
Ini Ramalan Dividen Bank Mandiri: Berapa Skenario Terburuk - Terbaik?

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham yang royal membagi dividen selalu menjadi buruan utama para investor. Salah satu yang paling konsisten berada di radar adalah raksasa perbankan, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI).
Bank Mandiri tidak hanya menawarkan pertumbuhan bisnis yang solid, tetapi juga memiliki rekam jejak panjang dalam membagikan 'kue' keuntungan kepada para pemegang sahamnya. Analisis historis selama satu dekade terakhir menunjukkan adanya DNA yang jelas: komitmen pada dividen yang terus bertumbuh dan kini mencapai level rekor tertinggi.
Evolusi Dividend Payout Ratio (DPR) Selama 10 Tahun
Untuk memahami seberapa besar komitmen sebuah perusahaan terhadap dividen, metrik utamanya adalah Dividend Payout Ratio (DPR), yaitu persentase laba bersih yang dibagikan kepada pemegang saham.
Berikut adalah rekam jejak DPR Bank Mandiri selama 10 tahun buku terakhir, yang menunjukkan sebuah evolusi kebijakan yang semakin memanjakan investor:
Dari data tersebut terlihat jelas adanya tiga era kebijakan dividen Bank Mandiri. Setelah periode pertumbuhan dengan DPR yang lebih konservatif (25%-45%), perseroan memasuki fase stabilitas panjang dengan DPR konsisten di level 60%.
Puncaknya adalah pada tahun buku 2024, di mana manajemen memutuskan untuk menaikkan DPR secara signifikan ke level 78%, level tertinggi dalam sejarah perseroan. Terlihat bagaimana kenaikan DPR yang signifikan untuk tahun buku 2024 berhasil mendongkrak yield dividen hingga nyaris dua kali lipat dibandingkan dengan pembagian dividen tahun-tahun sebelumnya.
Dari Rasio Payout ke Cuan di Kantong Investor
Tingkat DPR yang royal tentunya akan diterjemahkan menjadi imbal hasil (yield) yang menarik bagi investor.
Berikut adalah data dividend yield Bank Mandiri dalam 15 tahun terakhir beserta dengan dividen yang diberikan serta tanggal pembagian dividen dari Bank Mandiri:
Analisis Kontribusi Laba BSI terhadap Bank Mandiri dan Implikasi Rencana Spin-Off
Bank Syariah Indonesia (BSI) memegang peranan krusial sebagai pendorong utama profitabilitas di dalam ekosistem anak usaha Bank Mandiri.
Analisis data kinerja keuangan pada semester pertama 2024 (1H24) dan proyeksi untuk semester pertama 2025 (1H25) menunjukkan ketergantungan signifikan Bank Mandiri terhadap kontribusi laba dari BSI, yang membawa implikasi penting terkait rencana pelepasan (spin-off) BSI dari neraca keuangan Mandiri.
**Pada 2025 menggunakan data audited H1 2025**
Rencana strategis untuk melakukan spin-off terhadap BSI akan menimbulkan dampak langsung dan signifikan terhadap laporan laba rugi konsolidasi Bank Mandiri.
Dengan mengacu pada proyeksi laba bersih BSI sebesar Rp 3,741 triliun untuk semester I-2025, potensi penurunan laba bersih tahunan (annualized) yang tidak lagi terkonsolidasi dalam pembukuan Mandiri dapat diestimasi mencapai sekitar Rp 7,48 triliun.
Dengan demikian, Bank Mandiri memiliki potensi kehilangan perolehan keuntungan sekitar Rp 3,803 triliun akibat kepemilikan saham sebesar 50,83% pada laporan tahunan dari Bank Syariah Indonesia dalam skenario terburuknya apabila spin-off secara langsung dipisah dari portofolio Bank Mandiri secara keseluruhan.
Penyesuaian ini akan berdampak langsung pada dua area utama:
-
Penurunan Laba Bersih Dilaporkan (Reported NPAT): Laba bersih Bank Mandiri secara keseluruhan akan tercatat lebih rendah karena kontribusi BSI tidak lagi dihitung secara line-by-line dalam laporan keuangan konsolidasi.
-
Potensi Penurunan Dividen per Saham (DPS): Kemampuan Mandiri untuk membagikan dividen kepada pemegang saham sangat bergantung pada besaran laba bersih yang dihasilkan.
Dengan asumsi rasio pembayaran dividen Dividend Payout Ratio (DPR) yang konsisten, penurunan basis laba bersih secara otomatis akan mengurangi jumlah absolut dividen yang dapat didistribusikan. Akibatnya, investor Mandiri (BMRI) berpotensi menerima dividen per saham yang lebih rendah pada periode setelah spin-off efektif dilaksanakan.
Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa Bank Mandiri diperkirakan akan tetap memperoleh manfaat ekonomi dari BSI melalui struktur kepemilikan yang baru, kemungkinan dalam bentuk penerimaan dividen dari entitas induk pengganti atau kenaikan nilai investasi.
Namun, dari perspektif pelaporan keuangan dan pembagian dividen langsung, dampak penurunan laba akan menjadi konsekuensi yang tidak terhindarkan dalam jangka pendek hingga menengah.
Bagaimana Prospek Bank Mandiri dan Dividen-nya ke Depan?
Berdasarkan dari data yang telah dipublikasikan Jumat (19/9/2025), data tersebut menunjukkan pertumbuhan bisnis inti yang sangat kuat, dengan pertumbuhan kredit mencapai 11,4% (YoY) di angka Rp 1.701 T dan Dana Pihak Ketiga naik 10,7% (YoY) di angka Rp 1.829 T.
Manajemen juga telah menunjukkan komitmen untuk memberikan dividen yang baik, dengan data DPR historis di rentang 60% - 78% dalam 5 tahun terakhir sejak tahun buku 2020 hingga tahun buku 2024 yang dibayarkan pada tahun 2025. Hal Ini menunjukkan fleksibilitas manajemen untuk memberikan imbal hasil lebih tinggi saat kondisi permodalan sangat kuat.
Dengan fundamental bisnis yang terus bertumbuh dan kebijakan DPR yang kini berada di level baru yang lebih tinggi, prospek dividen Bank Mandiri untuk tahun buku 2025 (yang akan dibayarkan pada 2026) diperkirakan akan tetap sangat atraktif. Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri juga menyatakan untuk tetap mengusahakan pembagian dividen dengan DPR tetap berada di angka 60%. Dalam hal ini investor dapat berekspektasi bahwa Bank Mandiri akan terus menjadi salah satu pilar utama bagi portofolio berbasis pendapatan di Bursa Efek Indonesia.
Pemberian likuiditas senilai Rp 55 triliun juga menjadi udara segar bagi Bank Mandiri dikarenakan DPK Bank Mandiri yang sudah mencatatkan nilai Rp1.829 triliun dan kredit yang diberikan mencapai Rp 1.701 triliun berdasarkan laporan kuartal II 2025 yang telah diaudit.
Hal ini akan memberikan likuiditas tambahan pada Bank Mandiri karena memiliki loan to deposit ratio yang mencapai 90,2% pada kuartal II dan berubah paling tidak menjadi 87,37% atau turun sebesar 2,83%, sehingga penyaluran kredit bisa lebih baik lagi ke depannya dengan likuiditas tambahan ini.
Berdasarkan poin-poin data di atas, Bank Mandiri disimpulkan akan terus mempertahankan kinerja perbankan-nya secara fundamental. Dengan komitmen manajemen untuk menjaga rasio pembayaran dividen (DPR), Bank Mandiri menjadi pilihan investasi yang menarik.
Investor dapat mengharapkan imbal hasil dividen yang kompetitif, kemungkinan besar di atas rata-rata imbal hasil deposito, ditambah dengan potensi kenaikan harga saham dari fundamental yang kuat. Namun tetap memperhatikan sisi kehati-hatian dan juga perlunya melihat laporan hasil kuartal III 2025.
Berikut proyeksi dividen yang berpotensi dibagikan untuk pembukuan tahun 2025 yang dibagi ke dalam 3 skenario utama menggunakan data pendapatan Bank Mandiri pada tahun buku 2024, serta menggunakan harga saham BMRI pada penutupan pasar pada Jumat (19/9/2025).
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
