Saham Termurah Dunia Ada di Singapura, Termahal di Selandia Baru
Jakarta, CNBC Indonesia - Valuasi saham di dunia sangat beragam, bahkan di antara negara maju sekalipun. Sementara itu, valuasi saham di Emerging Markets terbilang murah.
Pasar berkembang alias Emerging Markets kerap menjadi sorotan investor global karena potensi pertumbuhan ekonominya yang cepat dan valuasi saham yang relatif murah.
Meskipun sering diwarnai volatilitas dan risiko geopolitik yang lebih tinggi dibandingkan Pasar Maju, banyak analis menilai bahwa pasar-pasar ini menawarkan peluang imbal hasil jangka panjang yang menarik.
Salah satu cara untuk menilai apakah suatu pasar dinilai terlalu tinggi atau justru masih murah adalah dengan melihat rasio harga terhadap pendapatan (Price-to-Earnings Ratio atau P/E Ratio). Rasio ini memberikan gambaran seberapa besar harga saham suatu perusahaan dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkannya.
Dalam grafik ketiga dan terakhir dari Seri EM yang dipublikasikan oleh Visual Capitalist bekerja sama dengan ETF Global X, diperlihatkan perbandingan rasio P/E antara Pasar Berkembang dan Pasar Maju di seluruh dunia.
Rasio P/E adalah salah satu indikator fundamental paling populer di kalangan investor. Rumus sederhananya adalah P/E = Harga Saham / Laba per Saham (EPS).
Semakin tinggi rasio P/E, semakin besar harga saham relatif terhadap laba yang dihasilkan. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa saham tersebut overvalued (dinilai terlalu tinggi) atau bahwa investor mengharapkan pertumbuhan laba yang signifikan di masa depan.
Sebaliknya, rasio P/E yang rendah sering kali menjadi sinyal bahwa saham tersebut undervalued atau pasar memiliki ekspektasi yang lebih konservatif terhadap pertumbuhannya.
Berikut adalah peringkat 10 pasar berdasarkan rasio P/E, yang disediakan oleh MSCI:
Data ini menunjukkan betapa beragamnya valuasi di antara berbagai pasar dunia. Singapura, dengan rasio P/E terendah di 15,3, menandakan bahwa investor hanya perlu membayar sekitar US$15 untuk setiap US$1 laba perusahaan, jauh lebih efisien dibandingkan Amerika Serikat dengan rasio 27,5 atau bahkan Selandia Baru yang ekstrem di atas 100.
Pasar Berkembang: Potensi di Balik Valuasi Rendah
Pasar Berkembang (terutama yang tidak termasuk China) saat ini menunjukkan valuasi yang lebih rendah hingga 30-40% dibandingkan dengan pasar maju seperti Amerika Serikat atau Eropa.
Hal ini menunjukkan adanya peluang bagi investor yang mencari pertumbuhan jangka panjang dengan harga masuk yang lebih menarik.
Valuasi yang rendah tidak selalu berarti pasar tersebut lemah-justru sebaliknya, banyak negara berkembang sedang memperkuat infrastruktur, mendorong transformasi digital, dan mengalami pertumbuhan kelas menengah yang pesat. Faktor-faktor inilah yang dapat menjadi pendorong fundamental untuk pertumbuhan laba di masa depan.
Sebagai contoh:
• Singapura memiliki stabilitas ekonomi dan sistem keuangan yang solid, namun tetap dinilai relatif murah.
• India dan Indonesia menawarkan demografi muda dan pertumbuhan konsumsi domestik yang kuat.
• Brasil dan Meksiko mendapat dorongan dari ekspor komoditas dan peningkatan investasi asing langsung.
Dengan kombinasi valuasi rendah dan potensi ekonomi tinggi, pasar-pasar ini bisa menjadi "hidden gem" bagi investor yang berani melihat lebih jauh dari pasar tradisional seperti AS atau Eropa.
Membuka Peluang di Era Frontier
Seiring dengan meningkatnya ketertarikan global terhadap diversifikasi portofolio, investor mulai melirik ETF yang berfokus pada Pasar Berkembang, khususnya di luar China, yang kerap mendominasi indeks regional.
Salah satu instrumen yang menarik adalah ETF Global X Emerging Markets ex-China (EMM). ETF ini dirancang untuk memberikan eksposur terhadap perusahaan-perusahaan di pasar berkembang yang memiliki posisi kompetitif kuat, fundamental sehat, dan potensi pertumbuhan jangka panjang-tanpa paparan langsung terhadap Tiongkok, yang cenderung membawa volatilitas tersendiri.
Melalui pendekatan ini, investor dapat menikmati potensi imbal hasil yang kompetitif, sambil mendapatkan diversifikasi geografis yang lebih luas dan mengurangi risiko konsentrasi di satu pasar besar.
Perbandingan rasio P/E antara Pasar Berkembang dan Pasar Maju mengungkapkan peluang tersembunyi yang sering kali diabaikan investor global. Dengan valuasi yang lebih rendah, potensi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, serta dinamika pasar yang terus berkembang, Pasar Berkembang menawarkan kombinasi ideal antara risiko yang terukur dan potensi imbal hasil yang menarik.
Dalam konteks global yang penuh ketidakpastian, berinvestasi secara cerdas di pasar-pasar ini dapat menjadi langkah strategis untuk menyeimbangkan portofolio sekaligus menangkap peluang di masa depan.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)