
Bikin Dunia Gentar, Ini Deretan Senjata Baru China

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah China harus menghabiskan ratusan triliun hanya untuk latihan militer saja di perairan Laut Cina Selatan (LCS), di mana kawasan ini memang sedang menjadi ajang rebutan oleh beberapa negara, termasuk China.
Laporan eksklusif Reuters mengungkap estimasi Taiwan memperkirakan China menghabiskan sekitar US$ 21 miliar (Rp 351,2 triliun, US$ 1= Rp 16.485), hanya untuk latihan militer di Selat Taiwan, Laut Cina Timur, Laut Cina Selatan, hingga Pasifik Barat sepanjang 2024. Angka itu melonjak 40% dibanding tahun sebelumnya.
Taiwan menghitungnya dengan memantau aktivitas udara dan laut China mulai dari jumlah jam terbang pesawat tempur hingga jam layar kapal perang lalu memperkirakan biaya bahan bakar, pemeliharaan, gaji, hingga logistik.
Hasilnya, latihan itu menyedot hampir 9% dari anggaran pertahanan resmi China 2024 (CNY 1,67 triliun atau US$ 233 miliar). Jika dibandingkan, nilai ini setara seperempat dari anggaran militer Taiwan.
Anggaran militer China diperkirakan mencapai US$ 233 miliar tetapi sejumlah laporan memperkirakan angkanya menembus US$ 314 miliar atau sekitar Rp 5.251 triliun
Aktivitas China memang meningkat tajam. Tahun lalu, 12.000 penerbangan pesawat tempur dan bomber dilaporkan, setara 37 ribu jam terbang naik 30% dari 2023. Sementara 86.000 pelayaran kapal perang (2 juta jam di laut) meningkat 20%.
Mayoritas operasi laut dilakukan di Laut Cina Selatan (34%), lalu Laut Cina Timur (28%), dan Selat Taiwan (14%). Para pejabat Taiwan menyebut Beijing berusaha "menormalisasi proyeksi kekuatan" di sekitar First Island Chain yang melingkupi Jepang-Taiwan-Filipina-Borneo.
Dilansir dari SIPRI, belanja militer dunia 2024 tembus rekor US$2.718 miliar, naik 9,4% lonjakan tertinggi sejak Perang Dingin. Amerika Serikat (AS) masih jawara dengan US$997 miliar (37% global), jauh di atas China yang diperkirakan US$314 miliar, lalu Rusia US$149 miliar.
Menariknya, meski China tercatat "hanya" nomor dua dalam belanja total, fokus anggaran untuk latihan di Indo-Pasifik sudah setara dengan total belanja militer tahunan beberapa negara besar.
Anggaran sebesar US$ 21 miliar yang dihabiskan Beijing untuk drill, misalnya, hampir melebihi total anggaran pertahanan Indonesia US$ 11 miliar, juga lebih besar dari Singapura (US$15,1 miliar).
Deretan 'Senjata' Baru China
Anggaran militer China yang cukup besar, seharusnya memiliki armada militer yang cukup mumpuni. Saat parade militer terbesar di China yang digelar pada awal September lalu, banyak orang yang justru memfokuskan perhatiannya ke persenjataan yang dihadirkan.
Lebih dari 10.000 pasukan dikerahkan, lengkap dengan sederet alutsista modern, untuk memperlihatkan kemajuan pesat dalam modernisasi militernya.
Di antara senjata yang dipamerkan, beberapa di antaranya baru pertama kali ditampilkan ke publik dan langsung menarik perhatian dunia.
Misalnya, rudal balistik antarbenua (ICBM) DF-61 dan DF-31BJ yang disebut sebagai bagian dari persenjataan nuklir paling mutakhir China. Ada pula rudal anti-kapal induk yang dijuluki "aircraft carrier killer" karena diklaim mampu menargetkan kapal perang besar milik AS.
Tak berhenti di situ, parade juga memperkenalkan drone bawah laut berukuran ekstra besar, sistem pertahanan laser, hingga robot anjing tempur yang memberi gambaran ambisi China untuk masuk ke medan perang modern.
Dari sisi darat, hadir pula tank tempur generasi baru dan drone pencegat, yang menunjukkan diversifikasi kekuatan darat dan udara.
Dengan unjuk kekuatan ini, Beijing ingin mengirim pesan jelas ke dunia bahwa militernya tidak kalah dengan AS. Pesan tersebut diperkuat oleh pernyataan sejumlah pejabat China yang menegaskan negaranya tidak bisa ditekan atau digertak oleh kekuatan luar.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)