
Mirip RI, Anak Muda Inggris Juga Pusing Nyari Kerja

Jakarta, CNBC Indonesia - Anak muda Inggris saat ini tengah menghadapi krisis pasar tenaga kerja terburuk sejak pandemi Covid-19.
Melansir data dari Office For National Statistics (ONS) mencatat tingkat pengangguran anak muda usia 16-24 tahun mencapai 14,1% pada periode April-Juni 2025, atau setara dengan 634 ribu orang.
Angka ini naik dari 13,4% pada periode yang sama 2024 dan dua poin lebih tinggi dibandingkan level sebelum pandemi.
Kondisi pasar kerja bagi anak muda Inggris semakin sulit, terutama bagi mereka yang baru pertama kali mencari pekerjaan. Berdasarkan laporan Adzuna, situs pencarian kerja Inggris, menunjukkan iklan lowongan untuk pekerjaan lulusan baru, magang, serta posisi junior turun 4,5% pada Juli 2025 menjadi dibawah 210.000 lowongan.
Dengan penurunan tersebut, porsi pekerjaan untuk entry level kini hanya sekitar 20% dari total lowongan yang tersedia.
Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata pada periode 2022-2024 yang sebesar 27%, sekaligus mencatatkan yang terendah sejak Oktober 2020 ketika kondisi ekonomi saat itu masih terganggu akibat pandemi Covid-19.
Penyebabnya : Tekanan Pajak dan Disrupsi Teknologi
Perlambatan ini tidak bisa dilepaskan dari kombinasi faktor. Peningkatan biaya ketenagakerjaan menjadi salah satu pemicu utama, yang terjadi setelah pemerintah Inggris menaikkan pajak gaji sebesar £26 miliar dan menetapkan upah minimum baru yang lebih tinggi.
Selain itu, perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau AI turut mempersempit peluang kerja, terutama di bidang yang selama ini banyak diambil oleh para lulusan universitas.
Pekerjaan yang berkaitan dengan tugas administratif dan analis kini lebih mudah digantikan oleh AI, yang menyebabkan lowongan bagi lulusan universitas anjlok 28% dalam setahun terakhir. Penurunan ini hampir empat kali lebih cepat dibandingkan penurunan pada lowongan entry level.
Selain itu, jumlah pemuda yang tidak bekerja, tidak bersekolah, dan tidak mengikuti pelatihan atau dikenal dengan istilah NEET (Not in Education, Employment or Training) masih cukup tinggi. Pada awal 2025, jumlahnya mencapai 923.000 orang atau sekitar 12,5% dari total populasi pemuda. Lebih dari separuh kelompok ini bahkan tergolong inaktif, yakni tidak mencari pekerjaan sama sekali.
Pengangguran Muda di Indonesia Juga Masih Tinggi
Fenomena serupa juga terjadi di Indonesia, di mana tingkat pengangguran terbuka (TPT) bagi kelompok usia muda masih bertahan di level tinggi.
Berdasarkan data Sakernas Februari 2025, tingkat pengangguran muda berada di 16,16%, atau berarti dari setiap 100 orang muda usia 15-24 tahun yang sudah masuk angkatan kerja, terdapat sekitar 16 orang yang menganggur. Angka ini memang turun tipis 0,26% dibandingkan Februari 2024, tetapi masih jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional.
Jika dibandingkan populasi pemuda, tingkat pengangguran muda Indonesia setara dengan 8,01% dari total penduduk usia 15-24 tahun, atau sekitar 3,6 juta orang. Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk muda Indonesia mencapai 44,26 juta jiwa.
Tingginya pengangguran muda membuat kelompok ini mengisi hampir setengah dari total pengangguran nasional. Per Februari 2025, sebanyak 48,77% dari seluruh penganggur di Indonesia merupakan anak muda, dengan dominasi lulusan pendidikan SMA/sederajat sebesar 60,93%. Adapun lulusan sarjana atau diploma hanya menyumbang sekitar 8,78% dari total penduduk muda.
Data BPS juga menunjukkan bahwa jumlah pengangguran muda didominasi oleh mereka yang belum pernah bekerja.
Pada Agustus 2024, jumlah pengangguran muda tercatat 3,92 juta orang, terdiri dari 2,8 juta yang belum pernah bekerja dan 1,12 juta yang sebelumnya pernah bekerja. Jika dirinci, kelompok usia 15-19 tahun menyumbang 1,43 juta pengangguran, sementara usia 20-24 tahun mencapai 2,49 juta orang.
Kondisi ini memperlihatkan bahwa anak muda Indonesia masih menghadapi kesulitan besar untuk menembus pasar kerja formal. Persaingan yang ketat, keterbatasan jumlah lowongan, serta dominasi tingkat pendidikan menengah (SMA/sederajat) yang mencapai 60,93% membuat kelompok muda rentan terjebak dalam pengangguran berkepanjangan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(evw/evw)