
Eropa Menjauh, Rusia Pilih "Selingkuh" dengan China & Arab Saudi

Jakarta, CNBC Indonesia - Peta perdagangan energi global kembali bergeser. Arab Saudi dan India kini muncul sebagai pembeli terbesar produk minyak Rusia, khususnya fuel oil dan vacuum gasoil (VGO) menggeser dominasi China yang sebelumnya menjadi pembeli terbesar.
Sebagai catatan, fuel oil adalah minyak bakar berat hasil penyulingan minyak mentah yang umumnya digunakan untuk pembangkit listrik. Sementara itu, VGO merupakan produk setengah jadi hasil distilasi vakum yang biasanya diproses lebih lanjut di kilang minyak untuk menghasilkan produk jadi seperti bensin, solar, maupun bahan bakar jet.
Ekspor Ke Arab Saudi dan India
Berdasarkan data LSEG yang dikutip dari Reuters, ekspor fuel oil dan VGO Rusia ke Arab Saudi pada Juli 2025 mencapai sekitar 1,1 juta ton metrik, nyaris sama dengan volume bulan Juni.
Sebagian besar kargo tersebut digunakan untuk pembangkit listrik, mengingat negara-negara Timur Tengah lazim membakar crude oil dan high-sulphur fuel oil (HSFO) selama musim panas, saat permintaan listrik melonjak akibat penggunaan pendingin udara.
Sementara itu, ekspor fuel oil Rusia ke India melonjak tajam hingga 65% dari bulan sebelumnya menjadi sekitar 0,6 juta ton.
India membeli langsung fuel oil dan VGO Rusia sebagai alternatif murah dari minyak mentah Urals untuk memperkuat feedstock kilangnya. Meski demikian, impor minyak mentah Rusia oleh India secara keseluruhan turun seperempat pada Juli dibanding Juni, lantaran sebagian kilang mengurangi pembelian akibat diskon harga yang semakin menyempit.
Sejak Uni Eropa memberlakukan embargo penuh atas produk minyak Rusia pada Februari 2023, pasar energi Moskow bergeser signifikan ke kawasan Timur Tengah dan Asia. Selain Arab Saudi dan India, negara seperti Singapura, Turki, dan Senegal juga masuk daftar tujuan utama ekspor produk minyak Rusia pada Juli lalu.
Pergeseran Ekspor Minyak Mentah Rusia Menuju Asia
Rusia kini semakin menggantungkan ekspor minyak mentahnya ke Asia, terutama ke China dan India. Dari 2020 hingga 2024, ekspor minyak mentah dan kondensat Rusia rata-rata berada di kisaran 5 juta barel per hari (bph). Namun, pada semester pertama 2025 terjadi penurunan menjadi 4,3 juta bph.
Jika pada 2020 sekitar 51% ekspor Rusia masih ditujukan ke Eropa, maka pada 2024 pangsa itu anjlok menjadi 12%, bahkan hanya 11% pada paruh pertama 2025. Sebaliknya, ekspor ke Asia dan Oseania melonjak dari 41% pada 2020 menjadi 81% pada 2024, dengan Tiongkok dan India menjadi tujuan utama.
China tercatat sebagai importir terbesar dengan rata-rata 2,2 juta bph pada 2024 dan 2 juta bph pada 1H25, meningkat 500 ribu bph dibandingkan 2020.
Sementara itu, India mengalami lonjakan dramatis dari 50 ribu bph pada 2020 menjadi 1,7 juta bph pada 2024, dan rata-rata 1,6 juta bph pada 1H25. Pergeseran ini menegaskan strategi Rusia untuk memperkuat pasar di Asia sekaligus menandai perubahan keseimbangan dalam geopolitik energi global.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(evw/evw)