Dunia Dibuat Panas Dingin, Ini Deretan Senjata yang Dipamerkan China

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
04 September 2025 11:55
China memamerkan tiga kelas baru rudal balistik antarbenua (Inter Continental Balistic Missile/ICBM) kemampuan nuklir dalam parade militer memperingati 80 tahun kekalahan Kekaisaran Jepang. (REUTERS/Maxim Shemetov)
Foto: (REUTERS/Maxim Shemetov)

Jakarta, CNBC Indonesia - China baru saja menggelar parade militer yang diakuinya sebagai parade militer terbesar. Parade  di Lapangan Tiananmen, China pada Rabu (3/9/2025) tersebut digelar dalam rangka memeperingati 80 Tahun kemenangan China dari perang dunia II.

Parade militer China kali ini bukan hal yang biasa, melihat dari tamu undangan yang datang, tampak banyak pemimpin negara-negara besar dunia yang turut hadir dalam acara ini.

Di antaranya Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un, serta Presiden Iran Masoud Pezeshkian. Presiden Prabowo Subianto pun turut menghadiri acara tersebut bersama dengan para pemimpin dunia lainnya.

Presiden Indonesia Prabowo Subianto, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden China Xi Jinping bersama istrinya Peng Liyuan, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan kepala delegasi asing berpose untuk foto bersama sebelum parade militer yang menandai peringatan 80 tahun berakhirnya Perang Dunia Kedua, di Beijing, China, 3 September 2025. (Sputnik/Sergey Bobylev/Pool via REUTERS)Foto: Presiden Indonesia Prabowo Subianto, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden China Xi Jinping bersama istrinya Peng Liyuan, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan kepala delegasi asing berpose untuk foto bersama sebelum parade militer yang menandai peringatan 80 tahun berakhirnya Perang Dunia Kedua, di Beijing, China, 3 September 2025. (via REUTERS/Sergey Bobylev)
Presiden Indonesia Prabowo Subianto, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden China Xi Jinping bersama istrinya Peng Liyuan, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan kepala delegasi asing berpose untuk foto bersama sebelum parade militer yang menandai peringatan 80 tahun berakhirnya Perang Dunia Kedua, di Beijing, China, 3 September 2025. (Sputnik/Sergey Bobylev/Pool via REUTERS)

Momen langka ini langsung memicu spekulasi tentang semakin eratnya hubungan ketiga negara yang kerap dianggap sebagai penantang dominasi Barat.Lebih dari sekadar seremoni memperingati berakhirnya Perang Dunia II, parade ini dipandang sebagai sinyal keras bahwa China ingin menunjukkan diri sebagai kekuatan global yang tak bisa diremehkan.

Tak heran jika Presiden AS Donald Trump langsung menuduh China, Rusia, dan Korea Utara tengah berkonspirasi melawan Washington. Meski Trump meremehkan kekuatan aliansi ini dengan menyebut militer AS tetap yang terkuat di dunia, parade tersebut jelas memperlihatkan konsolidasi baru di tengah ketegangan geopolitik global.

Sebagai Pesan Tersirat Ke Negara Barat

Parade militer kali ini bukan sekadar peringatan sejarah, melainkan juga unjuk kekuatan politik dan simbolik. Kehadiran Putin, Kim Jong Un, dan Presiden Iran Masoud Pezeshkian memperkuat narasi axis of upheaval atau poros ketidakpuasan, istilah yang digunakan para analis untuk menyebut negara-negara yang ingin menantang tatanan dunia yang dipimpin AS.

Dalam pidatonya, Xi Jinping menegaskan bahwa China tidak akan tunduk pada perundung dan selalu berdiri di sisi sejarah yang benar. Pesan ini dianggap sebagai peringatan keras kepada Barat, terutama AS.

Selain itu, parade juga menjadi sarana Xi Jinping untuk meneguhkan legitimasi domestiknya di tengah perlambatan ekonomi. Dengan menampilkan kekuatan militer, Xi Jinping berupaya menumbuhkan rasa percaya diri rakyat China sekaligus mengirim sinyal ke Washington bahwa dominasi AS tidak lagi tak tergoyahkan.

"pesan utama yang ingin disampaikan China adalah bahwa tatanan dunia yang dipimpin AS sedang rapuh, dan Beijing siap menawarkan model alternatif kepemimpinan global,"ujar Alfred Wu dari National University of Singapore, dikutip dari Time.

Namun, pesan simbolik itu juga terlihat dari daftar tamu yang hadir. Selain pemimpin Rusia, Korea Utara dan Iran, Parade turut dihadiri oleh pemimpin lebih dari selusin negara lain. Mulai dari pemimpin negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, hingga Myanmar serta negara-negara Asia Tengah seperti Kazakstan hingga Uzbekistan, serta pemimpin dari Afrika dan Eropa Timur.

Selain itu, daftar pemimpin negara yang hadir dalam parade militer tahun ini juga minim dari negara-negara Barat, hanya segelintir yang hadir, di antaranya Perdana Menteri Slovakia Robert Fico dan Presiden Serbia Aleksandar Vučić.

Perubahan ini menegaskan pergeseran geopolitik global semakin sedikit representasi Barat, semakin jelas bahwa parade militer China digunakan untuk menampilkan koalisi non-Barat sekaligus mengirim pesan bahwa Beijing kini menjadi magnet baru bagi negara-negara yang kecewa dengan dominasi AS.

Deretan Alutsista Baru China

Selain kehadiran para pemimpin dunia yang mencuri perhatian, sorotan utama dari parade militer di Beijing tetap tertuju pada arsenal canggih yang ditampilkan China. Lebih dari 10.000 pasukan dikerahkan, lengkap dengan sederet alutsista modern, untuk memperlihatkan kemajuan pesat dalam modernisasi militernya.

Di antara senjata yang dipamerkan, beberapa di antaranya baru pertama kali ditampilkan ke publik dan langsung menarik perhatian dunia.

Misalnya, rudal balistik antarbenua (ICBM) DF-61 dan DF-31BJ yang disebut sebagai bagian dari persenjataan nuklir paling mutakhir China. Ada pula rudal anti-kapal induk yang dijuluki "aircraft carrier killer" karena diklaim mampu menargetkan kapal perang besar milik AS.

Tak berhenti di situ, parade juga memperkenalkan drone bawah laut berukuran ekstra besar, sistem pertahanan laser, hingga robot anjing tempur yang memberi gambaran ambisi China untuk masuk ke medan perang modern.

Dari sisi darat, hadir pula tank tempur generasi baru dan drone pencegat, yang menunjukkan diversifikasi kekuatan darat dan udara.

Dengan unjuk kekuatan ini, Beijing ingin mengirim pesan jelas ke dunia bahwa militernya tidak kalah dengan AS. Pesan tersebut diperkuat oleh pernyataan sejumlah pejabat China yang menegaskan negaranya tidak bisa ditekan atau digertak oleh kekuatan luar.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected]

(evw/evw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation