Disuntik Danantara, Ini Ramalan Kinerja GIAA: Bakal Terbang?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
21 October 2025 10:40
(foto: garuda-indonesia.com)
Foto: garuda-indonesia.com

Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu saham transportasi milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) kini ramai dibicarakan meskipun tengah masuk dalam saham pemantauan khusus atau Full Call Auction (FCA).

GIAA mendapat angin segara usai Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPIDanantara) menyuntikkan dana senilai Rp30 triliun, melalui anak usaha Danantara, yaitu PT. Danantara Asset Manajement (Persero).

Di sepanjang tahun ini, saham GIAA telah mencatatkan kenaikan hingga 96,36% hingga perdagangan Senin (20/10/2025) di level Rp108 per lembar saham.

Diketahui melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Danantara akan membantu proses restrukturisasi Garuda melaui Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau private placement. Disebutkan bahwa yang akan dilakukan oleh Danantara antara lain, setoran modal dalam bentuk uang tunai dan konversi pinjaman pemegang saham menjadi saham baru.

Danantara Asset Management akan melakukan penyetoran modal secara tunai kepada Perseroan senilai sebesar US$ 1.441.320.636, yang akan dilakukan melalui pengambilan bagian atas saham yang diterbitkan dalam PMTHMETD.

Sementara itu utang senilai US$ 405 juta juga akan dikonversi menjadi saham dalam private placement ini. Adapun utang yang dimaksud tertuang dalam Perjanjian Pinjaman Pemegang Saham antara Perseroan sebagai debitur, DAM sebagai kreditur, dan Citilink sebagai obligor tanggal 24 Juni 2025.

Sehingga total dana private placement mencapai US$ 1,84 miliar atau setara Rp 30,46 triliun (asumsi kurs Rp 16.500/US$).

Bisnis

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) berada di industri penerbangan komersial (airline), termasuk transportasi penumpang dan kargo, serta layanan terkait seperti maintenance pesawat & ground-handling.

Hutang GIAA

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) terus melakukan restrukturisasi hutang, yang kini nampak terlihat penurunan hutang GIAA yang cukup drastis.

Pada 2020, hutang GIAA tercatat Rp179,59 triliun, hingga semester I 2025, hutang GIAA tersisa Rp130,02 triliun, turun 27,6%.

Berikut catatan CNBC Indonesia Research mengenai restrukturisasi hutang GIAA sejak 2020.

Kinerja Keuangan

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) kembali membukukan kerugian pada paruh pertama 2025. Berdasarkan laporan keuangan Juni 2025, rugi bersih perseroan tercatat Rp 2,39 triliun, naik 41,37% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,69 triliun.

Kenaikan rugi bersih terjadi di tengah penurunan pendapatan. Hingga Juni 2025, total pendapatan Garuda mencapai Rp 25,76 triliun, turun 4,48% dari Rp 26,97 triliun pada Juni 2024.

Dari sisi segmen usaha, pendapatan penerbangan penumpang berjadwal masih menjadi kontributor utama, yakni Rp 18,37 triliun. Namun, angka ini turun 8,02% dibanding Rp 19,97 triliun tahun sebelumnya.

Sebaliknya, pendapatan dari penerbangan tidak berjadwal (haji dan charter) melonjak 15,66% menjadi Rp 3,43 triliun, serta pendapatan kargo dan dokumen naik 6,92% menjadi Rp 1,34 triliun.

Meski pendapatan menurun, Garuda berhasil menekan beban usaha. Total beban tercatat Rp 25,04 triliun, turun 1,82% dari Rp 25,51 triliun setahun sebelumnya. Namun, beban gaji justru naik 3,76% menjadi Rp 1,37 triliun.

Dari sisi neraca, aset Garuda per Juni 2025 turun 1,57% menjadi Rp 108,42 triliun dari Rp 110,15 triliun pada Juni 2024. Sedangkan liabilitas meningkat tipis 0,51% menjadi Rp 133,32 triliun.

Kinerja ini menunjukkan bahwa meski efisiensi beban terus dilakukan, tantangan pada sisi pendapatan penumpang berjadwal masih menekan kinerja Garuda Indonesia.

Potensi Setelah Diinjek Danantara

Hingga perdagangan Jumat (17/10/2025), harga saham GIAA berada di level Rp102 per lembar saham dengan market cap Rp9,33 triliun. Sementara Danantara akan memberikan injeksi kepada GIAA sebesar Rp30 triliun.

Penggunaan dana tersebut akan diarahkan untuk modal kerja dam operasional Garuda (perawatan pesawat, biaya operasional), dukungan kepada Citilink (anak usaha), ekspansi armada, dan pembayaran utang bahan bakar Citilink.

Saat ini Garuda masih mencatat kondisi "modal kerja negatif" secara konsolidasi dan posisi utang yang relatif tinggi dibanding aset.

Setelah injeksi atau dilaksanakannya PMTHMETD, pemegang saham publik akan terdilusi dari sekitar 27,46 % menjadi sekitar 5,03 %. Dimana GIAA akan meminta persetujuan pemegang saham untuk aksi korporasi tersebut dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 12 November 2025 mendatang.

Lantas usai injeksi, berapa harga yang layak untuk saham GIAA?

Market cap GIAA kini berada di Rp9,33 triliun, dan GIAA akan di injeksi sebanyak Rp30 triliun, maka valuasi GIAA bisa mencapai Rp39,33 triliun. Dengan saham beredar yang kini mencapai 91,48 miliar lembar saham, maka valuasi saham GIAA berada di level Rp426 per lembar saham.

Namun, dengan menggunakan valuasi pesimis 50% atau setengah dari perhitungan tersebut, maka potensial saham GIAA berada di level Rp213 per lembar saham.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation