Barang-Barang ASEAN Ini Jadi Primadona di Pasar AS, Ada Kopi RI

Emanuella Bungasmara Ega Tirta,  CNBC Indonesia
16 November 2025 15:30
Ilustrasi karyawan Duniatex tengah bekerja di lini produksi tekstil. (Dok. Duniatex)
Foto: Ilustrasi karyawan Duniatex tengah bekerja di lini produksi tekstil. (Dok. Duniatex)

Jakarta, CNBC Indonesia- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sempat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang digelar pada, Minggu (26/10/2025) lalu. Kunjungan ini menjadi momen langka, mengingat Trump kerap absen dalam pertemuan sejenis selama masa jabatan pertamanya.

Dalam siaran resmi Gedung Putih melalui laman U.S. Mission to ASEAN, Trump disebut membawa misi "perdamaian dan kemakmuran." Di hari yang sama, ia menandatangani Kuala Lumpur Peace Accords antara Thailand dan Kamboja, sekaligus meneken perjanjian dagang resiprokal dengan Malaysia dan Kamboja.

AS juga mengumumkan kerangka kerja perdagangan baru dengan Thailand dan Vietnam. Tak hanya itu, Malaysia dinaikkan statusnya menjadi mitra strategis komprehensif AS, menandai pergeseran geopolitik penting di jantung Asia Tenggara.

Namun di balik diplomasi damai itu, tersimpan bara ekonomi yang kian panas.

Menurut data U.S. Trade Representative, nilai perdagangan barang antara AS dan ASEAN mencapai US$476,8 miliar pada 2024, dengan defisit AS sebesar US$227,7 miliar. Dari jumlah itu, Vietnam, Malaysia, dan Thailand menjadi tiga pemasok terbesar barang ke pasar AS. Vietnam mencatat ekspor ke AS senilai US$136,6 miliar, diikuti Malaysia US$52,5 miliar, dan Thailand US$63,3 miliar. Sementara Indonesia menempati posisi keempat dengan US$28,1 miliar, tumbuh 4,8% dari tahun sebelumnya.

Jika ditelusuri lebih dalam, setiap negara ASEAN memiliki profil dagang yang berbeda.

ASEAN, dengan nilai perdagangan barang mencapai US$476,8 miliar dengan AS pada 2024, kini menjadi medan baru rivalitas ekonomi global.

Vietnam menjadi eksportir terbesar ASEAN ke AS dengan nilai US$136,6 miliar, disusul Malaysia (US$52,5 miliar), Thailand (US$63,3 miliar), dan Indonesia (US$28,1 miliar). Komposisi perdagangan ini menegaskan bahwa peta dagang ASEAN telah bertransformasi: dari sekadar pemasok bahan mentah, menjadi jantung baru industri manufaktur global yang melayani pasar Amerika.

Setiap negara kini punya andalan tersendiri. Brunei Darussalam mengekspor minyak dan gas senilai US$238,8 juta, menjadi simbol kecil tapi strategis di sektor energi.

Myanmar masih bertumpu pada ekspor tekstil dan hasil bumi. Kamboja bergantung pada garmen dan alas kaki yang nilainya mencapai US$12,7 miliar, menjadikannya salah satu pemasok utama pakaian jadi ke AS.

Indonesia menonjol lewat komoditas padat karya dan agrikultur seperti furnitur, udang, kopi, dan minyak kelapa sawit.

Malaysia menguasai sektor elektronik, semikonduktor, dan kakao olahan, sementara Filipina dikenal sebagai eksportir utama minyak kelapa dan perangkat elektronik. Singapura menonjol di bahan kimia dan alat medis, Thailand di otomotif serta makanan laut olahan, sedangkan Vietnam menjadi raksasa tekstil dan furnitur yang kini menantang posisi Tiongkok di pasar Amerika.

Komoditas-komoditas unggulan ini adalah simbol dari arah baru pertarungan industri Asia Tenggara.

Perikanan mempertemukan Indonesia, Vietnam, dan Thailand dalam perebutan pasar udang dan seafood kalengan.

Kopi mempertemukan Vietnam dan Indonesia dalam persaingan volume dan kualitas. Kakao mempertemukan Indonesia dan Malaysia dalam perebutan nilai tambah industri olahan. Bahkan di lemak nabati, Indonesia menyalip Thailand berkat dominasi produk turunan sawit.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation