
6 Emiten Ini Ramai-Ramai Genjot Tambang Emas: Siapa Paling Jor-Joran?

Jakarta, CNBC Indonesia - Euforia emas rasanya luar biasa dalam dua tahun terakhir ini. Kenaikan yang cukup liar mendorong beberapa emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) ramai-ramai mulai melakukan diversifikasi bisnis dengan mengakuisisi pertambangan emas.
Jika menarik data sejak tahun 2024 hingga saat ini, harga emas telah melesat sebesar 76% hingga perdagangan intraday Kamis (11/9/2025).
Permintaan emas yang terus meningkat didorong oleh banyaknya konflik global hingga optimisme pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) mendorong emas terus melaju dan menembus rekor-rekor baru.
Hal ini pun memicu banyaknya emiten mulai melakukan diversifikasi usaha dengan mengakuisisi tambang emas.
ITMG
Kabar terbaru, emiten batu bara PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) membuka kemungkinan untuk diversifikasi bisnis ke mineral strategis, khususnya tambang emas dalam negeri
Direktur Utama ITMG Mulianto mengatakan pihaknya terbuka untuk mengelola critical mineral, termasuk diantaranya bauksit, emas dan tembaga. Namun, realisasinua saat ini masih dalam tahap observasi.
Sebelumnya, pada periode semester I 2025, ITMG telah melakukan diversifikasi ke mineral strategis, yaitu nikel. Hal ini dilakukan melalui pembelian 9,6% saham PT Adhi Kartiko Pratama Tbk (NICE), emiten yang bergerak di sektor pertambangan nikel.
Sebagai bagian dari strategi diversifikasi, ITMG memilih nikel atas prospek pertumbuhan jangka panjang yang menjanjikan, serta peran nikel sebagai mineral strategis pendukung infrastruktur energi bersih dan komponen utama baja tahan karat.
Ke depan, Direktur ITMG Julius K. Gozali mengatakan, pihaknya telah menargetkan penjualan di kisaran antara 26,3 sampai dengan 27,4 juta ton pada tahun 2025 ini. Sementara di semester pertama, capaiannya sudah sebesar 11,7 juta ton.
Dari sisi kinerja, pendapatan Perusahaan di sepanjang semester pertama 2025 tercatat sebesar $919 juta, atau terkoreksi sebesar 12%, akibat penurunan harga jual rata-rata batubara (ASP) sebesar 19%. Akibatnya, ITMG membukukan laba bersih sebesar $94 juta untuk periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2025.
BUMI
Emiten pertambangan batu bara, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) belum lama ini melakukan akuisisi Wolfram Limited, perusahaan tambang tembaga dan emas asal Australia Barat. Hal ini sejalan dengan rencana BUMI untuk berinvestasi di sektor non batu bara.
Perusahaan telah menjalani transformasi yang besar di lingkup perusahaan dalam beberapa waktu terakhir. Di bawah kepemimpinan Direktur Utama yang baru yaitu Adika Nuraga Bakrie, jajaran direksi telah meninjau sejumlah rencana jangka panjang perusahaan.
Dari situ, BUMI pun memilih untuk menggelontorkan dananya untuk berinvestasi pada aset non-batu bara. Mengingat, BUMI dihadapkan berbagai tantangan mengenai harga batu bara selama beberapa tahun terakhir.
Mineral kritis yang menjadi fokus bagi BUMI adalah emas dan sedikit juga pada tembaga. Alhasil, BUMI pada Juni 2025 mengumumkan akuisisi pertamanya yaitu tambang emas Wolfram Limited di Queensland, Australia. Tambang tersebut telah menjalani proses perawatan dan pemeliharaan, sehingga dapat beroperasi dengan cepat.
Wolfram Limited, perusahaan tambang asal Australia yang diperkirakan memiliki cadangan emas senilai Rp36 triliun.
Menurut keterangan di situs web resminya, Wolfram saat ini memiliki 2 area tambang mineral yaitu Crush Creek dan Mount Carlton. Keduanya berada di wilayah Queensland, Australia.
Wolfram menyebut cadangan mineral eksisting di Crush Creek mencapai 2,63 metrik ton (Mt), dengan kadar emas setara 2,33 gram per ton (g/t), per 4 April 2023.
Sementara cadangan mineral eksisting di Mount Carlton sebesar 10,5 Mt, dengan kadar emas setara 1,39 g/t.
Dengan kadar tersebut, cadangan emas Wolfram di Crush Creek ditaksir mencapai 197 ribu ons (koz) dan di Mount Carlton 470 koz.
PTRO
Salah satu emiten konglomerasi Prajogo Pangestu, PT Petrosea Tbk (PTRO) mencaplok seluruh saham HBS (PNG) Limited beserta anak usahanya (Grup HBS) yang berlokasi di Papua New Guinea. Nilai transaksi sebesar US$25,76 juta.
Dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (1/8/2025), kedua perusahaan telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat pada 1 Agustus 2025.
Grup HBS merupakan pemain kunci di bidang penyediaan layanan jasa pertambangan & konstruksi dan solusi alat berat, termasuk distribusi peralatan, mesin dan suku cadang serta properti di Papua New Guinea sejak tahun 2006.
Pembelian Grup HBS merupakan bagian dari strategi pengembangan usaha perseroan ke luar negeri dan diversifikasi ke sektor mineral emas. Akuisisi ini diharapkan memperkuat kinerja dan kedudukan perseroan, dan menciptakan sinergi operasional antara Indonesia dan Papua New Guinea.
Diketahui, Grup HBS telah lama memiliki hubungan kemitraan yang kuat dan menjalin kerja sama dengan berbagai pemain kunci di sektor pertambangan, terutama mineral emas. Saat ini, Grup HBS melayani beberapa proyek pertambangan emas besar di Papua New Guinea.
Transaksi ini merupakan bagian dari strategi pengembangan usaha perusahaan ke luar negeri dan diversifikasi ke sektor mineral emas. Akuisisi ini diharapkan akan memperkuat kinerja dan kedudukan perusahaan , serta menciptakan sinergi operasional antara Indonesia dan Papua New Guinea
ANTM
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) berencana meningkatkan pemanfaatan fasilitas pemurnian emas yang saat ini sebesar 15% dari total kapasitas 100 ton. Untuk mendukung rencana tersebut, Antam tengah menjajaki akuisisi tambang emas, seiring dengan mendekatnya akhir siklus tambang Pongkor pada 2025.
Tambang Pongkor mengacu pada tambang bawah tanah emas dan perak milik ANTM yang berlokasi di Jawa Barat & Cibaliung, Banten.
Hingga kuartal III/2024, ANTM mencatatkan cadangan emas di Tambang Emas Pongkor sebesar 185.000 oz, dengan sumber daya sebesar 528.000 oz. Sementara, pabrik pemurnian dan pengolahan logam mulia dari ANTM saat ini memiliki kapasitas manufaktur sekitar 30 juta ton per tahun.
Akusisi tersebut menjadi salah satu ekspansi yang dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah perseroan.
Adapun, perseroan tengah turut menjajaki kemungkinan akuisisi blok tambang emas operasi di luar negeri.
UNTR-PSAB
PT United Tractors Tbk (UNTR) dikabarkan berencana mengakuisisi tambang emas PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB). Kedua perseroan pun buka suara terkait hal ini
Sekretaris Perusahaan UNTR Sara K. Loebis menegaskan, tidak mengetahui sumber informasi dalam pemberitaan yang disampaikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
Perusahaan alat berat Grup Astra ini disebut tengah mencari peluang baru akuisisi mineral. Namun, peluang tersebut masih berada dalam pipeline sehingga belum bisa diungkap hingga rencana direalisasikan.
"Perseroan akan menyampaikan Keterbukaan Informasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam hal terdapat transaksi yang dilakukan oleh Perseroan atau anak usaha Perseroan," ungkap Sara dalam keterbukaan informasi BEI, Selasa, (9/9/2025).
Sementara itu, manajemen PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) juga memberikan klarifikasi terkait rumor akuisisi ini. Perseroan menyebut informasi tersebut tidak bersumber dari internal perusahaan.
Meski demikian, PSAB menyatakan selalu terbuka terhadap transaksi dan aksi korporasi strategis. Langkah ini dinilai bisa memberikan manfaat sekaligus menambah nilai terhadap kinerja perseroan ke depan.
"Dalam merencanakan transaksi atau aksi korporasi apapun, Perseroan akan mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk di bidang pasar modal," ungkapnya.
Bila menilik situs web, PSAB telah berhasil membangun 2 tambang emas, yaitu Tambang Bakan di Sulawesi Utara dan Tambang Seruyung di Kalimantan Utara, yang masing-masing memulai produksi pertamanya pada bulan Desember 2013 dan Januari 2014.
Saat ini, tambang produksi Perusahaan adalah Tambang Bakan dan Tambang Penjom. Tambang Lanut Utara dan Tambang Seruyung saat ini berada dalam fase pascatambang.
Selain tambang emas yang berproduksi, Perusahaan memiliki 1 tambang yang sedang dikembangkan, Doup, yang berlokasi di Sulawesi Utara.
ABMM
Emiten tambang kesayangan Lo Kheng Hong, PT ABM Investama Tbk (ABMM) membuka peluang diversifikasi bisnis dengan mengakuisisi tambang emas. Ekspansi sejalan dengan peta jalan perseroan untuk memperbesar kontribusi pendapatan dari di luar dari segmen batu bara.
Namun dikabarkan, ABMM tidak akan mengakuisisi dengan kepemilikan penuh 100%. Sebagai langkah awal, perusahaan berencana menjadi pemegang saham minoritas dengan kepemilikan sekitar 25%-30%.
Saat ini sudah ada dua tambang emas yang masuk dalam pipeline perseroan. Kedua tambang tersebut sudah beroperasi (brownfield), namun kapasitas produksinya belum terlalu besar.
Sayangnya hingga saat ini, perseroan belum mengungkapkan lokasi tambang emas yang sedang diincar oleh ABMM.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)