Valuasi Gila-Gilaan di Era AI: Kiamat Dot-Com Jilid 2 di Depan Mata?

Gelson Kurniawan, CNBC Indonesia
10 October 2025 15:21
gambar ai dan dot com bubble
Foto: Gelson Kurniawan

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah euforia Kecerdasan Buatan (AI) yang mendorong indeks teknologi ke rekor baru, bisikan tentang potensi terulangnya gelembung dot-com semakin kencang. Namun, sentimen saja tidak cukup.

Analisis kuantitatif mendalam terhadap data historis dan kondisi saat ini menyajikan gambaran yang lebih jernih-angka-angka yang menunjukkan persamaan yang mengkhawatirkan dan perbedaan fundamental yang tak terbantahkan.

Anatomi Kuantitatif Gelembung Dot-Com (1998-2000)

Keruntuhan dot-com tidak terjadi dalam semalam. Ia dibangun oleh dua pilar kuantitatif berupa valuasi ekstrem dan pengetatan moneter yang agresif. Data dari puncak gelembung menunjukkan valuasi yang secara matematis sulit untuk dibenarkan.

Anomali Ekstrem terjadi di mana Price-to-Earnings Ratio (PER) eBay meroket hingga 2030.55x. Di sisinya, Qualcomm (QCOM) diperdagangkan pada PER 258.41x. Amazon (AMZN), yang saat itu belum menghasilkan laba, juga memiliki Price-to-Book Value (PBV) sebesar 85.24x.

Ini berarti investor bersedia membayar lebih dari 85 kali lipat nilai aset bersih perusahaan hanya untuk sebuah potensi. Bahkan perusahaan yang lebih mapan pun ikut terbawa arus. Cisco (CSCO) memiliki PER 152.9x dan Oracle (ORCL) di 116.03x, jauh melampaui rata-rata historis pasar di level 15-20x.

Angka-Angka Pengetatan Moneter

Pada keadaan tersebut terjadi pengetatan moneter, dapat dilihat dari pesta pora valuasi ini yang dihentikan secara paksa oleh kebijakan moneter bank sentral. Data makroekonomi dari periode tersebut adalah bukti forensiknya:

  1. Agresivitas The Fed: Antara Oktober 1998 dan Juni 2000, The Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan (Federal Funds Rate) secara signifikan sebesar 146 basis poin, dari 5.07% menjadi 6.53%.

  2. Efek Domino ke Obligasi: Kenaikan ini secara langsung mengerek imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-Tahun (US10Y) dari 4.562% hingga sempat menembus 6.448% pada Januari 2000, membuat aset aman ini menjadi sangat menarik.

  3. Puncak dan Kejatuhan Pasar: Indeks S&P 500 mencapai puncaknya di 1527.46 poin pada Maret 2000, tepat ketika The Fed menaikkan suku bunga ke 5.85% dan sinyal kenaikan lanjutan masih kuat. Setelah itu, pasar mulai runtuh.

Di Pasar Domestik, IHSG tidak kebal dari euforia global. Indeks kita sempat melonjak 125.8% dari 304.83 (Okt-98) ke 688.52 (Jan-00), sebelum akhirnya terkoreksi tajam seiring pecahnya gelembung global dan berakhir ke 477,92 (Jun-00).

Cermin Kuantitatif di Era AI Saat Ini

Apakah angka-angka saat ini mencerminkan kondisi yang sama? Mari kita bedah data terbaru. Berdasarkan dari beberapa analisis berikut ini:

Kantong-Kantong Valuasi Ekstrem yang tercermin dari masa lalu terlihat jelas pada beberapa emiten teknologi yang sedang naik daun dengan valuasi stratosfer, seperti Palantir (PLTR) dan Tesla (TSLA) saat ini diperdagangkan dengan PER masing-masing 308.54x dan 236.65x. Angka ini berada di level yang sama dengan "juara" pada era dot-com seperti Qualcomm (258.41x).

Harga Premium untuk Pertumbuhan: Dari sisi PBV, NVIDIA (45.98x) dan Palantir (72.52x) menunjukkan bahwa pasar bersedia membayar puluhan kali lipat nilai buku perusahaan, mirip dengan Oracle (73.51x) di masa lalu.

Kodenya terletak pada valuasi PER para pemimpin pasar (market leaders).

Saat ini, pasar memang menghargai beberapa saham (seperti Palantir) dengan valuasi ekstrem yang mengingatkan pada era dot-com. Namun, pilar utama yang menopang pasar-yaitu perusahaan teknologi terbesar-belum mencapai level valuasi yang sama gilanya.

Mari kita bandingkan secara kuantitatif. Menjelang Puncak Dot-Com pada Jan hingga Mar 2000, PER Microsoft (MSFT) berada di level 74x sementara Cisco (CSCO) Sebagai primadona infrastruktur internet, memiliki PER yang mencapai 153x.

Sementara di Era AI Saat Ini (Oktober 2025), Microsoft (MSFT) memiliki PER yang berada di level 37x. Dari sisi NVIDIA (NVDA), sebagai primadona infrastruktur AI, PER-nya sekarang berada di level 46x.

Analisis Komparatif Dua Keadaan.

Angka-angka ini adalah kuncinya. Valuasi PER para pemimpin pasar saat ini, meskipun sudah premium, secara umum baru mencapai sekitar 50% dari level puncak euforia pada saat dot-com bubble.

Dengan kata lain, pasar saat ini masih menghargai Microsoft dan NVIDIA berdasarkan proyeksi pertumbuhan laba yang meskipun sangat optimis, masih bisa diperdebatkan secara rasional.

Pasar belum mencapai fase di mana investor bersedia membayar 150 kali lipat dari laba untuk sebuah perusahaan raksasa yang sudah mapan, seperti yang terjadi pada Cisco kala itu.

Jadi, sinyal bahaya bahwa gelembung akan segera pecah baru akan berada di "zona merah" jika PER para market leaders seperti Microsoft dan NVIDIA mulai meroket tanpa kendali menembus level 70x - 80x ke atas.

Jika itu terjadi, artinya pasar sudah tidak lagi peduli pada fundamental dan hanya bergerak berdasarkan euforia murni-persis seperti kondisi pada Maret 2000.

Vonis Kuantitatif Data Tidak Bisa Berbohong.

Saat ini kita berada dalam fase early warning, bukan di ambang ledakan gelembung seperti Maret 2000. Meskipun tekanan makroekonomi dari suku bunga tinggi terasa sangat mirip dengan pemicu krisis dot-com, tingkat valuasi inti pasar secara keseluruhan belum mencapai titik euforia irasional.

Kunci untuk mengukur eskalasi bahaya tidak terletak pada saham-saham spekulatif yang sudah bergejolak, melainkan pada "kode" valuasi para pemimpin pasar (market leaders).

Di puncak gelembung dot-com, raksasa seperti Microsoft (MSFT) dan Cisco (CSCO) diperdagangkan dengan PER ekstrem di kisaran 74x hingga 153x. Hari ini, para pemimpin era AI seperti Microsoft (MSFT) dan NVIDIA (NVDA) memiliki PER di rentang 37x - 46x.

Secara kuantitatif, valuasi inti yang menopang pasar saat ini baru mencapai sekitar separuh dari tingkat kegilaan di era dot-com.

Oleh karena itu, kesimpulan strategisnya adalah potensi bahaya baru akan menjadi imanen dan mendesak jika PER para raksasa ini mulai melambung tanpa fundamental yang sepadan hingga menembus zona merah 70x-80x. Selama angka itu belum tercapai, pasar berada dalam kondisi mahal yang perlu diwaspadai, namun belum bisa dikatakan berada dalam gelembung tahap akhir. 

-

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(gls/gls)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation