Warga RI Ramai-ramai Taruh Duit di Deposito, Kabar Baik Apa Buruk?

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
25 August 2025 17:35
Masyarakat Kuras Tabungan, Bank Bisa Perang Dana Murah
Foto: Infografis/ DPK/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Masyarakat Indonesia mulai kembali menabung, terutama di simpanan berjangka.

Bank Indonesia (BI) mencatat, uang beredar dalam arti luas (M2) pada Juli 2025 tumbuh 6,5% (year-on-year/yoy), naik tipis dibandingkan Juni 2025 yang tumbuh 6,4%. Dengan demikian, total M2 mencapai Rp9.569,7 triliun.

Pertumbuhan ini terutama ditopang oleh simpanan berjangka yang naik 4,8% (yoy) pada Juli, lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya sebesar 4,4%. Angka ini bahkan menjadi yang tertinggi dalam hampir satu tahun terakhir sejak Agustus 2024 ketika simpanan berjangka tumbuh 5,5%.

Kenaikan simpanan berjangka ini menunjukkan bahwa masyarakat mulai menempatkan kembali dananya ke instrumen investasi yang rendah risiko dan menawarkan pengembalian hasil yang masih menarik.

Hal ini wajar, mengingat suku bunga acuan BI masih berada di level tinggi meskipun sepanjang 2025 sudah dipangkas sebesar 100 basis poin, terakhir pada Agustus lalu dimana BI menurunkan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 5,00%.

Deposito mencerminkan indikator penting bagi kesehatan individu, perbankan, hingga perekonomian nasional.

Bagi individu, deposito mencerminkan preferensi risiko masyarakat. Banyaknya dana parkir di deposito menandakan nasabah lebih mencari keamanan meskipun imbal hasilnya tidak terlalu tinggi bila dibandingkan obligasi.

Bagi bank, deposito adalah sumber utama dana untuk penyaluran kredit. Tingginya nilai deposito menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap stabilitas bank. Namun, bunga deposito yang tinggi juga berarti biaya dana (cost of fund) ikut meningkat, yang bisa menekan margin keuntungan perbankan.

Sementara bagi ekonomi secara keseluruhan, deposito bisa menjadi barometer suku bunga riil dan preferensi masyarakat terhadap konsumsi atau investasi. Lonjakan dana deposito bisa menunjukkan basis pendanaan perbankan yang kuat, tapi di sisi lain juga mencerminkan sikap wait and see masyarakat, lebih memilih menyimpan ketimbang membelanjakan atau menanam modal di sektor riil.

Bunga Simpanan Deposito Masih Tinggi

Catatan CNBC Indonesia Research menunjukkan tingkat suku bunga deposito masih tinggi. Faktor ini bisa menjadi salah satu pertimbangan masyarakat menyimpan dananya di instrumen deposito. 

Meskipun BI telah menurunkan suku bunga acuan, terpantau suku bunga deposito PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) pada periode Agustus 2025 tidak berubah dari periode Juli 2025.

Bank BRI memberikan beberapa pilihan jangka waktu deposito mulai dari satu bulan hingga 36 bulan dengan tingkat suku bunga yang menarik dan bervariasi.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) juga menawarkan bunga deposito variatif, yakni mulai dari yang terendah 2,25% untuk tenor 1-3 bulan, dan bunga tertinggi 2,50% untuk tenor 6-12 bulan.

Tingkat suku bunga deposito Bank Mandiri periode Agustus 2025 juga tidak berubah dari periode Juli 2025.

Bank BNI menawarkan tingkat suku bunga yang kompetitif mulai dari yang terendah 2,25% hingga yang tertinggi 3,00%. Untuk bisa menikmati bunga deposito tinggi maka harus simpan dana dengan tenor panjang, yakni minimal 12 bulan atau 24 bulan.

Hingga saat ini, tidak ada perubahan terhadap suku bunga deposito Bank BNI pada Agustus 2025.

Beban Bekurang, Dana Dialihkan ke Deposito?

Kenaikan simpanan berjangka terjadi seiring dengan berakhirnya "beban" besar di masyarakat. Dalam periode satu tahun, biasanya ada periode di mana beban masyarakat besar sehingga menguras tabungan, mulai dari Lebaran hingga libur sekolah. Periode besar tersebut sudah selesai.

Penurunan belanja terkait liburan sudah melandai. 

Berdasarkan riset dari Mandiri Institute (MSI) per 10 Agustus 2025, memberikan gambaran tambahan mengenai perilaku konsumsi masyarakat. Proporsi belanja untuk kategori Sports, Hobby & Entertainment tercatat terus menurun sepanjang 2025. Jika pada Januari porsinya masih 7,7%, pada Agustus turun menjadi hanya 7,3%.

Penurunan konsumsi hiburan ini bisa dibaca sebagai gejala rumah tangga mulai menahan pengeluaran non-esensial dan lebih berhati-hati dalam mengatur keuangan. Sebagian dana yang tadinya dialokasikan untuk belanja rekreasi kemungkinan besar dialihkan ke tabungan atau simpanan berjangka.

Tabungan Masyarakat Melandai

Berbanding terbalik dengan deposito, tabungan justru melandai. Tabungan tumbuh 8,7% (YoY) pada Juli 2025, melandai dibandingkan Juni 11%.
Tabungan jadi buffer/penyangga terhadap risiko (emergency fund). Tabungan juga bisa ditarik sewaktu-waktu, sehingga bank harus menjaga likuiditas.

Bunga tabungan lebih rendah dibandingkan deposito.

Data Bank Mandiri Spending Index menunjukkan adanya perbedaan antara tabungan kelas bawah, menengah, dan atas.

Tabungan kelompok bawah sedikit meningkat pada Juli, sejalan dengan penyaluran Bantuan Subsidi Upah
Walaupun meningkat, tabungan kelompok bawah masih lebih rendah dibandingkan tahun lalu, sementara tabungan kelompok menengah dan atas melanjutkan tren penurunan.

MSI turut mencatat, pada Juli 2025 indeks tabungan kelompok bawah naik menjadi 78,9 atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya, meskipun lebih rendah dibanding Juli 2025 yang sebesar 82,9. 

Sebaliknya, kelompok menengah dan kelompok atas mencatat penurunan. Indeks tabungan kelompok menengah tutun ke 100,3, sedangkan kelompok atas anjlok ke 93,1 atau jauh lebih rendah dibandingkan Juli 2024 yang berada di 96,5.

Sekilas hal ini bisa dianggap sebagai melemahnya tabungan kelas menengah dan atas. Namun, kenaikan simpanan berjangka yang terjadi di Juli 2025 bisa menunjukkan kemungkinan peralihan dana dari tabungan biasa ke simpanan berjangka. 

Mandiri Institute: Perkembangan Belanja MasyarakatFoto: MSI
Mandiri Institute: Perkembangan Belanja Masyarakat

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected]

(evw/evw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation