
Terima Kasih Mr. Powell, Puluhan Saham RI Ini Bisa Pesta Pora

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Tanah Air tengah dipenuhi oleh kabar baik. Kini kabar baik datang dari sentimen luar negeri, yakni pernyataan chairman bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell memberi isyarat jika The Fed akan segera memangkas suku bunga. Namun, ia tidak memberi petunjuk kapan kebijakan itu akan diambil.
Bagi Indonesia, isyarat pemangkasan ini menjadi kabar gembira dan dapat menjadi katalis positif bagi beberapa sektor di Tanah Air. Jika The Fed memangkas suku bunga maka ada potensi aliran dana dari AS sehingga IHSG dan rupiah pun akan menguat.
Pemangkasan The Fed juga menurunkan ketidakpastian global sehingga ekonomi dunia bisa tumbuh lebih cepat. Pemangkasan The Fed juga akan memberi ruang lebih bagi BI untuk memangkas suku bunga lebih lanjut.
Dalam pidato yang sangat ditunggu-tunggu di pertemuan tahunan The Fed di Jackson Hole, Wyoming pada Jumat waktu AS, Powell juga masih menekankan jika The Fed akan bertindak hati-hati dan terus mengevaluasi dampak tarif serta kebijakan lain terhadap perekonomian.
Meskipun komentarnya tidak sejelas pernyataan pada konferensi Jackson Hole tahun lalu yang langsung memberi isyarat pemangkasan suku bunga, investor meyakini The Fed akan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin pada pertemuan 16-17 September mendatang.
"Kebijakan saat ini berada di wilayah restriktif, prospek dasar dan pergeseran keseimbangan risiko mungkin memerlukan penyesuaian sikap kebijakan kami," ujar Powell, dikutip dari website resmi The Fed.
The Fed masih memiliki tiga pertemuan lagi tahun ini yakni bulan depan, akhir Oktober, dan Desember dan belum jelas apakah pemangkasan bunga akan dilakukan di semua pertemuan tersebut.
Sebagai catatan, The Fed terakhir kali memangkas suku bunga pada Desember 2024 dan menahannya di level 4,25-4,50% sejak Januari tahun ini. Artinya, Powell belum sekalipun menurunkan suku bunga sejak Presiden AS Donald Trump menduduki kembali Gedung Putih pada Januari 2025.
Sebelumnya, kabar gembira datang juga dari Bank Indonesia (BI) untuk para investor terutama investor saham. BI lagi-lagi menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung 19-20 Agustus 2025. Suku bunga deposit facility juga turun 25 bps menjadi 4,25% dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 5,75%.
Keputusan ini konsisten dengan tetap rendahnya prakiraan inflasi tahun 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5±1%, terjaganya stabilitas nilai tukar Rupiah, dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai dengan kapasitas perekonomian.
Ke depan, BI akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi sejalan dengan rendahnya prakiraan inflasi dengan tetap mempertahankan stabilitas nilai tukar Rupiah.
Berdasarkan catatan CNBC Indonesia Research, pemangkasan suku bunga BI ini memperpanjang penurunan suku bunga BI yang telah terjadi sebanyak empat kali di sepanjang tahun ini yakni pada Januari, Mei, Juli dan Agustus.
Kabar baik pemangkasan suku bunga ini tentu menjadi angin segar bagi beberapa sektor, terutama sektor perbankan yang telah mengalami penurunan luar biasa di sepanjang tahun ini.
Berikut rangkuman CNBC Indonesia Research, deretan sektor dan saham yang di untungkan dari pemangkasan suku bunga BI.
Sektor Perbankan
Kabar turunnya suku bunga BI hingga potensi The Fed akan memangkas suku bunga akan menjadi gairah bagi sektor perbankan. Lantaran hal ini dapat memicu penurunan suku bunga kredit. Jika suku bunga kredit turun, maka tingkat penyaluran kredit dapat meningkat karena tingkat suku bunga akan jauh lebih rendah dan menarik sehingga meningkatkan daya beli dan konsumsi.
Sektor Properti
Selain sektor perbankan, sektor properti menjadi sektor yang paling diuntungkan dalam pemangkasan suku bunga BI dan peluang pemangkasan suku bunga The Fed. Hal ini dapat memicu tingkat suku bunga KPR menjadi lebih rendah sehingga mendorong daya beli masyarakat terhadap properti. Ditambah lagi pemerintah memutuskan untuk kembali memberlakukan kebijakan insentif pajak, berupa pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah atau PPN DTN untuk pembelian rumah sebesar 100 % untuk periode Januari-Juni 2025 dan 50% untuk periode Juli-Desember 2025. Dimana PPN yang terutang itu dari bagian dasar pengenaan pajak atau DPP sampai dengan Rp 2 miliar, dengan harga jual maksimal Rp miliar.
Sektor Teknologi
Tentu saja kabar pemangkasan suku bunga BI hingga potensi pemangkasan suku bunga The Fed akan menjadi angin segar bagi sektor teknologi. Yang dimana perusahaan di sektor teknologi sangat rentan terhadap kebijakan suku bunga. Dikarenakan beban-beban operasional di sektor teknologi sangat rentan terhadap kenaikan jika suku bunga meningkat. Begitupula sebaliknya, jika suku bunga rendah maka perusahaan dapat diuntungkan dari efisiensi biaya pada beban-beban operasional.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)