Tak Lagi Jadi Emasnya Orang Miskin: Cuan Investasi Perak Lebih Gila

Gelson Kurniawan, CNBC Indonesia
14 October 2025 11:35
Perak
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah hiruk pikuk pasar yang terpaku pada emas, sebuah logam lain diam-diam membangun momentum untuk lonjakan harga yang berpotensi jauh lebih eksplosif yakni perak.

Perak (simbol XAG), yang sering diremehkan sebagai "emasnya orang miskin," kini berada di pusat badai sempurna yang didorong oleh revolusi teknologi hijau dan pergeseran lanskap moneter global.

Bagi investor strategis, narasi perak telah berevolusi. Kenaikan harganya bukan lagi fenomena spekulatif semata, melainkan cerminan defisit struktural jangka panjang di mana permintaan industri yang tak terhindarkan bertemu dengan pasokan yang sangat tidak fleksibel.

Memahami dinamika unik ini adalah kunci untuk membuka potensi keuntungan yang signifikan.

Fondasi Nilai: Permintaan yang Tak Tergantikan

Kekuatan utama tesis investasi perak terletak pada permintaan industrinya yang tidak dapat dinegosiasikan. Sebagai konduktor listrik terbaik, perak adalah komponen vital dalam segala hal, mulai dari perangkat elektronik hingga infrastruktur masa depan.

Ledakan kecerdasan buatan (AI) dan jaringan 5G telah menciptakan lapisan permintaan baru yang masif. Sebuah pusat data AI, misalnya, membutuhkan perak secara signifikan lebih banyak daripada pusat data tradisional, mengubah permintaan perak menjadi pendorong pertumbuhan struktural.

Katalis terbesarnya adalah transisi energi hijau. Setiap panel surya dan kendaraan listrik (EV) yang diproduksi di dunia bergantung pada perak. Sektor fotovoltaik (PV) dan EV secara kolektif kini mengonsumsi hampir 25% dari seluruh pasokan tambang tahunan global.

Permintaan ini bersifat non-negotiable , didorong oleh target iklim global dan kebijakan pemerintah. Ini memberikan dasar harga (price floor) yang sangat kuat yang tidak dimiliki oleh banyak komoditas lain.

Pedang Bermata Dua bagi Investor

Di sisi lain, pasokan perak secara fundamental tidak elastis, sebuah paradoks yang menjadi inti dari potensi keuntungannya. Sekitar 70% perak dunia ditambang sebagai produk sampingan dari logam lain seperti tembaga dan seng. Artinya, produksi perak lebih banyak bergantung pada harga komoditas lain daripada harga perak itu sendiri.

Ketidakmampuan pasokan untuk merespons lonjakan permintaan inilah yang menciptakan volatilitas ekstrem. Para ahli memperingatkan bahwa perak dapat bergerak 1,7 kali lebih cepat daripada emas.

Ini adalah pedang bermata dua di mana selama pasar bullish, perak memiliki potensi untuk memberikan keuntungan persentase yang jauh melampaui emas. Namun, selama koreksi, penurunannya juga bisa lebih tajam.

Guncangan kecil pada permintaan atau gangguan pasokan dapat menyebabkan kenaikan harga yang tidak proporsional, seperti yang terlihat saat harga melonjak menembus level psikologis penting. Volatilitas ini, meskipun merupakan risiko, adalah sumber alpha bagi investor yang siap dan memahami fundamentalnya.

Perak sebagai Aset Investasi Hibrida

Daya tarik investasi perak diperkuat oleh perannya yang unik sebagai aset hibrida, yang menawarkan proposisi nilai yang berbeda dari emas. Pertama, dari sisi aset industri, harganya mendapat manfaat langsung dari pertumbuhan ekonomi global dan inovasi teknologi.

Kedua, dari sisi sebagai aset moneter atau safe haven, seperti emas, perak berfungsi sebagai penyimpan nilai selama periode inflasi tinggi, devaluasi mata uang, dan ketidakpastian geopolitik.

Alat paling ampuh bagi investor adalah Rasio Emas-Perak, yang mengukur berapa ons perak yang dibutuhkan untuk membeli satu ons emas. Ketika rasio ini berada di level ekstrem tinggi misalnya, di atas 80:1, sejarah menunjukkan bahwa perak sangat undervalued relatif terhadap emas.

Bagi investor, ini adalah sinyal beli potensial, karena untuk kembali ke rata-rata historisnya, harga perak harus naik secara signifikan lebih cepat daripada emas-sebuah fenomena yang didukung oleh volatilitasnya yang lebih tinggi.

Katalis Makroekonomi dan Prospek ke Depan

Di atas fundamental fisik yang solid, prospek kebijakan moneter global menjadi bahan bakar pendorong harga. Hubungan terbalik antara perak dengan suku bunga riil dan Dolar AS sangat kuat.

Ketika bank sentral seperti The Federal Reserve AS mulai menurunkan suku bunga, opportunity cost untuk memegang aset non-imbal hasil seperti perak menurun drastis, membuatnya lebih menarik daripada obligasi.

Secara bersamaan, suku bunga yang lebih rendah cenderung melemahkan Dolar AS. Karena perak dihargai dalam dolar, pelemahan dolar membuatnya lebih murah bagi pembeli di seluruh dunia, yang selanjutnya mendorong permintaan fisik.

Kombinasi dari defisit pasokan struktural dan potensi pelonggaran moneter menciptakan skenario yang sangat bullish. Analis mengatakan potensi akan melakukan kenaikan kembali ke harga $52 dan akan lanjut ke level $55 hingga akhir tahun.

Robert T. Kiyosaki juga menyatakan potensi harga perak yang berpotensi beranjak sebesar 5x dari harga sekarang dalam waktu 1 tahun ke depan. Berarti diprediksi mampu menembus level $250 dalam kurun waktu 1 tahun ke depan.

Robert Kiyosaki. (AFP/OLIVIER TOURON)Foto: Robert Kiyosaki. (AFP/OLIVIER TOURON)
Robert Kiyosaki. (AFP/OLIVIER TOURON)

Strategi Sebagai Seorang Investor

Mengingat volatilitasnya yang tinggi, investor disarankan untuk tidak melakukan all-in sekaligus. Strategi seperti dollar-cost averaging (investasi bertahap) dapat menjadi pendekatan yang bijaksana untuk membangun posisi.

Investor harus melihat perak bukan sebagai "emas versi murah," tetapi sebagai aset dengan profil risiko-imbalan yang berbeda. Potensi kenaikannya mungkin lebih besar, tetapi jalannya akan lebih bergejolak.

Kesimpulannya, perak bukan lagi sekadar bayang-bayang emas. Ia adalah aset strategis yang berada di jantung megatren paling transformatif di zaman kita.

Kombinasi permintaan industri yang tak terpuaskan, pasokan yang terbatas, dan latar belakang makroekonomi yang mendukung, menjadikan perak sebagai salah satu peluang investasi paling menarik, meskipun menantang, untuk dekade mendatang.

-

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
(gls/gls)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation