Survei Ungkap Warga RI Mulai Putus Asa Cari Lowongan Kerja

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
11 September 2025 14:20
ASUMSI MAKRO EKONOMI RAPBN 2026
Foto: infografis/ASUMSI MAKRO EKONOMI RAPBN 2026/ Aristya rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Masyarakat Indonesia makin pesimis terhadap perekonomian.

Berdasarkan data terbaru dari Bank Indonesia (BI), keyakinan masyarakat dalam memandang ekonomi Indonesia saat ini maupun prospek ke depan makin melemah.

Hasil Survei BI pada Agustus 2025 mencatat terjadinya penurunan kepercayaan terutama pada indikator yang menggambarkan persepsi masyarakat terhadap ekonomi nasional.

Data Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) yang dirilis BI pada Rabu (10/9/2025) menunjukkan tren penurunan. Pada Agustus 2025, IKE tercatat hanya sebesar 105,1 atau turun 1,5 poin dibandingkan periode Juli 2025 yang berada di level 106,6.

Penurunan IKE di periode Agustus turut menjadi yang terendah sejak April 2022, ketika itu IKE berada di zona pesimis di angka 98,9 imbas dari hantaman pandemi Covid-19 varian Delta.

IKE sendiri merupakan indikator yang menggambarkan persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi nasional, meliputi penghasilan saat ini, ketersediaan lapangan kerja, serta pembelian barang tahan lama. Jika IKE turun, artinya daya beli, peluang kerja, dan minat konsumsi masyarakat tengah melemah, yang pada akhirnya bisa menjadi hambatan bagi pertumbuhan ekonomi.

Penyebab nya

Penurunan angka Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini tidak lepas dari turunnya Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (IKLK). Pada Agustus 2025, IKLK tercatat sebesar 93,2 atau kembali masuk ke zona pesimis yakni di bawah 100 dan menjadikannya empat bulan beruturt-turut berada di area pesimis sejak Mei 2025.

Angka ini sekaligus menjadi yang terlemah sejak Maret 2022, ketika IKLK berada di level 87,7. Melemahnya IKLK menunjukkan bahwa masyarakat menilai lapangan kerja semakin sulit didapat.

Hal ini berbahaya bagi perekonomian karena penurunan optimisme terkait pekerjaan akan berdampak langsung pada konsumsi rumah tangga. Jika masyarakat merasa sulit memperoleh atau mempertahankan pekerjaan, maka kecenderungan mereka untuk menahan belanja semakin tinggi. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa menekan permintaan dalam negeri dan memperlambat laju pemulihan ekonomi Indonesia.

Menurunnya keyakinan masyarakat akan ekonomi saat ini hingga IKLK yang kembali di zona pesimis seiring dengan kenaikan jumlah pengangguran di Indonesia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia pada Februari 2025 berada di level 4,76%, meskipun secara persentase turun tipis 0,06% dibandingkan periode yang sama 2024. Namun, Secara jumlah nya justru meningkat.

Pada Februari 2025, jumlah pengangguran tercatat sebanyak 7,28 juta orang, naik dari periode yang sama pada 2024 sebesar 7,20 juta orang, hal ini setara dengan peningkatan 800 ribu orang pengangguran.

Dari total pengangguran tersebut, tantangan terbesar justru datang dari kelompok usia muda. Sekitar 3,55 juta pengangguran berasal dari generasi Z berusia 15-24 tahun, disusul oleh kelompok usia 25-34 tahun yang mencapai 1,94 juta orang.

Sementara itu, jumlah pengangguran usia produktif 35-44 tahun mencapai 684 ribu orang, usia 45-54 tahun sebanyak 528 ribu orang, usia 55-64 tahun sebanyak 416,1 ribu orang, dan kelompok usia 65 tahun ke atas sebesar 160,3 ribu orang.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Pelemahan juga terlihat pada Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Bank Indonesia mencatat IKK Agustus 2025 berada di level 117,2, turun 0,9 poin dari Juli 2025 yang masih sebesar 118,1.

Secara teknis, angka ini masih di atas level 100 atau masih berada di zona optimis. Namun, level kepercayaan konsumen pada Agustus 2025 sama dengan posisi September 2022, atau kembali ke level hampir tiga tahun lalu.

Indeks Keyakinan Konsumen merupakan indikator penting yang mencerminkan perasaan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini sekaligus ekspektasi masa depan. Data ini juga kerap digunakan untuk memprediksi arah perkebangan konsumsi dan tabungan rumah tangga.

Sehingga, melemahnya IKK dapat berdampak langsung terhadap konsumsi domestik, yang selama ini menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi Indonesia kontribusinya mencapai lebih dari 50% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular