Panic Attack! Ini 10 Periode Paling Mengguncang di IHSG Tahun Ini

Gelson Kurniawan, CNBC Indonesia
27 October 2025 15:10
Layar menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Kantor Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (1/9/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Layar menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Kantor Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (1/9/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 2025 menjadi periode yang penuh gejolak bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Investor dihadapkan pada volatilitas ekstrem, di mana indeks mampu anjlok signifikan hanya dalam hitungan 30 menit. Pergerakan ini bukanlah koreksi teknikal yang sehat, melainkan cerminan panic selling atau kepanikan pasar sesaat.

Data yang dianalisis Tim Riset CNBC Indonesia menunjukkan setidaknya ada sepuluh episode di mana IHSG mengalami 'panic attack', anjlok antara 1,1% hingga lebih dari 9% dalam rentang waktu singkat. Penurunan terdalam bahkan memicu suspensi perdagangan sementara (trading halt) oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).

Lantas, apa sebenarnya katalis yang memicu kepanikan investor pada hari-hari tersebut? Berikut adalah hasil riset kami, diurutkan dari penurunan terdalam.

1. 08-Apr-25 (-9,159%)

  • Peristiwa: Trading Halt 30 Menit.

  • Katalis: Ini adalah panic selling terparah, terjadi pada hari pertama perdagangan pasca libur panjang Lebaran. Pasar "kaget" dan mengakumulasi semua sentimen negatif global selama liburan, terutama ketakutan akan perang dagang baru setelah pengumuman "Tarif Trump".

2. 01-Sep-25 (-2,687%)

  • Peristiwa: Panic selling di awal sesi.

  • Katalis: Kombinasi maut sentimen domestik dan global. Dari dalam negeri, aksi demonstrasi di Jakarta meningkatkan risiko politik. Dari luar negeri, investor wait and see menanti data krusial tenaga kerja AS untuk menebak arah suku bunga The Fed.

3. 14-Oct-25 (-2,310%)

  • Peristiwa: Panic selling di awal sesi.

  • Katalis: Reaksi instan terhadap berita buruk makroekonomi perang dagang AS-China. Rilis data defisit APBN per September 2025 yang diumumkan melebar signifikan memicu kekhawatiran investor akan kesehatan fiskal negara.

4. 27-Oct-25 (-1,964%)

  • Peristiwa: MSCI dan aksi profit taking.

  • Katalis: Perubahan metodologi MSCI. Pada pagi ini data menunjukkan IHSG dibuka menguat. Penurunan secepat ini disebabkan karena potensi perubahan kebijakan free float terhadap pasar di Indonesia oleh MSCI.

5. 18-Mar-25 (-1,950% & -1,443%)

  • Peristiwa: Trading Halt 30 Menit. (Data menunjukkan dua kali penurunan tajam di hari ini).

  • Katalis: Ini adalah puncak dari krisis kepercayaan pasar di bulan Maret. Dipicu oleh akumulasi isu negatif: mulai dari kekhawatiran defisit APBN, pelemahan daya beli, hingga aksi jual brutal pada saham-saham blue chip perbankan dan teknologi.

6. 07-Feb-25 (-1,708%)

  • Peristiwa: Penurunan berbasis sektoral.

  • Katalis: Pemicu utamanya adalah tekanan jual yang sangat berat di sektor energi dan infrastruktur. Sektor ini rontok dan langsung menyeret IHSG turun bersamanya dalam beberapa saat.

7. 04-Mar-25 (-1,445%)

  • Peristiwa: Penurunan akibat saham Big Caps.

  • Katalis: IHSG "disandera" oleh beberapa saham konglomerasi besar. Terjadi kejatuhan tajam pada saham-saham seperti AMMN (Amman Mineral), BREN (Barito Renewables), dan TPIA (Chandra Asri), yang bobotnya besar ke indeks.

8. 08-Sep-25 (-1,317%)

  • Peristiwa: Kelanjutan tren negatif (Bearish Momentum).

  • Katalis: Tidak ada pemicu tunggal yang spesifik. Ini lebih mencerminkan sentimen pasar yang memang sedang bearish dan merupakan kelanjutan dari tren pelemahan dari minggu sebelumnya akibat ketidakpastian politik dan makroekonomi.

9. 24-Mar-25 (-1,298%)

  • Peristiwa: Kelanjutan tren negatif (Bearish Momentum).

  • Katalis: Mirip dengan 8 September, ini adalah bagian dari "cerita" pelemahan umum pasar sepanjang bulan Maret, yang puncaknya adalah trading halt pada 18 Maret.

10. 15-Okt-25 (-1,169%)

  • Peristiwa: Lanjutan Risk-Off (Aksi Jual Lanjutan).

  • Katalis: Ini adalah efek domino dari hari sebelumnya (14 Oktober). Pasar masih merespons negatif ancaman perang dagang AS-China dan jebolnya Rupiah. Investor asing melanjutkan aksi jual (net sell), dan semua aset berisiko (termasuk saham dan kripto) kompak terkoreksi, sementara emas mencetak rekor baru.

Jika kita lihat polanya, storytelling dari 10 hari ini adalah tentang pasar yang sangat reaktif dan rapuh di tahun 2025. Investor gampang sekali panik.

Pemicunya sangat beragam, mulai dari event 'Black Swan' yang tak terduga (perang dagang), rilis data makro yang jelek (defisit APBN), isu politik (demo), hingga aksi jual brutal yang terkonsentrasi di beberapa saham big caps. Ini membuktikan bahwa di tahun ini, volatilitas adalah raja, dan sentimen bisa berbalik arah hanya dalam hitungan menit.

-

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(gls/gls)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation