2 Kabar Baik Hari ini: Harga Batu bara Naik, China Balik ke RI Lagi

mae, CNBC Indonesia
26 August 2025 07:20
Stock Pile batu bara PT Kaltim Prima Coal, Tanjung Bara, Kalimantan Timur. (CNBC Indonesia/Firda Dwi Muliawati)
Foto: (CNBC Indonesia/Firda Dwi Muliawati)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara menguat di tengah kenaikan impor China.

Merujuk Refinitiv, harga batu bara kontrak September pada perdagangan kemarin, Senin (25/8/2025) ditutup di US$ 110,75 per ton atau menguat 0,87%.

Penguatan ini memutus tren negatif batu bara yang melemah dua hari sebelumnya.

Dua raksasa ekonomi Asia, China dan India, tengah menapaki jalan berlawanan dalam perdagangan batubara global. Data terbaru menunjukkan China kembali meningkatkan impor, sementara India justru menekan pembelian luar negeri akibat surplus domestik dan dorongan energi bersih.

Kebijakan kedua negara ini menegaskan bahwa pasar energi regional sangat dipengaruhi dinamika produksi lokal dan kebijakan transisi energi. Kondisi inilah yang ikut membentuk harga batu bara.

Laporan Kpler yang dikutip oleh Clyde Russell dari Reuters memperkirakan impor batubara termal China akan mengalami kenaikan signifikan bulan ini.

Impor batubara thermal via laut (seaborne) ke China diperkirakan mencapai 25,63 juta ton pada Agustus 2025, naik dari 22,77 juta ton di Juli. Ini menandai volume tertinggi sejak Desember 2024.

Indonesia menjadi pemasok utama dengan angka sekitar 16,13 juta ton. Jumlah ini merupakan yang tertinggi dalam lima bulan.

Pasokan dari Australia diperkirakan 5,84 juta ton, melonjak selama tiga bulan berturut-turut.

Kenaikan impor ini terjadi setelah produksi batubara domestik mengalami penurunan, yaitu turun 3,8% pada bulan lalu. Namun, produksi batubara dalam negeri selama tujuh bulan pertama tahun ini justru naik dengan persentase yang sama.

Penurunan pada Juli tersebut merupakan akibat dari intervensi pemerintah untuk mengekang kelebihan pasokan serta kondisi cuaca yang tidak mendukung, termasuk panas ekstrem dan hujan deras yang menyulitkan proses produksi batubara. Tingkat pembangkitan listrik yang lebih tinggi dari pembangkit listrik tenaga batubara juga membantu mengurangi kelebihan pasokan.

Data resmi sebenarnya menunjukkan produksi listrik thermal di China sebenarnya menurun 1,3% sepanjang Januari-Juli, seiring naiknya pembangkit air dan energi terbarukan.

Namun, pada Juli saja, pembangkitan listrik thermal (kebanyakan dari batubara) malah naik 4,3% dibanding Juli tahun sebelumnya (year on year/YoY).

Di sisi lain, produksi batubara domestik merosot menjadi 380,99 juta ton pada Juli, turun 3,8% YoY, terendah sejak April 2024.

Bila China naik tidak demikian dengan India. Impor batubara thermal India pada Agustus diproyeksikan hanya 9,74 juta ton, turun dari 11,99 juta ton di Juli. Angka ini adalah terendah sejak Februari 2023, dan hampir separuh dari puncaknya pada Mei (17,96 juta ton).

Penurunan ini terjadi karena energi terbarukan dan pembangkit air meningkat sehingga mengurangi ketergantungan pada batubara.

Produksi batubara domestik meningkat, dengan target produksi tahun fiskal 2025 mencapai 1,15 miliar ton, melampaui rekor sebelumnya.

Fenomena kenaikan impor dari China dan turunnya permintaan dari India ini ibarat pedang bermata dua bagi Indonesia.

Di satu sisi, peluang ekspor ke China terbuka lebar, namun persaingan dan tekanan harga akan semakin ketat, apalagi jika India konsisten mengurangi ketergantungan impor.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation