Daun "Ajaib" Ini Jadi Emas Baru, Harga Selangit Karena Diburu Dunia

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
02 September 2025 20:50
Daun
Foto: Pexels

Jakarta, CNBC Indonesia- Demam matcha sedang melanda dunia. Dari kafe-kafe kecil di Tokyo hingga gerai es krim di New York, bubuk teh hijau asal Jepang ini berubah menjadi komoditas bernilai tinggi.

Permintaan global yang melonjak, digerakkan tren kesehatan di media sosial dan arus wisatawan pasca-pandemi, membuat harga matcha meroket ke level rekor.

Lonjakan konsumsi ini membuat pasokan kian ketat. Matcha dihasilkan dari daun teh jenis tencha, yang dibudidayakan dengan metode khusus: pucuk daun harus ditutup dari sinar matahari agar menghasilkan rasa umami khas.

Proses panen, pengukusan, pengeringan, hingga penggilingan membutuhkan banyak tenaga kerja. Namun Jepang menghadapi keterbatasan petani, sementara permintaan justru melesat.

Teh hijau matcha khas Jepang. (Istimewa)Foto: Teh hijau matcha khas Jepang. (Istimewa)
Teh hijau matcha khas Jepang. (Istimewa)

 

Menurut Global Japanese Tea Association, harga tencha di lelang Kyoto musim semi 2025 menembus JPY 8.235 per kilogram atau sekitar Rp 823.500/kg, melonjak 170% dibandingkan tahun sebelumnya. Angka itu jauh melampaui rekor lama tahun 2016 di JPY 4.862 per kilogram. Kondisi ini membuat harga matcha eceran di Jepang dilaporkan telah dua kali lipat dalam setahun terakhir, bahkan toko-toko di Tokyo membatasi pembelian untuk mencegah penimbunan.

Ekspor teh hijau Jepang pun ikut terdongkrak.

Kementerian Keuangan Jepang mencatat nilai ekspor teh hijau tahun lalu mencapai JPY 36,4 miliar (sekitar US$247 juta), naik empat kali lipat dari satu dekade lalu.

Dari total itu, sekitar 44% mengalir ke Amerika Serikat, sebagian besar dalam bentuk bubuk matcha. Popularitas matcha sebagai "superfood" kaya antioksidan jelas menjadi motor utamanya.

Namun, ancaman baru muncul dari perubahan iklim. Gelombang panas ekstrem musim panas ini berpotensi memangkas panen teh tahun depan, yang akan menekan pasokan lebih jauh.

Matcha. (Dok. Pixabay)Foto: Matcha. (Dok. Pixabay)
Matcha. (Dok. Pixabay)

Bagi pelaku usaha seperti kafe dan toko oleh-oleh, kekhawatiran harga melambung semakin nyata, meski matcha tetap menjadi suvenir favorit turis.

Industri besar ikut bergerak cepat. Ito En, produsen teh hijau botolan terbesar di dunia, membentuk divisi khusus matcha pada Mei 2025. Perusahaan ini berencana menaikkan harga produk berbasis matcha hingga 50-100% mulai September 2025, akibat kenaikan biaya bahan baku dan tenaga kerja.

Namun, mengonversi petani ke tencha bukan perkara mudah. Banyak yang khawatir tren matcha hanya sesaat, sehingga enggan mengambil risiko menanam komoditas yang lebih padat karya.

Pemerintah Jepang kini mempertimbangkan subsidi bagi petani agar mau memperluas lahan tencha. Sementara itu, sebagian pengusaha melihat edukasi konsumen sebagai jalan tengah: tidak semua hidangan matcha membutuhkan bubuk kualitas premium. Bahkan, ada yang mulai melirik alternatif tren baru seperti hojicha, teh Jepang dengan rasa lebih gurih dan rendah kafein.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation