
Negara Ini Jumlah Turisnya Lebih Besar daripada Penduduk

Jakarta, CNBC Indonesia - Bayangkan sebuah negara kecil yang tiap tahunnya "diserbu" jutaan wisatawan, jumlahnya jauh melampaui populasi lokal. Fenomena inilah yang kini menjadi sorotan: ada destinasi-destinasi di dunia di mana jumlah turis lebih banyak daripada penduduk asli, menandakan betapa pariwisata bisa menjadi berkah sekaligus beban.
Menurut data dari UN Tourism yang dihimpun oleh Visual Capitalist, Andorra memimpin daftar dengan rasio mencengangkan, 52 turis untuk setiap 1 penduduk.
Negara mungil di antara Spanyol dan Prancis ini hanya memiliki 80 ribu penduduk, tapi mampu menarik 4,17 juta wisatawan per tahun. Disusul Makau, pusat kasino Asia, dengan 16,4 juta wisatawan untuk 680 ribu penduduk atau sekitar 24 turis per warga.
Fenomena serupa juga terjadi di pulau-pulau eksotis Karibia. Turks & Caicos mencatat rasio 18 turis per penduduk, Aruba 13 kali lipat, sementara British Virgin Islands sekitar 10 kali lipat. Bahkan negara kepulauan di Pasifik, Cook Islands, yang hanya berpenduduk 20 ribu jiwa, setiap tahun kedatangan 170 ribu turis. Tak ketinggalan Malta, destinasi Mediterania yang menampung 3,56 juta wisatawan per tahun atau hampir tujuh kali populasi lokalnya.
Di satu sisi, arus wisatawan menjadi mesin ekonomi utama. Andorra bertumpu pada resor ski, Makau pada kasino, sementara Aruba dan Turks & Caicos hidup dari industri hospitality serta kapal pesiar. Namun, ketergantungan ini juga membuat mereka rentan: pandemi, krisis global, atau bencana alam bisa langsung memukul perekonomian.
Menariknya, tak hanya mikro-negara yang masuk daftar. Albania menjadi contoh unik, negara dengan populasi sekitar 2,8 juta jiwa itu mampu menarik 11,29 juta wisatawan dalam setahun rasio lebih dari empat kali lipat penduduknya.
Ini menegaskan bahwa fenomena overtourism juga dialami negara menengah yang sedang naik daun sebagai destinasi populer di Eropa.
Pada akhirnya, daftar ini menggambarkan pariwisata global. semakin sukses menarik turis, semakin besar pula tantangan menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat lokal.
CNBC Indonesia Research
(emb/wur)