Asia Jadi Lautan Merah: Rupiah, Yen Hingga Ringgit Terbakar Hari Ini

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
02 September 2025 09:52
Mata uang Rupiah, Yuan, dan Won. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Mata uang Rupiah, Yuan, dan Won. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas mata uang Asia tengah mengalami tekanan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (2/9/2025). Yen Jepang dan Rupiah tercatat menjadi mata uang dengan pelemahan terbesar di kawasan.

Melansir dari Refinitiv, Per pukul 09.20 WIB, rupiah mengalami pelemahan 0,21% ke posisi Rp16.445/US$. Pelemahan terjadi seiring dengan kondisi dalam negeri akibat aksi demonstrasi yang akan berlangsung hari ini.

Sementara itu, Yen Jepang menjadi yang terlemah dengan pelemahan sebesar 0,34% di level JPY 147,65/US$. Diikuti oleh peso Filipina dengan pelemahan 0,17% di posisi PHP 57,23/US$.

Dolar Singapura, rupee India, dan ringgit malaysia turut mengalami pelemahan dengan terdepresiasi masing-masing sebesar 0,11%, 0,10%, dan 0,09%.

Namun demikian, di saat mayoritas mata uang Asia yang melemah, won Korea dan Baht Thailand justru terpantau mengalami penguatan terhadap dolar AS.

Won Korea menjadi yang paling kuat di regional dengan mata uang yang terapresiasi sebesar 0,05% di level KRW 1.392/US$, yang diikuti oleh penguatan Baht Thailand sebesar 0,03% di posisi THB 32,27/US$.

Indeks Dolar AS (DXY)

Pergerakan mata uang Asia pada hari ini, tak lepas dari penguatan indeks dolar AS yang terpantau tengah mengalami penguatan sebesar 0,08% di level 97,84. Hal ini terjadi setelah, pada perdagangan kemarin, DXY sempat mengalami penurunan ke level terendah sejak Juli 2025.

Penguatan terjadi di tengah antisipasi investor terhadap rilis data tenaga kerja AS, termasuk nonfarm payrolls pada Jumat mendatang, yang diperkirakan akan memengaruhi arah kebijakan The Federal Reserve.

Pasar saat ini memperkirakan peluang 90% pemangkasan suku bunga 25 basis poin pada September, dengan total potensi penurunan hingga 100 bps pada 2026. Selain faktor domestik, pasar juga dibayangi isu global, mulai dari sengketa tarif era Donald Trump, upaya Presiden AS memecat Gubernur The Fed Lisa Cook, hingga ketidakpastian politik di Eropa terkait ancaman jatuhnya pemerintahan Prancis.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(evw/evw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation