Asia Jadi Lautan Merah: Ringgit Cs Kebakaran, Rupiah Terparah?

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
18 September 2025 09:57
Rupiah Masuk Daftar 3 Mata Uang Terbaik Dunia, Ini Datanya!
Foto: Infografis/Rupiah Masuk Daftar 3 Mata Uang Terbaik Dunia, Ini Datanya!/Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas mata uang Asia terpantau tengah mengalami tekanan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Kamis (18/9/2025), seiring dengan keputusan The Federal Reserve (The Fed) yang baru saja memangkas suku bunga untuk pertama kali nya di sepanjang tahun ini.

Melansir dari Refinitiv, per pukul 09.20 WIB, peso Filipina menjadi mata uang dengan pelemahan terbesar di kawasan Asia, sebaliknya baht Thailand justru tampil paling perkasa menghadapi dolar AS.

Peso Filipina memimpin pelemahan dengan terdepresiasi sebesar 0,63% ke level PHP 57,041/US$. Tepat di bawah nya, rupiah menjadi mata uang kedua dengan pelemahan terbesar terhadap dolar AS, dengan pelemahan sebesar 0,32% ke posisi Rp16.477/US$.

Diikuti oleh won Korea yang turut melemah 0,19% di level KRW 1383,04/US$, dan ringgit Malaysia 0,14% di level MYR 4,193/US$. Sementara itu, rupee India dan dong Vietnam juga mengalami koreksi dengan masing-masing sebesar 0,12% dan 0,10%.

Namun berbeda dengan mayoritas mata uang asia lainnya, baht Thailand dan dolar Taiwan justru berhasil menguat terhadap dolar AS.

Baht Thailand terapresiasi 0,13% di THB 31,77/US$, sementara dolar Taiwan menguat 0,12% di posisi TWD 30,052/US$.

Melemahnya mayoritas mata uang Asia pada pagi hari ini seiring dengan indeks dolar AS (DXY) yang tengah mengalami penguatan sejak penutupan perdagangan kemarin, Rabu (17/9/2025) dan berlanjut hingga saat ini.

Per pukul 09.20 WIB, DXY terpantau menguat 0,18% di level 97,046.

Dolar AS menguat setelah sempat tertekan akibat keputusan Federal Reserve memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. Awalnya, pasar menilai langkah tersebut bisa menekan greenback lebih jauh, namun komentar hawkish Ketua The Fed Jerome Powell justru membalikkan arah dolar.

Powell menegaskan bahwa kenaikan harga barang telah menekan inflasi dan diperkirakan masih akan berlanjut hingga tahun depan, sehingga ruang pemangkasan suku bunga berikutnya akan terbatas.

Di sisi lain, proyeksi terbaru The Fed juga memberi sinyal kekuatan dolar. Bank sentral menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi AS 2025 menjadi 1,6% dari 1,4% sebelumnya, sementara inflasi inti tetap tinggi di 3,1%, jauh di atas target 2%. Hal ini mendorong persepsi bahwa meskipun The Fed memangkas suku bunga, kebijakan moneter masih condong berhati-hati terhadap inflasi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(evw/evw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation