
Malaysia Juara ASEAN: Ringgit Ngamuk Bikin RI & Singapura Keok!

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar negara tetangga, ringgit Malaysia (MYR) tengah mengalami tren penguatan yang cukup signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang 2025.
Melansir data Refinitiv, ringgit tercatat telah terapresiasi sekitar 5,5% secara year-to-date (ytd) hingga ditutup di level MYR 4,2260/US$ pada perdagangan Selasa (21/10/2025). Sebagai perbandingan, di awal tahun posisi ringgit masih berada di level MYR 4,4680/US$.
Kenaikan tajam ini menandai kembalinya optimisme pasar terhadap fundamental ekonomi Malaysia, di tengah pelemahan dolar yang meluas secara global.
Mata uang Negeri Jiran kini menjadi salah satu top performer di kawasan ASEAN, mengungguli sejumlah mata uang besar lainnya yang masih tertahan oleh ketidakpastian fiskal dan politik dalam negeri.
Kombinasi Dolar AS Melemah dan Fundamental Malaysia Membaik
Kebangkitan ringgit tidak datang tiba-tiba. Penguatan ini merupakan hasil dari kombinasi dua faktor utama, yakni pelonggaran kebijakan moneter Amerika Serikat dan membaiknya indikator makroekonomi Malaysia secara berkelanjutan.
Sejak paruh kedua tahun ini, The Federal Reserve (The Fed) mulai menurunkan suku bunga acuannya. Aksi tersebut memicu arus keluar modal dari aset berdenominasi dolar dan mendorong pergeseran investasi ke negara berkembang dengan fundamental kuat, termasuk ringgit Malaysia.
Menurut Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management, arah penguatan ringgit saat ini masih sangat konsisten dengan dinamika global.
"Jika The Fed benar-benar melanjutkan dua kali pemangkasan suku bunga dan ketegangan dagang mereda, arah penguatan ringgit sepenuhnya sejalan dengan siklus global," ujarnya.
Innes menambahkan, hubungan dagang antara AS-China dan AS-Malaysia, khususnya di sektor semikonduktor dan investasi teknologi, akan menjadi faktor kunci yang menentukan seberapa kuat momentum ini bisa bertahan hingga 2026 mendatang.
Reformasi Fiskal Jadi Katalis Kepercayaan Pasar
Dari sisi domestik, pemerintah Malaysia juga berhasil menciptakan ruang stabilitas fiskal yang memperkuat kepercayaan investor.
Menteri Keuangan II, Datuk Seri Amir Hamzah, menegaskan bahwa ringgit berpotensi menembus level di bawah MYR 4,00 per dolar AS pada 2026, seiring dengan rencana penurunan defisit anggaran menuju 3% terhadap PDB pada 2028.
Serangkaian reformasi fiskal dan efisiensi belanja publik menjadi fondasi penting dalam menjaga kredibilitas kebijakan ekonomi Malaysia. Stabilitas politik yang relatif terjaga juga menjadikan Negeri Jiran lebih menarik dibandingkan sejumlah negara ASEAN lain yang masih dibayangi ketidakpastian kebijakan.
Ringgit Perkasa di ASEAN: Kalahkan Rupiah Hingga Dolar Singapura
Kinerja ringgit di 2025 tidak hanya terbatas pada penguatan terhadap dolar AS, tetapi juga terhadap seluruh mata uang negara-negara ASEAN.
Terhadap dong Vietnam dan rupiah Indonesia, ringgit masing-masing menguat 8,50% dan 7,97% sepanjang tahun ini.
Penguatan juga terjadi terhadap peso Filipina, riel Kamboja, kyat Myanmar, dan kip Laos. Bahkan terhadap dua mata uang yang relatif Tangguh, yakni baht Thailand dan dolar Singapura, ringgit tetap unggul meski tipis dengan penguatan masing-masing 1,27% dan 0,54%.
Kinerja impresif ini mencerminkan arus rotasi investasi asing dari negara-negara yang masih banyak ketidakpastian dalam negeri, seperti Thailand dan Indonesia, menuju Malaysia yang dianggap lebih stabil secara ekonomi dan politik.
Kepala Ekonom MARC Ratings Bhd, Dr Ray Choy, menilai penguatan ringgit juga didorong oleh meningkatnya World Governance Indicators (WGI) Malaysia yang mencerminkan tata kelola pemerintahan dan efektivitas kebijakan publik yang membaik.
"Sebagian besar tekanan negatif seperti tarif AS yang fluktuatif, harga minyak rendah, dan defisit transaksi berjalan sudah terdiskon dalam valuasi ringgit. Ini membuka ruang bagi siklus penguatan yang lebih sehat," jelas Choy.
Ia menambahkan, kondisi ini membuat Malaysia menjadi tujuan favorit bagi investor yang mencari stabilitas jangka menengah, di tengah ketidakpastian global dan pergeseran arah kebijakan moneter di negara maju.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(evw/evw)