Harga Tembaga Tembus US$10.000/ton, Ada Andil RI

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
11 September 2025 17:35
FILE PHOTO: An employee works at a electricity cable factory in Baoying, Jiangsu province, July 23, 2006. REUTERS/Aly Song/File Photo
Foto: Ilustrasi Copper. REUTERS/Aly Song

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga atau copper kontrak 3 bulan di London Metal Exchange (LME) tengah menguat kencang hingga menembus level psikologisnya US$10.000/ton atau Rp  164,55 juta eakibat dari gangguan pasokan.

Melansir dari data LME, pada penutupan perdagangan Rabu (10/9/2025), harga kontrak berjangka tembaga terccatat naik hingga 1,00% ke level US$10.013/ton, sekaligus menjadikannya level tertinggi sejak 2 Juli 2025.

Lonjakan harga tembaga dipicu oleh kombinasi gangguan pasokan di Indonesia dan munculnya prospek permintaan dari China.

Gangguan dari sisi pasokan terjadi akibat tambang Grasberg milik PT. Freeport Indonesia tengah menutup sementara operasional nya setelah insiden yang membuat sejumlah pekerja tambang terjebak di bawah tanah pada Senin (8/9/2025) malam WIT.

Menurut analis ANZ yang dikutip dari Reuters, jika gangguan ini berlangsung lama, pasar tembaga global berpotensi semakin ketat karena Grasberg merupakan salah satu tambang tembaga terbesar di dunia.

Di sisi permintaan, data ekonomi China turtu memberikan sinyal positif bagi pergerakan harga tembaga. Deflasi harga produsen (PPI) China yang mulai mereda untuk pertama kalinya dalam enam bulan, menandakan adanya potensi pemulihan permintaan dari sektor industri.

Hal ini cukup penting karena China adalah konsumen tembaga terbesar di dunia, sehingga setiap perbaikan aktivitas manufaktur bisa langsung berdampak pada kebutuhan logam industri ini.

Meski demikian, ada pandangan lain yang lebih hati-hati. Broker Galaxy Futures memperingatkan bahwa menjelang musim puncak konsumis, margin terminal justru melemah. Kondisi ini bisa mengindikasikan musim puncak permintaan yang lebih lesu dari perkiraan, sehingga dapat membatasi laju kenaikan harga.

Pendapatan Indonesia dari Bea Keluar

Naiknya harga tembaga global seharunya menjadi angin segar bagi negara karena penerimaan negara dari Bea Keluar (BK) semakin besar.

Namun hasilnya berkata lain, berdasarkan data Bea dan Cukai Kementerian Keuangan menunjukkan BK dari ekspor tembaga pada periode Januari hingga Juli 2025 hanya sebesar Rp3,79 triliun, angka ini turun signifikan dibandingkan periode yang sama 2024 yang mencapai Rp7,10 triliun atau turun 46,6%.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected]

(evw/evw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation