Kinerja Emiten Kesehatan Lagi Sakit-Sakitan, KAEF- KLBF Seperti Apa?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
20 August 2025 12:40
saham kesehatan
Foto: saham kesehatan

Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak emiten di sektor kesehatan yang mengalami koreksi harga saham. Penurunan ini merupakan proses normalisasi pasca-puncak permintaan Covid-19. Akan tetapi faktanya, turunnya kinerja keuangan beberapa emiten di sektor kesehatan juga menjadi salah satu penyebab penurunan performa harga saham di sektor kesehatan.

Sektor farmasi sangat bergantung pada impor bahan baku. Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) menekan margin keuntungan, berdampak negatif pada keuntungan perusahaan farmasi.

Jika berkaca pada pergerakan rupiah terhadap dolar AS di sepanjang semester I 2025, rupiah masih mencatatkan pelemahan sebesar 0,86% dari akhir Desember 2024 di level Rp16.090/US$1 dan berakhir di level Rp16.230/US$1 pada 30 Juni 2025.

Penurunan performa di sektor kesehatan disebabkan oleh penurunan volume pasien dari program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS di rumah sakit, hingga perlambatan konsumsi dan ketatnya persaingan bagi emiten farmasi.

Berdasarkan data rilis kinerja keuangan, dominan beberapa saham di sektor kesehatan mencatatkan penurunan kinerja keuangan pada semester I 2025.

Dari penurunan kinerja keuangan emiten-emiten di sektor kesehatan, hal ini pun berefek pada buruknya performa kinerja harga sahamnya.

Terpantau INAF masih melanjutkan suspensinya alias diberhentikan perdagangannya sejak 01 Juli 2024.

Sementara saham PYFA mampu mencatatkan kenaikan harga saham yang luar biasa di sepanjang tahun meskipun ruginya membengkak pada semester I 2025.

Kenaikan harga saham PYFA usai aksi korporasi, dimana PYFA resmi mengambil alih 100% saham perusahaan farmasi asal Australia Probiotec Limited, dengan nilai transaksi sekitar 252 juta dollar Australia atau sekitar Rp 2,75 triliun. Penyelesaian transaksi ini dilakukan pada tanggal 18 Juni 2024 di Australia.

Akuisisi ini menjadikan PYFA sebagai perusahaan terbuka di Indonesia yang pertama kali mengakuisisi perusahaan terbuka asal Australia melalui proses Scheme of Arrangement.

Probiotec Limited merupakan salah satu perusahaan farmasi terbesar asal Australia dalam bidang manufaktur dan pengemasan yang bermitra dengan pemain besar global seperti Johnson & Johnson, Pfizer, iNova, Blackmores, dan lainnya untuk berbagai produk obat dan produk kesehatan konsumen lainnya.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation