
Kuliah Capek-Capek, Kerja Gak Nyambung: 1 dari 2 Sarjana Salah Jurusan

Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena "underemployment" telah menjadi masalah serius bagi pasar tenaga kerja saat ini, termasuk Amerika Serikat (AS).
Istilah underemployment sendiri merujuk pada kondisi di mana seseorang bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan jurusan kuliahnya. Di Amerika Serikat misalnya, sekitar 20 jurusan kuliah memiliki tingkat underemployment sebesar 50% di tahun 2025.
Dengan kata lain, setengah dari lulusan jurusan tersebut atau 1 dari 2 lulusan bekerja di bidang yang tidak relevan dengan jurusannya.
Data dari pasar tenaga kerja di Amerika Serikat menunjukkan bahwa jurusan Peradilan Kriminal atau Criminal Justice memiliki tingkat underemployment tertinggi, yaitu sebesar 67,2%.
Salah satu penyebabnya adalah karena pekerjaan di bidang penegakan hukum dan keamanan swasta di Amerika biasanya tidak memerlukan gelar sarjana.
Namun di sisi lain, untuk bekerja di lembaga penegak hukum seperti Badan Intelijen AS atau CIA dan Biro Investigasi (FBI) diperlukan jam terbang yang tinggi di lingkungan profesional, serta harus melalui proses seleksi yang ketat.
Jurusan lain yang memiliki tingkat underemployment tinggi adalah Performing Arts (62,3%) dan Medical Technicians (57,9%).
Tren menarik justru terlihat di bidang industri keuangan. Sebagai contoh, jurusan Bisnis Umum memiliki tingkat underemployment mencapai 52,8%. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan jurusan finance yang lebih spesifik, seperti Akuntansi (17,9%), Matematika (24,3%), dan Analisis Bisnis (27,2%). Kondisi ini menunjukkan bahwa industri keuangan saat ini memiliki permintaan tenaga kerja yang lebih tinggi terhadap gelar khusus.
Berikut deretan lulusan yang bekerja tidak sesuai jurusan
