
Texas Siaga Ancaman Screwworm, Parasit yang Bisa Guncang Industri Sapi

Jakarta, CNBC Indonesia- Texas kembali diliputi kecemasan. Para peternak di jantung wilayah sapi terbesar Amerika Serikat (AS) itu tengah bersiap menghadapi ancaman screwworm.
Ini merujuk lalat parasit pemakan daging hidup yang terakhir kali muncul setengah abad lalu. Jika kembali mewabah, dampaknya diperkirakan bisa menimbulkan kerugian ekonomi hingga US$1,8 miliar atau sekitar Rp29 triliun, khusus di Texas saja, menurut perkiraan Departemen Pertanian AS (USDA).
Sebenarnya kasus screwworm kembali melonjak di Meksiko pada 2024. Kini kasus banyak ditemukan di utara menuju perbatasan AS.
Melansir dari Reuters, pabrik di Panama yang memproduksi lalat mandul salah satu instrumen utama untuk mengendalikan populasi bahkan mulai kewalahan menghadapi laju pertumbuhan hama ini. Beberapa ahli menilai kemungkinan besar screwworm akan kembali memasuki wilayah AS setelah puluhan tahun dinyatakan bebas sejak 1966.
Kip Dove, seorang peternak generasi kelima di Texas, mengatakan ancaman ini memunculkan memori kelam masa kecilnya pada 1973. Saat itu, wabah screwworm membuat ribuan sapi terinfeksi.
Ia menceritakan ingatannya harus membawa obat berbau tajam untuk luka sapi dan bahkan pistol untuk mengakhiri penderitaan ternak yang sudah tak tertolong. Mengutip Reuters, Senin (18/8/2025), wabah pada 1972-1976 kala itu merambah enam negara bagian dan hanya bisa ditaklukkan lewat program eradikasi nasional.
Kini, dengan harga daging sapi di AS yang sudah berada di rekor tertinggi, munculnya screwworm bisa menekan pasokan lebih jauh. Jika lebih banyak anak sapi mati atau keluar dari rantai pasok, tekanan harga daging global hampir pasti akan semakin berat.
Apa Itu Screwworm?
Screwworm adalah lalat parasit dari genus Cochliomyia (New World Screwworm) dan Chrysomya bezziana (Old World Screwworm). Menurut tinjauan ilmiah di Veterinary Parasitology dan Journal of Insect Science, lalat betina biasanya meletakkan ratusan telur pada luka terbuka hewan berdarah panas, termasuk sapi, kambing, anjing, bahkan manusia.
Setelah menetas, larva akan menggali ke dalam jaringan hidup dengan mulut kait tajam, memperbesar luka, dan bisa membunuh inangnya bila tidak diobati. Penelitian menunjukkan bahwa screwworm bukan hanya masalah kesehatan hewan, tapi juga masalah ekonomi serius.
Satu luka kecil akibat cap bakar atau tanda telinga bisa berubah menjadi borok besar berisi belatung, menyebabkan biaya perawatan meningkat dan produktivitas ternak menurun drastis. Di negara-negara tropis, termasuk Indonesia, Chrysomya bezziana masih endemik dan menjadi salah satu ancaman laten bagi peternakan.
Meski saat ini fokus dunia tertuju pada Texas, Indonesia sebetulnya sudah akrab dengan screwworm. Old World Screwworm memang endemik di Asia Tenggara, termasuk di beberapa daerah di Tanah Air.
Bagi industri peternakan nasional, ancaman ini berarti perlunya penguatan sistem karantina dan biosekuriti, terutama bila Indonesia ingin memperluas ekspor ternak hidup atau produk hewan ke pasar global. Dengan nilai industri daging sapi AS yang bisa goyah akibat serangga seukuran lalat, kasus screwworm menjadi pengingat bahwa daya saing peternakan modern tidak hanya bergantung pada harga dan efisiensi, tapi juga pada kontrol penyakit dan hama.
CNBC Indonesia Research
(emb/șef/emb)