
10 Negara Sultan dengan Cadev Terbesar di Planet Ini: Duit Gak Berseri

Jakarta, CNBC Indonesia - Cadangan devisa berfungsi sebagai penyangga stabilitas keuangan sebuah negara, operasi moneter, mendukung likuiditas hingga memberi negara kemampuan menghadapi krisis mata uang.
Cadangan Devisa adalah aset keuangan dalam mata uang asing yang dimiliki oleh bank sentral atau otoritas moneter untuk menjaga stabilitas nilai tukar, membayar kebutuhan impor penting (misalnya minyak), membayar utang luar negeri, dan menghadapi guncangan keuangan global.
Cadangan devisa suatu negara dapat berupa mata uang asing, emas moneter, dan special drawing rights (SDR) dari IMF. Untuk cadangan mata uang asing, porsi terbesar adalah dalam USD, EUR, JPY.
Menurut data Komposisi Mata Uang dari Cadangan Resmi Valuta Asing (COFER) milik International Monetary Fund (IMF), total cadangan resmi valuta asing di seluruh dunia mencapai US$ 12,54 triliun.
Data ini mencakup cadangan resmi valuta asing yang dilaporkan kepada IMF oleh bank sentral dari lebih dari 140 negara. Saat ini terdapat 149 negara yang melaporkan cadangan resmi valuta asing mereka, terdiri dari otoritas moneter negara anggota IMF dan negara/perekonomian non-anggota IMF, serta entitas lain yang memegang cadangan devisa.
Namun, IMF tidak merincikan data kepemilikan mata uang asing tiap negara. Melansir dari data Tradingview, Berikut adalah daftar 10 negara dengan cadangan valas terbesar di dunia:
Per Juli 2025, China memiliki cadangan devisa sebesar US$ 3,29 triliun, menjadikannya sebagai pemilik cadangan devisa terbesar di dunia. Bila dirupiahkan angkanya mencapai Rp 53.594 triliun (US$1=16.290).
Komposisi pasti dari cadangan ini adalah informasi rahasia. Namun, sejak 2014, China secara konsisten berusaha mengurangi porsi aset dalam dolar AS dan mendiversifikasi kepemilikan mata uang asingnya.
Di posisi kedua ada Jepang yang memiliki cadangan devisa sebesar US$ 1,3 triliun, mengukuhkannya sebagai salah satu perekonomian besar di dunia. Selain memiliki cadangan valas besar, Jepang juga merupakan negara yang paling banyak memegang surat berharga AS.
Per Juli 2025, komposisi cadangan devisa Jepang meliputi US$ 1,13 triliun dalam cadangan mata uang asing, USD 89,7 miliar dalam bentuk emas, serta posisi cadangan IMF dan SDR sekitar US$ 71 miliar.
Swiss menempati posisi ketiga ada Swiss dengan cadangan valas yang diperkirakan mencapai sekitar US$ 788 miliar. Selain valas, Bank Sentral Swiss mempertahankan cadangan devisanya dalam portofolio yang terdiversifikasi.
Swiss memiliki cadangan emas sebesar US$ 112,6 miliar, aset cadangan lainnya sekitar US$ 0,021 miliar, dan mengalami peningkatan signifikan pada besaran SDR serta opsi cadangan IMF.
Sebagai salah satu perwakilan dari dataran Asia dengan ekonomi yang sedang berkembang pesat, India menempati peringkat keempat dengan cadangan devisa di angka USD 695,10 miliar per pertengahan Agustus 2025.
Aset mata uang asing (Foreign Currency Assets/FCA) mencapai US$ 585,90 miliar, yang merupakan porsi terbesar, dalam mata uang utama seperti Dolar, Euro, dan Franc. Sisanya dibagi antara cadangan emas, SDR, dan posisi cadangan IMF.
Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia sendiri memiliki cadangan devisa US$ 152 miliar, merupakan negara dengan cadangan devisa terbesar ke-19 di dunia. Melansir dari Bank Indonesia, cadangan devisa Indonesia turun ke level terendah dalam delapan bulan terakhir sebesar US$ 152 miliar pada Juli 2025, dari US$ 152,6 miliar pada bulan sebelumnya.
Meskipun terjadi penurunan tipis, posisi cadangan devisa tetap kuat, terutama didukung oleh pembayaran utang luar negeri oleh pemerintah serta upaya Bank Indonesia untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah di tengah volatilitas pasar keuangan global yang berkelanjutan.
Posisi cadangan saat ini cukup untuk membiayai 6,3 bulan impor atau 6,2 bulan impor termasuk kewajiban utang luar negeri pemerintah-jauh di atas tolok ukur kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan cadangan devisa akan tetap memadai untuk menjaga stabilitas sektor eksternal. Prospek ini didukung oleh kinerja ekspor yang berkelanjutan, perkiraan surplus pada neraca modal dan finansial, serta sentimen positif investor terhadap perekonomian domestik dan imbal hasil investasi yang menarik.
(mae)
