Gudang Garam Dikabarkan Lakukan PHK Massal, Efek Penjualan-Laba Anjlok

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
07 September 2025 09:45
gudang garam
Foto: gudang garam

Jakarta, CNBC Indonesia - Isu hangat akan adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) di salah satu produsen rokok terbesar di Tanah Air kini menjadi kekhawatiran bagi para investor. Lantaran hal ini sejalan dengan performa kinerja keuangannya.

Kalangan buruh buka suara terkait kabar viral mengenai adanya pemutusan hubungan kerja di PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Banyak pegawai yang akhirnya terkena PHK akibat kebijakan perusahaan.

"Saya baru dapat info dari anggota KSPI (Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia). Sedang di cek ulang," kata Presiden KSPI Said Iqbal kepada CNBC Indonesia, Sabtu (6/9/2025).

Bila benar terjadi PHK di PT Gudang Garam Tbk (GGRM), maka ini membuktikan daya beli masyarakat masih rendah sehingga produksi menurun. Akibatnya pengurangan pegawai tidak terhindarkan.

"Juga disebabkan pasokan tembakau terbatas dan PT Gudang Garam dalam produk rokoknya kurang mengikuti trend perubahan zaman dan tidak inovatif sehingga rokoknya kurang dapat bersaing di pasaran," sebut Said Iqbal.

Kondisi itu makin diperparah dengan penambahan pajak serta cukai rokok yang semakin mahal.

"Ribuan buruh rokok pt gudang garam ter-PHK, dan puluhan ribu buruh lainnya juga akan ter-PHK seperti buruh tembakau, logistik, supir, pedagang kecil, supplier, pemilik kontrakan dan lain-lain," ujar Said Iqbal.

Bisa jadi ratusan ribu buruh berpotensi kehilangan pekerjaan, sehingga perlu ada langkah konkrit.

"Pemerintah pusat dan daerah harus turun tangan tapi jangan seperti kasus PHK sritex yang hanya janji manis, THR saja tidak dibayar," sebutnya.

Dari sisi performa kinerja keuangan, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) memang mencatatkan penurunan penjualan sehingga laba bersih pun anjlok tajam.

PT. Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatat laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hingga semester I tahun 2025 sebesar Rp 117,1 miliar. Laba tersebut anjlok 87,3% jika dibandingkan semester I tahun 2024 yang sebesar Rp 925,5 miliar.

Mengutip laporan keuangannya yang disampaikan melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), penurunan laba tersebut karena pendapatan GGRM hingga Juni 2025 turun 11,4% jadi Rp 44,3 triliun dari perolehan Juni 2024 yang sebesar Rp 50,01 triliun.

Biaya pokok pendapatan juga turun menjadi Rp 40,5 triliun. Maka laba kotor GGRM hingga Juni 2025 turun menjadi Rp 3,7 triliun dari Juni 2024 yang sebesar Rp 5,06 triliun.

Laba usaha GGRM hingga semester pertama juga anjlok signifikan menjadi Rp 513,7 miliar dari Juni 2024 yang sebesar Rp 1,613 triliun.

Penurunan tersebut karena pendapatan lainnya turun jadi Rp 148,7 miliar, sedangkan penurunan beban usaha hanya 5% jauh lebih kecil dari penurunan pendapatan dan menjadi Rp 3,4 triliun. Sementara itu, beban lainnya malah naik jadi Rp 2,3 miliar, dan perusahaan membukukan rugi kurs Rp 1,7 miliar dari sebelumnya mencatat laba Rp 39,3 miliar.

Total aset GGRM hingga semester I tahun ini juga menyusut jadi Rp 79,8 triliun dari aset akhir tahun 2024 yang sebesar Rp 84,9 triliun.

Pada perdagangan hari ini saham GGRM turun 3,24% menjadi Rp 8.950 per saham dengan kapitalisasi pasar Rp 17,22 triliun. Sejak awal tahun saham GGRM telah turun 32%, dalam setahun terakhir turun 43%, tiga tahun terakhir terkoreksi 66% dan dalam lima tahun terakhir turun 82%. Sementara itu dari rekor harga tertinggi yang pernah dicatatkan perusahaan di Rp 100.975 per saham pada 4 Maret 2019 silam, saat ini saham GGRM telah jatuh 91,13%.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/wur)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation