Pengumuman! 5 Saham Ini Bisa Bikin Dompet Anda Tebal Pekan Ini

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
27 October 2025 10:24
Analis Optimis Bluechips Mentereng di 2025, ini Target Harganya
Foto: Infografis/ Analis Optimis Bluechips Mentereng di 2025, ini Target Harganya/Aristya Rahadian K

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing kini mulai kembali optimis ke pasar saham Tanah Air, meskipun Bank Indonesia (BI) kemarin menahan suku bunga, tak menutup laju investor asing terus memborong saham-saham blue chip.

Terpantau dalam sepekan terakhir pembelian bersih asing mencapai Rp4,25 triliun. Hal ini tercermin dari kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam sepekan terakhir mencapai 4,50% dan menetap di level 8.271,72 per Jumat (24/10/2025).

Masuknya asing pun kini bukan lagi di saham-saham konglomerat, kini asing mulai mengoleksi saham-saham blue chip sehingga memberikan peluang blue chip bisa manggung kembali dalam pekan ini yang merupakan pekan terakhir pada bulan Oktober 2025.

Masuknya investor asing ke pasar saham sering disebut capital inflow atau net buy asing, menandakan beberapa hal penting bagi pasar saham secara keseluruhan.

Ketika investor asing mulai membeli saham Indonesia, hal itu berarti mereka melihat prospek ekonomi Indonesia membaik, atau setidaknya lebih baik dibanding negara lain.

Selain itu, percaya bahwa return alias imbal hasil yang mereka dapat di Indonesia bisa menarik dibanding pasar global lainnya. Arus masuk asing sering dianggap indikator kepercayaan global terhadap ekonomi Indonesia.

 Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memperkirakan ekonomi Indonesia pada kuartal akhir 2025 akan tumbuh di atas 5,5% melalui kebijakan penempatan dana menganggur pemerintah di perbankan.

"Saya bilang ke mereka dampaknya dengan seperti itu saja, ekonomi harusnya triwulan keempat bisa tumbuh di atas 5,5%, mungkin lebih," kata Purbaya seusai pertemuan investor meeting, dikutip Selasa (14/10/2025).

Purbaya mengatakan, hitungan potensi pertumbuhan ekonomi yang dikalkulasi oleh Direktorat Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal (DJSEF) Kementerian Keuangan baru berbasiskan efek penempatan dana menganggur pemerintah di Bank Indonesia (BI) ke lima bank milik negara senilai Rp 200 triliun.

"Dari Rp 200 triliun dulu itu. Nanti kalau ada stimulus tambah lagi tuh," tegasnya.

Purbaya mengatakan, dari hasil penempatan dana di Bank Mandiri, BRI, BNI, BTN, dan BSI itu, kini laju pertumbuhan kredit atau pembiayaan bisa tumbuh dua digit. Lalu, peredaran uang primer atau M0 sudah tembus ke level 13% dari selama ini 0% tumbuhnya.

"Laju pertumbuhan uangnya baru 13%, M0-nya, base money-nya, saya pikir seharusnya idealnya 20% lebih sedikit," tegas Purbaya.

Selain itu, Purbaya menegaskan, melalui kebijakan yang membuat dana murah itu, pemerintah juga akan terus menjaga daya beli masyarakat ke depan dan memperbaiki iklim investasi.

"Yang akan kita galakkan itu termasuk menjaga daya beli masyarakat dan memperbaiki iklim investasi. Saya jelaskan ke mereka caranya gimana. Jadi sepertinya mereka senang. Apalagi dikasih makanan gratis," tuturnya.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation