Dari Malvinas - Sage Green, Perjalanan Loreng TNI Jelang HUT ke-80

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
04 October 2025 19:30
Gladi kotor jelang acara puncak peringatan HUT ke-80 TNI di Monumen Nasional (Monas), Jakarta pada 5 Oktober mendatang. Beragam alutsista pun disiapkan untuk penampilan prajurit, Kamis (2/9/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Gladi kotor jelang acara puncak peringatan HUT ke-80 TNI di Monumen Nasional (Monas), Jakarta pada 5 Oktober mendatang. Beragam alutsista pun disiapkan untuk penampilan prajurit, Kamis (2/9/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan merayakan hari ulang tahunnya yang ke-80 pada Minggu (5/10/2025). Perayaan akbar akan digelar di Monumen Nasional (Monas), Jakarta, dengan rangkaian acara mulai dari upacara, parade pasukan, atraksi udara, hingga demonstrasi alutsista.

Di luar itu, TNI juga baru saja melakukan penggantian seragam Pakaian Dinas Lapangan (PDL) yang digunakan prajurit dari seluruh matra.

Motif loreng lama, yakni Loreng Malvinas yang telah dipakai sejak 1982, kini resmi digantikan dengan motif baru berwarna sage green yang dirancang khusus agar lebih efektif dalam penyamaran, khususnya saat bertugas di hutan atau medan operasi tertentu.

Seragam PDL TNI baru. (Dok. Istimewa)Foto: Seragam PDL TNI baru. (Dok. Istimewa)
Seragam PDL TNI baru. (Dok. Istimewa)

Perubahan ini bukan hanya simbol adaptasi terhadap perkembangan zaman, tetapi juga menandai langkah TNI yang terus bertransformasi menjadi angkatan bersenjata modern, sejalan dengan tema HUT ke-80 TNI: "TNI Prima, TNI Rakyat, Indonesia Maju."

Sejarah Loreng Malvinas

TNI telah menggunakan PDL dengan motif malvinas ini sejak 1982 atau sudah lebih dari 40 tahun lamanya. Motif ini terinspirasi dari Perang Falkland atau yang juga dikenal sebagai Perang Malvinas, antara Inggris dan Argentina.

Motif loreng Malavinas didominasi oleh tiga warna utama, yakni hijau tua, cokelat tua, dan krem. Seragam loreng ini telah menjadi saksi perjalan panjang TNI, mulai dari operasi di Timor Timur, operasi di Aceh, sampai dipakai oleh prajurit TNI ketika penugasan sebagai pasukan perdamaian dunia.

Suasana persiapan jelang peringatan HUT ke-79 di Patung Arjuna  Wijaya menuju Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Selasa (1/10/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)Foto: Suasana persiapan jelang peringatan HUT ke-79 di Patung Arjuna Wijaya menuju Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Selasa (1/10/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Suasana persiapan jelang peringatan HUT ke-79 di Patung Arjuna Wijaya menuju Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Selasa (1/10/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Sebelum Loreng Malvinas

Jauh sebelum era Malvinas, TNI telah mengenal dan menggunakan berbagai motif loreng sejak era pasca-kemerdekaan.

Pada dekade 1960-1970-an, penggunaan loreng belum terstandardisasi secara nasional. Setiap matra dan kesatuan kerap menggunakan variasi corak masing-masing, seperti loreng hutan tropis, loreng macan tutul, hingga pola sederhana campuran hijau dan cokelat. Variasi tersebut biasanya disesuaikan dengan kebutuhan taktis satuan, misalnya pasukan komando darat, marinir, maupun pasukan udara.

Barulah pada 1982, TNI menetapkan motif Loreng Malvinas sebagai seragam lapangan standar nasional, menggantikan beragam pola sebelumnya. Keputusan ini menandai era baru di mana seluruh prajurit TNI dari tiga matra menggunakan satu identitas loreng yang sama.

Seragam PDL Loreng di Beberapa Satuan Khusus

Meskipun sejak 1982 TNI secara resmi menggunakan PDL dengan motif Malvinas sebagai standar nasional, namun sejumlah satuan khusus tetap memiliki corak loreng khas mereka masing-masing. Hal ini menjadi identitas sekaligus pembeda fungsi dan karakter setiap satuan elite di lingkungan TNI.

Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut :

Komando Pasukan Khusus (Kopassus)

Seragam loreng mereka bercorak merah-hitam dengan dasar hijau dan krem, melambangkan keberanian, ketegasan, serta kemampuan bertempur di segala medan.

Kopassus (detikcom/Grandyos Zafna)Foto: Kopassus (detikcom/Grandyos Zafna)
Kopassus (detikcom/Grandyos Zafna)

Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat)

Kopasgat TNI AU menggunakan loreng dengan kombinasi warna hijau, cokelat, dan krem untuk mendukung operasi darat maupun udara.

Seorang personel TNI AU menyeka wajahnya sebelum pawai dalam rangka perayaan HUT TNI ke-79 di kompleks Monumen Nasional (Monas) di Jakarta, Indonesia, 5 Oktober 2024. (REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana)Foto: Seorang personel TNI AU menyeka wajahnya sebelum pawai dalam rangka perayaan HUT TNI ke-79 di kompleks Monumen Nasional (Monas) di Jakarta, Indonesia, 5 Oktober 2024. (REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana)
Seorang personel TNI AU menyeka wajahnya sebelum pawai dalam rangka perayaan HUT TNI ke-79 di kompleks Monumen Nasional (Monas) di Jakarta, Indonesia, 5 Oktober 2024. (REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana)

Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad)

Kostrad menggunakan loreng dengan dasar warna hijau, cokelat, dan hitam. Motif ini memberikan kemampuan kamuflase tinggi di medan operasi darat, khususnya hutan tropis yang menjadi karakteristik utama geografi Indonesia.

Prajurit TNI dari tiga matra menggelar gladi kotor jelang perayaan HUT ke-80 TNI di Monas, Jakarta Pusat, Kamis (2/9/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)Foto: Prajurit TNI dari tiga matra menggelar gladi kotor jelang perayaan HUT ke-80 TNI di Monas, Jakarta Pusat, Kamis (2/9/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Prajurit TNI dari tiga matra menggelar gladi kotor jelang perayaan HUT ke-80 TNI di Monas, Jakarta Pusat, Kamis (2/9/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Korps Marinir TNI AL

Loreng yang digunakan Korps Marinir TNI Angkatan Laut memiliki corak unik berupa kombinasi hijau, cokelat, hitam, dan krem dengan pola bulat besar. Motif ini mencerminkan identitas Marinir sebagai pasukan amfibi yang siap bertempur di darat, laut, maupun pesisir.

Gladi kotor jelang perayaan HUT ke-80 TNI di Monas, Jakarta Pusat, Rabu (1/10/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)Foto: Gladi kotor jelang perayaan HUT ke-80 TNI di Monas, Jakarta Pusat, Rabu (1/10/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Gladi kotor jelang perayaan HUT ke-80 TNI di Monas, Jakarta Pusat, Rabu (1/10/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Selain satuan khusus tersebut, setiap matra juga memiliki variasi loreng tersendiri mulai dari AD, AL, dan AU yang disesuaikan dengan lingkungan operasi masing-masing. Dengan begitu, meskipun ada standar nasional, corak loreng tetap menjadi simbol keunikan sekaligus kebanggaan tiap matra dan satuan khusus TNI.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(evw/evw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation