat pertumbuhan impor tercepat berasal dari Asia Tenggara. Vietnam mencatatkan pertumbuhan impresif, yakni hingga 17% yoy. Mayoritas barang yang diimpor merupakan bahan produksi, yaitu sekitar 93,7%, sedangkan hanya 6,3% sisanya yang merupakan barang konsumsi. Hal ini menjadi indikasi adanya persiapan ekspansi aktivitas manufaktur di negara tersebut.

Sementara itu, Indonesia menempati peringkat ke-28 negara importir terbesar dengan nilai impor sebesar US$234 miliar atau Rp 3.896 triliun dan pertumbuhan sekitar 5% yoy (US$1=Rp16.652).

Laporan Badan Pusat Statistik, nilai impor Indonesia Januari-September 2025 mencapai US$176,32 miliar atau naik 2,62%dibandingkan periode yang sama tahun 2024.

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation